Chapter 1 : Without You

4.1K 90 1
                                    

Seorang wanita mengikat rambutnya dengan pita biru dan dress senada, wanita yang terlihat anggun itu bernama Lillianna Beverly. Dengan senyuman manis, Lillianna melebarkan tangannya ketika melihat anak anak berlarian menuju ke arahnya.

"Kak Anna aku kangen..."

"Kakak kok kemarin nggak kesini?"

Lillianna menunduk, mengusap pipi dua anak perempuan yang selalu menunggu kedatangannya.

"Maafin kakak ya, kakak sibuk kerja biar bisa beliin kalian ice cream yang banyak."

Mata anak anak itu berbinar setelah melihat isi kantong plastik yang dibawa oleh Lillianna. Mereka segera memakan ice cream, Lillianna gemas dengan ekspresi wajah mereka saat makan.

"Loh Anna, kok ibu gak denger suara kamu datang," memeluk Lillianna.

"Baru saja Anna datang, Anna bawa stok makanan didepan."

Bu Aminah memegang tangan Lillianna, "Terimakasih ya Anna, kamu sudah membatu banyak panti asuhan ini."

"Sama sama Bu, aku senang melihat anak anak disini selalu ceria, hal itu dapat mengobati rasa kangen ku pada adikku."

Lillianna berpamitan kepada anak anak dan ibu Aminah, dia harus berangkat kerja ke kantor yang agak jauh dari panti. Lillianna duduk di mejanya, dia baru bekerja selama tiga bulan. Sudah biasa yang namanya disuruh suruh oleh karyawan lama, Lillianna sebenarnya kurang nyaman dengan rekan kerja di kantor. Tapi harus bagaimana lagi, dia membutuhkan uang tambahan untuk semua keperluannya.

Vania salah satu rekan kerjanya melempar map berwarna biru, "Ketik ulang, penulisan nya banyak yang salah."

Lillianna mengiyakan permintaan dari Vania, hal itu terbilang sudah biasa terjadi dalam tiga bulan ini. Lillianna binggung bagaimana menyikapi rekan kerjanya yang seperti Vania, dia takut jika melawan, dirinya akan kesusahan atau tidak punya teman untuk sekedar berbicara.

"Ini sudah aku ketik ulang, aku taruh sini ya mba."

Pekerjaan Lillianna dimeja masih begitu banyak, dia memutuskan untuk menyelesaikannya hari ini agar besok tidak menumpuk lagi seperti kemarin, karena kurang lebih berkas yang menumpuk dimeja nya adalah tugas kemarin yang belum selesai.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, sudah waktunya Lillianna pulang. Semua pekerjaan di atas mejanya pun juga sudah ia kerjakan. Lillianna mengemas semua barang kedalam tas dan sedikit merapikan mejanya sebelum pulang.

"Eitss, Lillianna mau pulang? Ini pekerjaan kamu masih banyak yang harus diperbaiki, saya gak mau tau. Ketik ulang!"

Ekspresi Lillianna sedikit terkejut, dia yakin sudah mengerjakannya dengan teliti, bahkan dia meneliti sebanyak tiga kali. Lillianna mengambil map biru dari tangan Vania.

"Besok harus sudah selesai," berjalan meninggalkan Lillianna.

"Tapi mba..."

Mau tidak mau Lillianna membawa berkas itu pulang, dia benar benar mengetik ulang, lalu meneliti nya lagi berkali kali hingga tertidur di meja.

Suara alarm dari ponsel menganggu tidur nyenyak Lillianna, dia membuka matanya dan merasakan semua badannya sakit sebab tidur dengan posisi duduk. Lillianna mandi dan bersiap siap berangkat ke kantor.

"Mba Vania ini sudah saya perbaiki, saya harap sudah sesuai dengan kemauan PT."

Vania beranjak dari mejanya, setelah mendengar panggilan dari atasan dan membawa berkas yang dikerjakan oleh Lillianna. Dalam hati Lillianna khawatir, dia takut dengan penilaian dari atasan untuk berkas itu. Tapi Lillianna harus yakin, dia telah bekerja keras semalaman mengerjakannya dengan teliti, keyakinan Lillianna semakin kuat setelah melihat para atasan keluar dari ruang meeting.

TRAPPED in his OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang