O1. YOUR DREAM.
Dalam mimpinya ia berteriak begitu pilu pada semesta. Bertanya–tanya mengapa kejadiannya begitu cepat. Penyesalan menguar dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Raganya seolah dihantam sebuah batu besar. Hatinya seolah diremukan.
Dimalam kala itu, mereka menangis sendu. Menatap nanar kepergian jiwa yang penuh luka. Raga tak berjiwa itu diguncang dengan begitu hebat oleh banyak orang.
Menangisi segala hal yang terjadi.
Ia meraung, meminta penjelasan pada sang pencipta. Mereka terus diam dan Halilintar benci itu. Halilintar benci ketika semua orang bersikap biasa saja atas apa yang terjadi.
Ia memandangi tanah dibawah kakinya, lalu tersenyum getir.
"Hali.."
"Halilintar..
"Hali..bangun."
"Hali."
Kelopak mata itu seketika terbuka, menampilkan manik ruby yang memancarkan kekosongan begitu mendalam. Ia mengerang, merasa tubuhnya kaku.
Sekuat tenaga ia mencoa duduk. Dibantu sang ibu. Ia kemudian menatap sekitar dengan pandangan bertanya. Semua saudaranya berkumpul, ah tidak, tidak semua. Ada ayah dan ibu yang sedang duduk disisian ranjangnya.
"Apa..?"
Lidahnya terasa kelu, namun ia memaksa. Ibu mengelus lembut pucuk kepala Halilintar yang tak tertutup topi.
"Kamu drop ibu sempat begitu khawatir tahu.." Ibu tersenyum, Halilintar diam mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.
"Lo drop beberapa hari ini."
"Kenapa??."
Mereka diam, bungkam. Halilintar sontak menaikan sebelah alisnya. Ia bermaksud meminta penjelasan. Ia tak begitu ingat mengapa ia sampai tumbang. Bahkan memimpikan hal yang begitu mengerikan.
Tatapannya teralih pada saudara-saudaranya yang memasang raut wajah datar. Tak asing, mengingat mereka seringkali begitu dibeberapa keadaan.
"Kenapa?." Halilintar kembali bertanya dengan nada sedikit meninggi. Blaze berdecak sebal dibuat nya. Ia berjalan kearah pintu kamar Halilintar, Ice dan Solar mengikuti dibelakang.
Solar membanting pintu kamar Halilintar kuat, bunyinya pun sampai tak enak didengar. Itu jelas membuat Ibu menghela nafas gusar.
"Hali dengarkan ibu.."
Atensi sisulung sekarang mengarah persis pada sang Ibu, ia dengan sabar menunggu kalimat yang akan diucapkan oleh wanita yang melahirkannya.
"Taufan sama Gempa mau kerumah sakit lagi. Disana ga ada yang jaga kan?."
Ibu mengangguk, membenarkan ucapan sisulung kedua.
"Iya, hati–hati dijalan. Ayah juga sekalian tidak??." Sang Ayah mengangguk, bersama dua sulung ia keluar dari kamar Halilintar. Menyisakan sipemilik kamar dan Ibu.
"Nah sekarang Hali..dengarkan ibu ya??." Halilintar mengangguk, ia melihat Ibu yang menarik nafas lelah.
"Seperti yang kamu tahu..kamu drop. Itu terjadi setelah kamu mendengar kabar Duri kecelakaan hari itu.."
Halilintar menyimak, tanpa mau menyela.
"Kami sempat khawatir, sebab kamu bahkan tak sadarkan diri selama dua hari penuh."
Halilintar cukup terkejut akan hal itu.
"Ibu.."
"Iya Hali??"
"Ayo pergi ke–makan Duri.."
Ibu menahan nafasnya sesaat "Apa maksudnya makan Duri Hali??."
Halilintar mengangkat sebelah alisnya heran "Duri sudah—kan??.."
"Jangan bercanda Hali..Duri masih setia berbaring dirumah sakit.."
Detik itu juga, Halilintar paham bahwa segalanya yang terjadi kemarin adalah bagian dari mimpi buruknya, yaitu kehilangan Duri.
"..."
Tubuh ringkih yang terbaring lemas diatas ranjang rumah sakit itu ditatap sendu penuh pilu. Bibirnya tertahan gemetar, kepalan tangannya menguat seiring air mata yang keluar.
Monitor disamping ranjang terus berjalan, menampakan adanya sedikit harapan sipemilik raga penuh luka.
Ia berjalan gontai, separuh jiwanya seolah mati terbawa keadaan.
"Bangun.."
Ia berucap dengan begitu lirih, tak kuasa menahan isak tangis. Ia kembali rapuh untuk kesekian kalinya.
Andai saja kala itu ia bisa lebih waspada, andainya ia lebih mengerti pada keadaannya. Mungkin, tubuh itu tak akan berbaring terus-menerus sampai detik ini, mungkin kelopak mata yang seringkali memancarkan sinarnya tak akan redup begitu saja.
"Bangun..sampe kapan lo mau nyiksa kita kaya gini??..."
Lengannya bertumpu pada sisian ranjang rumah sakit, tepat disebelah lengan yang terkulai lemas sisian tubuh siempunya.
"Ini terlalu nyiksa.."
Ia menunduk, membiarkan cairan bening dari pelupuk matanya turun begitu deras menengai ranjang.
"Stop hukum kita kaya gini."
Ia tak tahan, tubuhnya merosot kelantai yang dingin. Suara keras pukulan menggema diruangan tersebut. Bersama dengan isak tangisnya yang tak terhenti. Ia hampir saja meraung.
"Bangsat..harusnya, harusnya—AHKKKKKKK!!!!!"
Ia mengacak rambutnya frustasi.
"No matter how beautiful your dream is, I hope you wake up soon."
"..."
Fang, duduk termenung ditepi pantai. Menyaksikan bagaimana air laut didepan sana. Telinganya menangkap suara ombak yang bersenandung dikejauhan.
Lalu tatapannya bergulir kesana-kemari mengamati setiap sudut pantai yang memiliki spot berbeda.
Ia menghela nafas gusar, jemari–jemari kakinya yang telanjang ia bawa untuk menendang butiran pasir. Meluapkan segala apa yang ia rasa melalui gerakan tubuh.
Dadanya kemudian terasa sesak, diisi dengan kekhawatiran yang mendalam.
"Sialan." Ia kemudian mengumpat, kantung mata nya hitam menebal.
Bahkan sampai detik ini, ia masih belum bisa menerima Fakta. Bahwa Duri, terbaring begitu lelap diranjang rumah sakit.
Ia menyuarakan tanya pada sang pencipta.
Sudah terlalu banyak luka yang hadir dan singgah dikehidupan anak itu. Begitu menyedihkan hidupnya bahkan untuk diingat.
Benaknya menjerit tak terima pada tindakan Duri. Sebab, anak itu mencoba bunuh diri.
' L O O K I N G F O R H A P P I N E S S '
—you have a bad dream.—Malam sayang, sebelumnya how are you guys??, Vee harap kalian senantiasa dalam lingkup hidup yang bahagia, amin.
Jadi bagaimana dengan LFH?? Vee harap, tidak menimbulkan comment negatif ya..sebab Ve hatinya gampang sakit hihihi OvO.
Ayo Follow instagram ve—@/Isaavella6
Bantu mencapai 30 vote untuk lanjut! dan 15 comment 'next' walau jika nanti tidak memenuhi target Vee usahakan untuk lanjut.
Bye—bye sayang Vee bertemu dinext chapter yaw!
ailopyuuuu🌻.
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking For Happiness [OG]
Fantasíaժׁׅ݊υׁׅꭈׁׅꪱׁׁׁׅׅׅ ɑׁׅ݊ꪀᧁׁׅ꯱tׁׅ֮ ɑׁׅυׁׅ. ✎ᝰ.Sia-sia [ end ] Looking for happiness [ on going ]── .✦ 『ᴅᴀʟᴀᴍ sᴇɴᴅᴜ ᴋᴜ ᴅɪᴀᴍ ᴍᴇᴍʙɪsᴜ. ᴍᴇɴɢʜᴇᴍʙᴜsᴋᴀɴ ɴᴀғᴀs ᴘᴇʟᴀɴ ʏᴀɴɢ sᴀɴɢᴀᴛ ᴍᴇᴍᴜᴀᴋᴀɴ. ᴏᴋsɪɢᴇɴ ᴛᴀɴᴘᴀ ʙᴀᴛᴀs ᴋᴜʜɪʀᴜᴘ ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ ᴅᴇɴɢᴀɴ ɢᴀɴᴀs. ᴍᴇᴍᴀsᴜᴋɪ ᴘᴀʀᴜ-ᴘᴀʀᴜ ᴅᴇɴ...