7. Milikku

108 25 4
                                    

06 Agustus 2024

Rose mencoba mengimbangi kursi roda Eunwoo yang sangat cepat seolah ia sedang melawan orang yang memakai sepeda sementara dirinya hanya berjalan. Eunwoo terus melihat ke depan tak menoleh atau pun melirik ke belakang namun, tanpa sepengetahuan Rose bahwa sedari tadi pria itu meliriknya tanpa bicara.

Eunwoo tiba duluan di lift lalu menekan tombol tutup dan melihat Rose yang masih berjalan menyusulnya, tanpa berniat menunggu wanita itu.

"T-tunggu sebentar!" Seru Rose ke pintu lift yang hendak tertutup namun Eunwoo terlihat tak peduli dengannya.

Rose tertawa sinis memandang pintu lift yang tertutup dan sedang bergerak ke lantai dua, ia mengepalkan tangan dan memukul angin sebelum bergerak menyusul pria itu menggunakan tangga.

Rose mendatangi kamar Eunwoo dan melihat pria itu tengah duduk membelakangi jendela, termenung seperti orang yang dengan sengaja  menunggu kedatangannya di dalam kamar. dilihat dari bagaimana cara  pria itu menatap Rose seolah seperti sedang mengulitinya dan siap menerkam kapan saja.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Ujar Eunwoo melihat Rose sinis.

Udara di sekitar mereka terasa dingin, atmosfer ini agak asing namun bukan berarti situasi yang akan memicu pertengkaran.

"Tadi aku keluar sebentar mencari sesuatu, ini aku juga membelikanmu takoyaki." Rose mengangkat tas yang ada di lengannya yang isinya adalah jajanan.

Eunwoo melirik ke arah tas tersebut lalu kembali menatap mata Rose, tidak ada kalimat lagi yang keluar dari bibir tipis Eunwoo seolah bibirnya membeku di gunung es.

"Kamu menungguku?" Tanpa meminta izin dari si pemilik tangan, ia dengan sengaja menggenggam tangan Eunwoo yang tentunya langsung mendapatkan respon dari si empunya.

Eunwoo mengernyitkan kening ketika tangannya sudah digapai dengan ringan oleh Rose. Gadis itu sudah duduk di sofa tersenyum penuh arti seraya memainkan jemarinya.

"Apa yang kamu lakukan rubah licik?" Tanya Eunwoo dengan tatapan yang tidak bersahabat.

Rose tertawa ringan kemudian meletakkan kepalanya ke lengan Eunwoo dan berkata. "Aku senang kamu menungguku." Ia terus tertawa dan tak henti menatap mata Eunwoo. "Aku senang akhirnya kamu mau menerimaku lagi, jangan terlalu menyebalkan ya karena aku benci melihat wajahmu yang tertekuk seperti tadi." Lagi, ia masih tertawa dengan riang mengarah ke Eunwoo dengan senyumannya yang bahagia.

Sementara Eunwoo yang menjadi objek tawa bagi perempuan itu tidak bergerak atau merespon apa yang dilakukan oleh Rose, ia hanya diam membeku seolah tubuhnya ikut tenggelam di gunung es karena terpaku pada wajah dan senyuman perempuan yang kini tengah bersandar di lengannya.

Deg.

Bisa dikatakan ia jatuh cinta pada tawa itu dan berharap waktu berhenti sejenak agar ia bisa lebih lama menikmati wajah bahagia dari perempuan ini.

**

"Suapi aku."

Rose menaikkan satu alisnya ketika mendengar dua kata asing yang terngiang di telinga kanan. "Apa?"

Eunwoo memutar bola matanya malas kemudian memberi isyarat menggunakan dagu. "Suapi aku itu." Ia merujuk pada takoyaki yang sudah dibuka oleh Rose supaya Eunwoo bisa segera memakannya.

Sebenarnya Rose mengerti apa yang diinginkan oleh Eunwoo namun ia tak bisa mencerna situasi tersebut dengan akal sehatnya. Sisi Eunwoo yang lain seperti ini agak sedikit asing bagi Rose apalagi ia sudah lama tidak berkencan. Namun Rose harus bersikap seperti kekasih sungguhan untuk Eunwoo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang