•••
"Jadi pacar gue ya?"
"Ga mau kak. Aku udh punya pacar," tolaknya.
Maddy menatap aneh pria dihadapannya ini. Bayangkan saja jika tiba-tiba kakak kelasnya ini datang ke kelasnya dan langsung menariknya ke belakang sekolah yang jarang dilewati orang, dan parahnya kakak kelasnya itu memintanya menjadi pacar!
"Siapa sih pacar lo? mau gue abisin dia karena udah berani-beraninya duluin gue."
"Pacar aku kan temen kakak, kak Bian."
Laki-laki itu tersenyum miring. "Putusin Bian, jadi pacar gue aja, lebih enak."
"Kak Arkan, aku gak suka sama kakak."
Arkan menangkap tangan Maddy, lalu memojokkan tubuh gadis itu ke tembok, ia berbisik, "Punya gue lebih gede dari pada punyanya Bian, yakin ga tertarik?"
Maddy menautkan kedua alisnya bingung kemana arah pembicaraan mereka. "Kita terlalu deket kak! dan aku gak ngerti kak Arkan ngomongin apa, lepas kak! aku mau balik ke kelas!"
Arkan menuntun tangan Maddy ke bawah, tepatnya pada paha atasnya yang sudah mengembung. "Masih gak ngerti?"
"KYAAAAA INI PELECEHAN KAK!"
Arkan tersenyum usil. "Belum."
"Tapi sekarang iya." Arkan merobek seragam putih Maddy kasar
Maddy berusaha menutupi dadanya, ia tidak percaya Arkan yang terkenal dengan sifat dinginnya itu kini berbuat hal mesum padanya.
Arkan menatap lapar gadis di depannya. "Udah gue duga, badan lo bagus, ukurannya sesuai dengan ekspetasi gue Madd," ujarnya seraya menjamah buah dada terbalut bra berwarna kulit itu.
Maddy memberontak tapi kekuatan Arkan jauh lebih besar dibandingnya. "Kak! Kamu kelewatan! Aku bakal laporin kamu ke kepala sekolah!"
"Lo mau laporin gue dengan pakaian lo yang kaya gini? yang ada lo dicabuli sama kepala sekolah tua bangka itu Madd, sayang banget kan? mending gue aja yang pake lo."
"Mhhh bibir lo enak banget Madd, manis," ujarnya seraya mencicipi bibir Maddy tanpa menghentikan sentuhan tangannya pada benda bulat gadis itu.
"Kakhhh udahh ahh sakit kakh."
Arkan menarik pengait bra Maddy hingga dada besar itu tertampang indah tanpa penghalang.
"Ahhh susunya keluar banyak."
Arkan semakin bersemangat menyentuh kedua dada besar Maddy saat melihat cairan putih turun deras. "Ini yang buath gue tertarik Madd, gara-gara pernah liat baju Lo basah karena asi ini, bawah gue tegang kalo liat lo!"
Arkan memelintir pucuk dada Maddy. "Liat, pucuk lo mekar anjng, gede banget."
Tubuh Maddy bergetar hebat, tubuh bagian bawahnya semakin terasa aneh sekarang. "Shhhh kak arkhan aku mohon shh bhenthi kak."
Arkan menggendong tubuh Maddy bak koala, ia menatap mata gadis yang sedang menahan hasratnya itu. Arkan meng sap dada Maddy kencang, hingga banyak air susu yang mengalir masuk ke dalam mulutnya. "Gue suka rasanya."
"Awhhh shhh sakit kakh, dada akuhh lecet akhh kak!"
Telinga Arkan seakan tuli, ia mengabaikan suara Maddy. "Emhhh enhak madd, Lo seksi bangethh,"ucap Arkan tanpa melepas pagutan mulutnya pada dada Maddy.
"Shhha ahhh kakk Arkann itu akuu."
"itu lo kenapa? gatel hm?"
"Ahhhhh kak arkhan tolonggg ahhhh."
Arkan menyentuh area sensitif Maddy yang masih terbungkus. "Madd, gue masukin ya?"
"Ja-janganh kakk, aku emhhh aku ngga mau."
Mendengar penolakan Maddy, Arkan menggigit kulit Maddy keras, ia memasukkan jari tengahnya ke dalam area sensitif Maddy yang basah.
"Akhh kak! keluarin!"
Maddy memejamkan matanya ketika Arkan malah menambah jarinya masuk ke dalamnya dengan gerakan yang lihai dan cepat. "Kakhhh arkhaan ada ahhh yang mau keluarhhh."
"Ahhh kakkk aku keluarr ashhhhhhh."
"Enakhh kan Madd? jangan munafik lo."
"Ahhh kak aku keluar ahhh."
Maddy lemas seketika setelah mengeluarkan cairan yang entah apa namanya, ini pertama kali baginya merasakan rasa aneh seperti itu.
"Lo banyak keluar, suka kan Lo? mau pake punya gue sekarang?"
Mata sayu Maddy menatap Arkan. "Jangan kak, aku mohon... lepasin aku, aku ga mau lagi."
"Cewe naif, buktinya Lo keenakan gini."
"Hikshhh lepasin aku kak, udah cukup aku mohon."
"Lo dipake siapa sebelumnya?"
"Aku gak pernah ngelakuin hal itu!"
Arkan mengecup puncak dada besar Maddy, ia meng mut susu yang keluar deras. "Lo kira gue bodoh? kalo belum kenapa keluar asi? Lo juga pasti udah punya anak diluar nikah kan?" ucapnya tanpa melepaskan pagutan mulutnya dari dada Maddy.
"Awshhh... kakak salah! asi yang keluar ini bukan karena aku punya anak, tapi—"
"Banyak bacot lo, gue mau masukin junior gue sekarang."
"Akhhh kak jangann!"
Arkan berusaha memasukkan miliknya yang besar ke dalam tubuh Maddy. "Sial, susah."
"Aghhh gak muat kakk, terlalu besar!"
Arkan menuntun miliknya agar masuk, ia mendorong pinggulnya maju agar benda pusakanya dapat masuk sepenuhnya tapi tubuh Maddy terlalu sempit untuk dimasuki. "Lo apain tubuh lo bangst? terlalu sempit, bt; ng gue sampe gak muat."
"Aghh kakh jangan, dibawah sana aku sakithh. Aahh sakithh jangan dimasukin."
"Sial," umpatnya.
Arkan mengeluarkan miliknya yang telah masuk setengah itu. "Sebagai gantinya em ut sampai gue keluar."
Maddy menatap ke jnt, anan Arkan yang terlihat sangat menyeramkan baginya, itu berukuran panjang dan besar, ia yakin benda itu tidak bisa masuk ke dalam kewanitaannya.
"Ta-tapi kak—"
"Kenapa? apa Lo mau gue lanjutin masukin milik gue ke dalam tubuh Lo?"
"Ja-jangan kak."
Maddy berjongkok, sekarang tepat dihadapannya benda yang terlihat seperti jamur itu berdiri tegak. Gadis itu meneguk ludah kasar, kemudian ia meletakkan tangan mungilnya pada kejant anan Arkan. "Be-besar..."
"Lo pasti akan nikmat banget Madd pake punya gue."
"Sekarang aku harus apa kak?"
Arkan berdecak, "Ck, jangan pura-pura polos! Lo masukin milik gue ke mulut Lo lah!"
(Beberapa part diskip)
skip
skip
skip
(beberapa part diskip)
"Ahhhh mulut lo luar biasa Madd." Dia merapikan celananya lalu melepas baju seragamnya.
Laki-laki itu melempar baju seragamnya pada Maddy. "Bisa pulang sendiri kan lo? pulang sore kalo ga mau ketauan anak-anak," ujarnya lalu melangkah pergi meninggalkan Maddy yang terduduk lemas.
•••
Update seminggu sekali diwp, baca lengkap sampe tamat dikryakrsa(link dibio)

KAMU SEDANG MEMBACA
Maddy🔞
Romance"Jadi pacar gue ya?" "Ga mau kak. Aku udh punya pacar," tolaknya. "Siapa sih pacar lo? mau gue abisin dia karena udah berani-beraninya duluin gue." "Pacar aku kan temen kakak, kak Bian." Laki-laki itu tersenyum miring. "Putusin Bian, jadi pacar gue...