-Ⴆαɠιαɳ ƙҽҽɳαɱ

491 53 7
                                    

˚₊·͟͟͟͟͟͟͞͞͞͞͞͞➳❥ ꒰ ⌨ ✰ V e e ⁱˢ ᵗʸᵖⁱⁿᵍ··· ꒱ | ೃ࿔₊•
.
.

Duri berdiri didepan cermin yang ada dikamarnya. Anak itu mengganti rompinya dengan hoodie kebesaran berwarna hijau tosca. Lalu ia mengambil sesuatu dari dalam paper bag hijau yang diberikan oleh Fang kemarin—fondation & lip blam.

Ada surat terjatuh dari dalam sana, Duri membungkuk mengambil surat itu lalu membacanya.

Duri. Ini bunda, dipakai ya. Cepat sembuh sayang. From; bunda Fang.

Duri memeluk kertas itu sesaat, air matanya kembali mengalir tanpa diminta. Entah kenapa ia merasakan dadanya begitu sakit, setelah dipikir-pikir kembali ibunya bahkan tak pernah memberi sedikitpun perhatian padanya.

Fang beruntung.

“... ”

Setelah mengaplikasikan fondation dikantung matanya yang sudah hitam, Duri lanjut mengoleskan lip blam dibibir pucatnya. Topi dino berwarna hijau dipakainya,—besar sekali sampai luka dipelipisku tertutupi batinnya.

Ia keluar dari kamar, syukur sekali karna ia tak bangun kesiangan sehingga Blaze tak sempat memukul-mukul pintu kamarnya.

Ia turun kebawah dengan perlahan, tangannya berpegangan pada pembatas tangga. Tubuhnya terasa begitu lemas, sakit dikepalanya tak kunjung mereda.

Duri dapat meliat keenam saudaranya sudah berkumpul dimeja makan menikmati sarapan. Duri menarik nafas pelan sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Duri berniat berangkat lebih awal hari ini, ia ingin naik bis agar tak terlambat.

Karna sebenarnya menang benar ia akan terlambat jika bersama Fang. —Dijam segini Fang pasti masih tidur batinnya.

“Duri berangkat. ” Duri berpamitan pada keenam saudaranya. Ia kemudian merasa seseorang menahan lengannya dari belakang. Saat ia menoleh ternyata Solar menatapnya dengan tatapan datar andalannya.

“Kenapa?. ” tanya Duri.

Solar tak menjawab pertanyaan Duri, anak itu menatap Halilintar “Bang gue juga duluan. ”

Kemudian Solar menarik tangan Duri.

Saat sudah didepan rumah Solar mengeluarkan kunci motornya dari dalam saku celana tanpa melepas cekalan tangannya pada Duri.

“Hari ini dan seterusnya, lo berangkat sama gue. ”

Duri kemudian mengerutkan dahinya “Kenapa tiba-tiba?. ”

Solar melirik Duri sekilas “Kenapa tiba-tiba lo sering telat?. ”

Duri diam. Setelah beberapa saat Duri kembali membuka suara “Nggak tiba-tiba. ”

Solar mengangat sebelah alisnya heran “Terus?. ” Duri menatap Solar dengan tatapan polosnya “Semuanya kan terjadi semenjak kalian nggak mau ngajakin aku. ” ungkapnya polos.

Solar merasa sesak didadanya ia kemudian menghela nafas pelan sebelum memakaikan helm pada Duri.

“Kok dipakein? Aku kan kakak! Harusnya kamu yang aku pakein!. ” protesnnya.

Looking For Happiness [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang