Bab 3

16 2 0
                                    


Langkah kaki seseorang yang menyusuri koridor sekolah menggema disaat semua siswa siswi sedang melakukan proses belajar mengajar.

Ia berhenti tepat di ruang kepala sekolah. Ketukan menjadi tanda agar seseorang didalam ruangan itu memberinya izin untuk masuk.

Miselin adalah gadis yang tengah berdiri didepan pintu kepala sekolah. Pintu yang bertuliskan Dr. Rochel dengan bingkai berwarna emas, sedangkan tulisannya berwarna hitam.

"Masuklah." Suara tegas memberikan isyarat agar Miselin masuk kedalam ruangan nya.

"Selamat pagi Ibu, ada yang bisa saya bantu?" Miselin berucap sopan, dengan menanyakan hal apa yang harus dilakukan nya atas panggilan sang kepala sekolah pada nya.

"Maaf mengganggumu atas panggilan ini." Jeda sejenak, kepala sekolah itu menatap wajah Miselin singkat. "Ibu rasa kau tau mengenai undangan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Sekolah ini mendapatkan undangan lebih sedikit tahun ini."

Ibu Rochel berhenti berucap dikarenakan adanya suara ketukan yang kembali menyapa masuk kedalam ruangan itu.

"Masuklah." Ia kembali berucap untuk mempersilahkan masuk sang pengetuk pintu.

Manik hitam kecoklatan Miselin melirik seorang laki-laki yang kini berdiri disampingnya.

Ia dengan jelas mengenal orang itu. Laki-laki yang bernama Max, dia adalah juara umum yang menjadi saingan nya dalam belajar di akademi kedokteran itu.

Miselin hanya tahu pemuda itu mungkin tidak menyukainya. Tapi ia tidak benar-benar tahu ketidaksukaan pemuda itu padanya dikarenakan hal apa. Mungkin saja karena persaingan ketat yang hanya terjadi pada mereka berdua, mungkin?

"Karena kalian berdua sudah disini Ibu akan menjelaskan beberapa hal penting pada kalian berdua." Rochel berhenti sejenak sambil mengeluarkan kertas-kertas yang diambilnya dari laci mejanya. "Kalian sebentar lagi akan lulus dari akademi kedokteran ini, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Jadi disini, Ibu akan memberikan kepada kalian sebuah undangan untuk masuk universitas kedokteran terbaik negara ini. Memang dari akademi ini hanya kalian berdua yang mendapatkan nya, sedangkan untuk sekolah menengah umum itu ada tiga orang. Tolong isi formulir ini untuk proses verifikasi persetujuan bahwa kalian menerima undangan ini."

Ibu Rochel menjelaskan, lalu menyerahkan lembaran kertas pada kedua orang yang berbeda gender itu untuk diisi dan diserahkan padanya kembali.

"Tetapi undangan ini juga harus menyertakan ujian tulis pada kalian. Jadi ibu harap kalian bisa saling membantu sebelum menghadapi ujian tersebut." Ia kembali melanjutkan penjelasannya pada Miselin dan juga Max.

Miselin diam mencermati ucapan ibu Rochel itu, tanpa sedikitpun suara yang tercipta. Jujur saja ia tidak merasa senang sama sekali dengan jalur undangan ini. Entah kenapa hatinya seolah tidak tenang untuk menerima nya.

"Apa maksud ibu, kami harus belajar bersama?" Itu bukan suara Miselin. Max lah sang pelaku yang melemparkan pertanyaan pada sang kepala sekolah itu.

Miselin yang mendengar ucapan itu lantas mengerutkan keningnya, tak mengerti mengapa pemuda itu mengungkapkan hal itu dengan nada seolah-olah tidak mau bekerja sama dengannya?

"Iya, karena kalian harus lulus dan masuk universitas kedokteran itu." Rochel berucap dengan tegas. Namun terdengar memaksa keduanya untuk berjuang keras memenuhi keinginannya. "Jika kalian lulus maka, biaya kuliah kalian akan ditanggung oleh sekolah itu sendiri, dan itu adalah keuntungan dari jalur undangan ini. Karena itu kalian harus lulus dan mengharumkan nama baik sekolah kita ini."

Miselin mendengar itu langsung mengerti hal apa yang membuat perasaan nya tidak tenang untuk menerima undangan itu. Gelisah nya sudah bisa diredakan nya karena perkataan sang kepala sekolah itu.

Medicine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang