21. Kecelakaan

985 32 5
                                    

Pagi ini hari Senin yang mengharuskan anak-anak bujang kesayangan bunda berangkat sekolah dan bekerja. Liat aja sekarang para bujang udah pada duduk di meja siap buat sarapan.

"Bunda hari ini mau nemenin ayah ke Bandung. Kebetulan ayah ada projek disana." Bunda memulai pembicaraan.

"Yahh, Bunda berapa hari? emang ga bisa nanti-nanti aja?" Balas Naren.

"Bunda disana mungkin 2 atau 3 Minggu. Bunda ga bisa nolak permintaan ayah sayang." Jawab Bunda lembut.

Mereka yang denger bunda ngomong gitu ga bisa ngapa-ngapain.

"Bunda sama Ayah kesana naik apa?" Tanya Marko sembari menyuapkan nasi.

"Naik mobil, cukup lah 3 jam-an kalo dari rumah itupun lewat tol." Jawab ayah.

"Ayah serahin kantor ke kamu ya Abang. Ayah bakalan lama disana." Lanjut Ayah.

"siap Yah."

"Bunda sama Ayah kapan berangkatnya emang?" Tanya Haekal menatap kedua orangtuanya.

"hari ini nanti jam 10."

"kenapa hari ini sih? Dede ga mau sekolah, mau nemenin Bunda sama Ayah aja kalo gitu." Cetta merengut.

"adek juga mau ikut Dede ga sekolah."

Bunda menghela nafas berat. "Bunda ga lama kok sayang, bunda cuma pergi 2 atau 3 Minggu. Kan nanti kalo Dede sama Adek kangen bisa nelfon bunda atau Ayah."

"Sekolah ya. Katanya mau banggain Bunda sama Ayah."

Cetta dan Jie mengangguk pasrah.

Marko dan Ayah berjalan sedikit jauh dari bunda dan yang lain.

"Abang, ayah titip adek-adek sama kamu ya nak, tolong handle kerjaan di kantor. Maafin Ayah yang udah ngasih tanggung jawab ini sama Abang."

Marko mengerutkan keningnya. "Ayah kesambet apaan ngomong begitu? lagian kan emang tugas Abang buat jagain tuh ragunan. kalo masalah kantor, tenang aja Yah, serahin aja ke Abang." Marko menaik turunkan alisnya.

Ayah hanya tersenyum. "Bang, Abang harus tau kalo Bunda dan Ayah sayang banget sama kalian melebih sayang ke diri Bunda dan ayah sendiri."

Marko terdiam. "Ayah kenapa sih? Kok omongannya kayak gitu?"

"Gapapa Bang. Ayah titip adik-adik ya." Ayah mengelus puncak kepala Marko.

Sedangkan di tempat lain ada Haekal dan Naren yang mendengar dan melihat semua percakapan sang ayah dengan Abang.

"Kal, perasaan gue ga enak." Ucap Naren.

Haekal tertegun mendengarnya. Firasat Naren pasti gak mungkin salah. Haekal menolehkan pandangannya ke arah Naren.

"Apa yang Lo rasain Na?"

"Takut, gue ga tau kenapa tapi hati gue seolah nyuruh buat Bunda dan Ayah ga pergi." Jawab Naren gelisah.

"Na, Kita percayain aja sama Allah ya Na. Kita cegah Bunda dan Ayah juga kayaknya ga bisa." Haekal mengusap punggung Naren bermaksud menenangkan.

Naren mengangguk lesu. "Yaudah balik sama yang lain yuk. Mereka pasti udah nungguin." Kata Haekal merangkul pundak Naren.

"gue harap firasat Naren ga bener. Ya Allah Lindungilah keluarga kami." Batin Haekal.

"Yuk berangkat." Ajak Marko.

Yang lain menggaguki ucapan Marko dan segera masuk kecuali Naren yang masih berdiri di hadapan orang tuanya.

"kok ga masuk mobil kak?" Tanya Bunda.

ADENATA FAMILY| (NCT DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang