Bab 5

294 23 2
                                    

Liam menatap tidak percaya apa yang baru saja ia lihat. Kenapa kamar adiknya jadi berbeda?! Kemana adiknya?!

Saat ia berbalik ia menemukan keluarganya yang sudah berdiri dibelakangnya. Mereka nampak tidak menunjukan raut bersalah sama sekali.

"Kenapa kamu teriak, Liam?"

"Kenapa Abang kekamar cila, kan tadi cila diruang tamu"

"Hah? Kamar kamu? Sejak kapan? Bukannya ini kamar Biya? Dimana biya sekarang?"

Clekk!

"Berisik! Kalau mau ribut jangan disini diluar sana. Ganggu orang tidur aja" ucap seorang pemuda dengan wajah bantalnya menyembulkan kepalanya dari pintu kamar yang berada diujung.

"Biya? Kamu kenapa ada disini? Bukannya ini kamar maid?" Ucap Liam setelah ia berada didepan pemuda itu.

Sementara abbiyya masih memproses ucapan Liam. Ngomong-ngomong siapa pria ini?

"Maaf anda siapa ya? Kok tau nama saya?"

"Biya ini bang Liam masa kamu lupa sama Abang? Padahal Abang pergi cuma beberapa tahun aja loh" Kaget Liam saat abbiyya tidak mengenali dirinya namun ia masih bisa mengontrol dirinya dan bicara dengan lembut pada pemuda didepannya.

Sementara abbiyya yang mendengar penuturan pria didepannya seketika langsung tersadar.

"Hah? Bang Liam? Abang.. Abangnya saya? Kok bisa Deket sama saya?" Herannya. Seingatnya keluarga ini menjauhi dirinya kenapa ada yang bisa dekat dengannya.

"Apa maksud kamu Biya? Jangan bercanda loh, nanti Abang marah"

"Maaf bang, gak inget. Habisnya kemaren bangun-bangun saya udah ada dineraka dunia gak inget apa-apa lagi"

"Neraka?"

"Iya lah bang, lagian kok bisa ada malaikat diantara para iblis?"

"Abbiyya! Apa maksud perkataanmu hah?!" Marah abidzar.

"Nah itu! Harusnya begitu. Kalau gak ada urusan lagi, saya masuk ya, permisi" ucap abbiyya dengan santainya lalu mulai menutup pintu kamarnya.

Ia masih mengantuk. Walaupun kehadiran pria itu sedikit membuatnya terkejut karena baru kali ini ada orang lain selain Edwin yang bicara dengan lembut padanya. Namun mengingat pria itu adalah abangnya ia takut. Itu hanyalah ilusi semata. Ia takut itu hanyalah mimpi. Ia tidak ingin mempercayai siapapun saat ini.

Sementara itu di luar, Liam nampak terdiam mematung.

"Apa yang kalian lakukan selama ini?"

"Liam, kamu pasti capek kan baru pulang sekarang kamu kekamar aja istirahat ya?"

"Jangan ngalihin pembicaraan, mom. Apa yang terjadi sama Biya? Kenapa dia gak inget sama Liam? Kenapa sifatnya berubah? Kemana Biya yang Liam kenal?"

"Liam! Jangan membantah ucapan mommy mu! Cepat pergi kekamar mu"

"Edwin!" Panggil Liam sambil melangkah menjauh dari sana, diikuti oleh yang lain.

"Ya tuan muda, ada yang bisa saya bantu? Dan maaf saya tidak menyambut anda sebelumnya"

"Tidak masalah. Ceritakan apa yang terjadi pada abbiyya. Kenapa dia tidak mengenali ku?"

"Sebenarnya tuan muda abbiyya--"

"Bang Biya pengen bunuh diri pas ketauan nge bully cila disekolah beberapa bulan yang lalu, maaf ini salah cila--"

"Apa saya bertanya padamu?!"

"Liam!"

"Edwin jelaskan" ucap Liam menghiraukan teguran mommynya.

"Tuan muda abbiyya mengalami amnesia setelah terjatuh dari tangga hingga mengalami gegar otak ringan. Saat ini kondisinya memang sudah membaik, namun ingatannya masih belum sepenuhnya pulih"

Transmigrasi Boy_ABBIYYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang