6. Bersamamu

72 22 2
                                    

01 Agustus 2024

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dini hari, keduanya mulai menjaga jarak setelah cukup lama berpelukan hingga air mata Rose benar-benar mengering dan hanya menyisakan kelopak matanya yang membengkak.

"Maaf, aku menangis terlalu lama." Cicit Rose melirik Eunwoo yang tidak berekspresi justru pria itu langsung mengambil buku yang sebelumnya dia baca setelah mereka menjaga jarak.

"Bukan masalah, itu membuktikan bahwa lukanya sangat serius sampai kamu menangis selama dua jam lebih." Jawab Eunwoo jujur dan masih bersikap acuh karena ia juga sedang menutupi rasa malunya, bila ditarik kembal ke kejadian beberapa saat yang lalu ia benar benar terlihat seperti kekasih sungguhan.

Sial.

Rose melirik ke arah Eunwoo yang kini kembali membaca buku, dari sudut pandangnya sendiri Eunwoo itu terlihat seperti pria tampan yang gentleman terhadap pasangannya, asumsinya diperkuat dengan apa yang ia dengar dari cerita Yuhna tentang Eunwoo yang sangat mencintai Jaeya.

Kisah cinta mereka yang begitu kuat dan tulus sedikit menjadi tekanan bagi Rose yang harus berakting menjadi Jaeya di depan Eunwoo. Bagaimana jika suatu hari pria itu mengetahui fakta bahwa Jaeya nya sudah tiada dan Jaeya yang kini ada di sisinya merupakan perempuan asing yang mengaku sebagai kekasihnya hanya untuk mendapatkan bayaran.

Memikirkan hal itu saja sudah membuat Rose khawatir. Bagaimana jika suatu saat pria ini akan membencinya?

Eunwoo menautkan alis ketika melihat wajah sedih wanita di sampingnya yang seperti siap akan menangis kembali, "Ada apa? Kenapa kamu melamun?" Ia menyentuh pipi Rose seraya bertanya dengan suara pelan.

Rose tertegun sesaat ketika merasakan sentuhan di pipinya saat tangan besar itu datang lalu memberikan usapan kecil sebagai bentuk penenangan. Ia melihat Eunwoo lalu tersenyum saat kedua mata mereka bertemu. "Aku hanya merasa senang karena kamu baik baik saja, aku nggak akan nangis lagi kok kamu nggak perlu khawatir." Jawabnya.

"Apa itu benar?"

"Em.., tujuan aku datang ke kamarmu karena ingin memastikan bahwa kamu tidak terluka, aku sangat khawatir sampai aku tidak bisa tidur. Meskipun tante Yuhna sudah mengatakan bahwa kamu tidak terluka, namun aku perlu memastikan dengan mata kepalaku sendiri bahwa kamu tidak terluka sama sekali. Maaf jika aku mengganggu waktu istirahatmu, kalo begitu aku akan pergi supaya kamu bisa istirahat." Rose beranjak dari posisinya dan mengambil kruk yang tadi ia simpan di samping sofa.

"Jika kamu kesulitan berjalan, kamu bisa memakai kursi rodaku." Kata Eunwoo lalu ia beranjak sambil berpegangan pada benda yang ada di sekitarnya, seraya menahan rasa sakit dan kebas pada kakinya ia terus bergerak perlahan mengambil kursi roda yang ada di sudut ruangan di mana ia meninggalkan kursi rodanya.

"Hei! Apa yang kamu lakukan?!" Rose berteriak karena panik melihat Eunwoo yang terus bergerak menghampiri kursi roda pria itu, "Aku baik baik saja, aku bisa memakai ini kembalilah ke sofa. Apa kamu tidak mau mendengarkanku?!" Ia berjalan bersama kruk mendekati Eunwoo lalu menahan pria itu supaya berhenti berjalan dan menurutinya untuk kembali duduk.

"Kenapa kamu sangat keras kepala?!" Rose tidak sengaja membentak pria itu karena terbawa suasana apalagi kondisi Eunwoo yang menurut dokter masih belum stabil sepenuhnya dan ia tak mau melihat Eunwoo memaksakan diri yang mungkin bisa membuatnya celaka.

Eunwoo terkejut sejenak kemudian tersenyum tipis. "Ternyata kamu memang sangat cerewet, pergilah pakai kursi itu jangan lupa tutup pintunya setelah keluar." Ia mengalah dan kembali duduk di sofa lalu merebahkan tubuh besarnya dan kembali membuka buku untuk menyibukkan diri.

Last LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang