22. Bunda...

528 45 1
                                    

Setelah sampai rumah sakit bujang Adenata lari-larian. Gak peduli banyak yang liatin. Mereka berhenti lah tuh di bagian resepsionis.

"Mbak, Pasien yang mengalami kecelakaan beruntun atas nama Yoona dan Siwon ada di ruang mana ya?" Tanya Marko dengan nafas memburu.

"Oh untuk pasien yang bernama Siwon ada di ruang rawat 6 Bougenville. Untuk pasien atas nama Yoona masih ada diruang ICU." Jelas perawat itu.

Jantung mereka berdetak kencang. Mereka kembali berjalan dengan cepat ke ruang ICU.

Sesampainya disana, mereka langsung menanyakan keadaan sang bunda pada dokter yang keluar dari ruangan ICU.

"Bagaimana keadaan bunda saya dok?" Tanya Marko dengan mata berkaca-kaca.

"Pasien mengalami koma karena benturan keras yang mengenai kepala. Juga beberapa luka luar yang dalam karena beberapa kaca menancap di tubuh pasien membuat pasien mengalami kekurangan darah. Pasien akan kami operasi sebab ada gumpalan darah di bagian otak." jelas dokter

"Sebelum itu, saya bicara dengan siapa?" Tanya dokter itu.

"kami anaknya dan saya Anak pertama dari pasien." Jawab Marko.

"Kami membutuhkan darah sekitar dua kantong untuk pasien. Golongan darahnya O, apakah diantara kalian ada yang mempunyai golongan darah tersebut? Keadaan pasien sangat mengkhawatirkan."

Mereka saling pandang, golongan darah yang mengikuti sang Bunda hanya dua orang yaitu Jie dan Naren sedangkan yang lain mengikuti golongan darah sang Ayah.

"Saya bersedia dok." Jawab Naren.

Dokter menganggukkan kepalanya." Kami membutuhkan dua orang.  Karena Pasien membutuhkan dua kantong darah."

Jie memejamkan matanya. "Jie juga ikut. Jie ga mau bunda kenapa-kenapa." Lirih Jie yang masih bisa di dengar.

"Adek yakin?" Tanya Revin mengusap lembut rambut Jie.

"Jie yakin banget. Bunda bisa ngorbanin nyawa demi anaknya, Jie juga harus berani buat Bunda. Jie sayang bunda." Jawab Jie.

"Baik, mari ikut saya." Jie dan Naren mengikuti dokter tersebut.

Sepeninggalan Jie dan Naren mereka masih diam. Haekal menundukkan kepalanya, air matanya mengalir.

"Bunda bakal baik-baik aja kan?" Haekal bergumam lirih.

"Bunda kuat Kal, bunda pasti baik-baik aja. Berdoa ya, Insyaallah bunda bisa ngelewatin ini semua." Jawab Javin yang mendengar gumaman Haekal.

Marko menghela nafas berat. "Yang mau jenguk Ayah ayo, jangan semua ya. Jagain bunda disini."

"Aku ikut." sahut Cetta.

"Gue juga ikut bang." Revin berucap.

Marko mengangguk, ia jalan terlebih dahulu lalu diikuti oleh kedua adiknya.

Setelah sampai di ruang rawat sang Ayah, ketiganya langsung masuk ke dalam untuk melihat kondisi Ayah.

"Nak." Panggil Ayah saat melihat kedatangan anaknya.

Keadaan Ayah juga memprihatinkan, selang oksigen menutupi kedua hidungnya, serta gips yang terpasang dilehernya dan juga perban di kepala sang ayah.

"Gimana keadaan Bunda kalian?" Tanya Ayah menatap penuh harap.

"Ayah baik-baik aja?" Bukannya menjawab Marko memberi pertanyaan.

"Ayah ga papa. Jawab pertanyaan ayah Bang." Ayah kembali mendesak untuk mereka menjawab pertanyaannya.

ADENATA FAMILY| (NCT DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang