How it starts.

254 27 5
                                    


Sudut pandang Freya.

°  °  °

Aku menatap kosong ke arah jendela pesawat, merenung saat menyadari bahwa aku telah meninggalkan kota asalku.

Namun, aku bersyukur karena akhirnya aku bisa lepas dari orang-orang di lingkunganku. Sedikit berat karena harus meninggalkan adik laki-lakiku pergi ke kompetisi piano sendirian, namun inilah jalannya.

Saat pilot mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat, aku merasa bersemangat. Akhirnya, aku tiba di kota impianku. Jogja, kota impianku sedari kecil.

Aku juga berhasil memasuki salah satu kampus bergengsi di sini. Dengan bangga kukatakan, aku lolos SNBP di kampus impianku, Universitas Gadjah Mada.

Aku tersenyum saat mengingat ayahku, jika ia melihat aku yang berada di titik ini, ia pasti akan memelukku erat dan membanggakanku di depan teman-temannya.

° ° °

Saat berada di dalam taksi menuju rumah kontrakanku, aku putuskan untuk mengabari adikku.

Frederek kocak geming

Kak

P

Kak

Udah sampe?

P kabarin kalo udah

Baru sampe, lagi otw kontrakan

Baguslah

Btw, gue menang kompetisi piano lagi

Really? Bagus. Nanti traktir gue

Dih? Elu lah kocak!

Aku tertawa saat membaca respon adikku di percakapan kami. Adikku bernama Frederic, aku menyimpan nomornya seperti itu karena itu adalah panggilan khusus dariku. Umur kami hanya berselang 2 tahun, jadi kami memanggil satu sama lain dengan santai.

Di dalam hati, aku sangat bangga pada adikku. Dia selalu berhasil meraih juara di setiap Kompetisi Pelajar. Kuakui, dia memang mewarisi bakat ibuku yang juga seorang pianis. Aku juga pandai memainkan alat musik itu, namun tidak seahli adikku dan ibuku.

Tak terasa, mobil taksi yang kutumpangi sudah berhenti di depan rumah kontrakanku. Aku pun menurunkan barang-barangku dari bagasi, dibantu dengan supir taksi tersebut.

Setelah membayar upah, aku pun bergegas masuk ke dalam rumah kontrakanku. Sederhana saja, asalkan cukup untuk kutinggali.

Aku langsung menuju kamarku untuk menaruh barang-barang, setelah itu aku merebahkan diriku di kasur. Hm, lumayan empuk, nyaman untuk kutiduri.

Saat sedang asyik bermain ponselku, perutku tiba-tiba berbunyi. Aku rasa, aku butuh makanan. Aku pun keluar rumah untuk mencari makanan yang bisa kutemui. Beruntung ini adalah komplek, jadi banyak penjual di sekitar rumah kontrakanku.

Saat sudah keluar dari rumah, aku melihat seorang gadis di samping rumahku. Sepertinya ia sebaya denganku, mungkin lebih muda karena tubuhnya pendek dan kecil. Aku melihatnya berjalan, sepertinya tujuannya adalah tukang bakso yang berada di depan gang.

Karena satu arah, aku pun menghampirinya. Aku pikir, tidak ada salahnya bersosialisasi dengan tetangga sendiri. Apalagi, rumahnya tepat di sebelah rumahku.

"Mba," sapaku saat berhasil menyusulnya.

Gadis itu menoleh ke arahku dengan tatapan yang ... menurutku tidak mengenakkan. Ia memalingkan wajah tanpa menjawab sapaanku. Dengan kata lain, aku diabaikan.

Tanpa menyerah, aku kembali mengajaknya berbicara. "Aku Freya, baru pindah ke sini. Aku tinggal di rumah sebelah kamu, jadi kita tetangga," kataku untuk sekedar berbasa-basi.

"Kok diem aja? Nama kamu siapa?"

"Gue Flora," jawabnya singkat setelah aku melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. Sebelum sempat berbicara lagi, Flora mempercepat langkahnya dan meninggalkanku.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Empat detik...

Lima detik...

Selama lima detik aku mematung. Setelah sadar, aku menghentakkan kakiku tanda kesal.

"Songong banget, orang ngajak ngobrol baik-baik! Baru aja pindah, udah nemu orang kaya gitu," keluhku.

Aku berdoa, semoga aku tidak bertemu dengannya lagi.

Sialnya, rumah kami berdekatan.

||

||

||

Bersambung.

Belum tahu akan dilanjut secepatnya atau tidak. Yang pasti, setelah Camaraderie tamat. Tapi aku masih bingung, mau bikin yang ini dulu atau yang ZeeSha. Yah, tergantung.

If It Is You || Freflo AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang