16 Juli 2024
Rose pasti melamun sejak tadi sehingga tidak menyadari bahwa paman Fred telah menghentikan mobilnya dan turun untuk membukakan pintu mobil.
"Maafkan saya, saya tadi melamun." Rose berkata malu-malu.
"Tidak apa-apa nona, kamu boleh bicara santai saja dengan saya. Toh, kamu bukan orang pertama yang dibuat kagum oleh rumah ini." Fred menunjukkan tangannya ke arah rumah megah di depan kami. "Selamat datang ke rumah tuan Edward Kim nona."
Dia tersenyum dan mempersilahkan Rose untuk berjalan duluan. "Jangan sampai rumah ini mengintimidasimu Rose karena tuan muda sangat membutuhkan kehadiranmu di sini." Dia menambahkan lagi kata-katanya.
Rose terkejut ternyata supir yang menjemputnya tau tujuan kedatangannya kemari untuk apa. "Paman tau kenapa aku kemari?"
"Tentu saja, hanya beberapa orang yang mengetahui tujuan kehadiran nona di rumah ini. Termasuk saya dan beberapa pelayan pribadi yang mengurus kebutuhan tuan muda."
Paman Fred mendampingi Rose memasuki rumah besar dan megah ini. Rose harus beberapa kali menepuk wajahnya dengan tangan untuk meyakinkan dirinya jika ia tidak sedang bermimpi.
"Ini kamarmu Rose, istirahatlah." ujar paman Fred membukakan pintu sebuah kamar untuknya.
Tanpa sadar mereka sudah berada di lantai dua saat ini. Rose tidak sempat memperhatikan rumah ini secara seksama dan mengagumi interiornya karena paman Fred berjalan dengan cepat dan aku berusaha untuk mengimbangi langkahnya.
"Paman." Rose memanggilnya, Dia menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatapku. "Kamar siapakah ini sebelumnya?"
"Kamar nyonya, ibunda tuan muda tapi sekarang ini akan menjadi kamarmu." Paman Fred kembali tersenyum lebar sebelum menutup perlahan pintu kamar. "Oh iya aku lupa, mulai hari ini aku akan memanggilmu dengan nama Jaeya mengingat beberapa pelayan di sini tidak mengetahui terkait rencana yang telah dibuat oleh Yuhna."
Rose mengangguk. "Baik aku mengerti paman."
Paman Fred tersenyum sebelum menutup pintu perlahan pintu kamar.
**
Rose terbangun oleh suara ketukan di pintu kamar. Rose mengerjap pelan dan membuka matanya. Rupanya ia tertidur sedari tadi. Turun dari ranjang dan melangkah pelan ia membuka pintu kamar. Tante Yuhna berdiri di depan kamar seraya tersenyum.
"Boleh tante masuk? Apa aku mengganggumu tidur?"
"Ah, nggak te.. tante boleh masuk.."
Yuhna masuk ke dalam kemudian duduk di kursi kecil di sebelah tempat tidurnya. Rose mengikutinya dengan duduk juga di kursi di sampingnya.
"Apa kamu sudah siap? Aku akan segera mengantarkanmu bertemu Eunwoo."
Rose mengangguk, tiba-tiba jangtungnya berdebar kencang dan perutnya terasa melilit. Apakah Eunwoo akan menerima begitu saja jika ia mengatakan padanya bahwa ia adalah tunangannya?
Yuhna tampaknya melihat kegugupan wanita kecil itu. dan dia berkata. "Jangan khawatir, semua akan berjalan lancar. Aku yakin kamu bisa meyakinkan Eunwoo dan sebelum itu pakailah ini." Dia memberi Rose sebuah kotak beludru kecil berwarna merah.
Rose menerima kotak tersebut dan terkejut saat membukanya dan melihat isinya yang ternyata sebuah cincin.
"Ini kan--"
"Pakailah Rose, itu cincin pertunangan Eunwoo. Aku menyimpannya setelah Eunwoo mengalami kritis saat kecelakaan lalu." Yuhna menatapnya yang masih terkejut melihat ke arah cincin berlian yang indah bertuliskan huruf J.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter
Teen FictionSurat terakhir dariku yang telah melukai hati dan juga ragamu, aku meminta maaf dengan tulus karena telah terlibat dalam kebohongan ini. Maafkan aku karena telah merusak kehidupanmu, aku ingin kau bahagia untuk dirimu sendiri.