Arkan benar-benar mengajari Maddy belajar karena tak jadi melakukan s, ex.
"Kak, udah sore. Pulang gih, aku juga udah cape mikir banget," ujar Maddy melihat jarum jam di dinding kamarnya.
Arkan terkekeh kecil. "Ya udah gue pulang sekarang, besok lo lanjut belajar lagi biar tambah pinter minimal nilai harus 90."
"Dapet 50 aja udah syukur aku kak."
Arkan tertawa renyah, mengecup pucuk kepala Maddy setelahnya. "Jangan bodoh-bodoh Maddy cantik."
"Aku ga suka dikatain bodoh," kata Maddy kesal.
"Iya ngga lagi, maaf ya?"
Maddy menutupi wajahnya yang memerah malu. "K-kak, aku ngga ngerti sama diri aku sekarang... yang kita lakuin ini salah, tapi aku nyaman sama kakak."
"Ikuti aja alurnya Madd, besok Lo putusin Bian ya, gue mau balik sekarang keburu mama Lo curiga."
Arkan mencium bibir manis Maddy sebelum ia benar-benar keluar dari kamar gadis itu.
"Ini gila, gak seharusnya aku ngelakuin ini sama kak Arkan. Tapi ngehabisin waktu bareng kak Arkan, aku nyaman dan merasakan cinta yang aku suka... aku mau terus bareng kak Arkan."
Maddy beranjak bangun dari tempat tidur, ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti baju seragamnya.
•••
Besok paginya, Maddy berangkat sekolah bersama Bian yang masih berstatus pacarnya. Namun sesampainya di parkiran, ia akan menepati janjinya pada Arkan yang memenuhi isi hatinya sekarang. Terlalu cepat memang menyebutnya begitu, namun pada kenyataanya dulu Maddy pernah jatuh hati pada pria itu dan sekarang Arkan yang mendekatinya walaupun dilandasi oleh nafsu.
"Kak, ayo kita putus."
"Maksudnya Madd?" tanyanya bingung.
"A-aku rasa kita gak cocok, kakak juga terlalu friendly ke cewek lain, aku gak suka pacar aku gitu ke cewek lain," ujar Maddy. Bukan Semata-mata menepati janjinya, namun alasan yang dikatakannya itu adalah benar adanya, mungkin ini bisa disebut unek-unek yang ditahannya.
"Ini masalah sepele, jangan kayak anak kecil Madd. Kalo kamu mau, aku ga bakal friendly ke cewek selain kamu."
"Udahlah kak, aku juga gak mau jadi penghalang kakak buat mencapai mimpi kakak."
"Penghalang apasih? kakek aku yang bilang gitu ke kamu?" tebak Bian.
"Sebentar lagi masuk, aku ke kelas duluan kak."
Bian menahan lengan Maddy yang hendak meninggalkannya. "Gue gak mau putus." suara Bian berubah menjadi lebih dingin, tanda bahwa ia sedang marah.
"Temuin gue di rooftop istirahat nanti." Bian melepas pergelangan tangan Maddy, lalu berjalan pergi.
Maddy melihat punggung Bian yang semakin menjauh, ia sedikit menyesal telah menyakiti hati laki-laki itu, tapi kenyataannya hubungan mereka sejak awal memang tak bisa diselamatkan. Kakek bian selalu menganggapnya tak cocok untuk cucunya itu, dan Maddy selalu berusaha untuk bertahan dari cacian kakek Bina dan juga menahan amarahnya saat Bian memprioritaskan perempuan lain dibanding dirinya.
Tiba-tiba Arkan datang merangkulnya. "Ngelamunin apa? ayo ke kelas bareng."
"K-kak Arkan ngagetin aku."
"Makanya jangan ngelamun."
"Aku udah mutusin kak Bian..."
"Bagus, nanti istirahat ke kantin bareng ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maddy🔞
Storie d'amore"Jadi pacar gue ya?" "Ga mau kak. Aku udh punya pacar," tolaknya. "Siapa sih pacar lo? mau gue abisin dia karena udah berani-beraninya duluin gue." "Pacar aku kan temen kakak, kak Bian." Laki-laki itu tersenyum miring. "Putusin Bian, jadi pacar gue...