Suasana terang dari lampu yang berpijar memberikan efek cerah di dalam rumah dengan desain sederhana itu.Tepatnya berada dalam rumah tangga antara Michael dan Miselin. Walaupun, untuk kehangatan di dalamnya tidak akan terasa sama sekali.Di rumah itu terlihat dua orang berbeda gender tengah berkutat pada pekerjaan rumahnya masing-masing. Tanpa ada yang menginterupsi satu sama lain.
Hingga pada akhirnya Michael menutup bukunya dan bergerak menuju kamar utama di rumah itu.
"Michael, kau mau kemana?" Sang puan bertanya tepat saat Michael beranjak pergi dari sisinya di karpet ruang tengah.
Michael menolehkan kepalanya menatap singkat pada Miselin sembari menjawabnya, "aku mau mandi, kenapa bertanya?" Michael berhenti di satu anak tangga dan menatap istrinya itu dengan tatapan tenang nya.
Miselin menatap Michael singkat, lalu ia menutup bukunya dan bangkit berdiri, "aku akan membuatkan makan malam. Jika kau sudah selesai turunlah untuk makan," Miselin berujar setelah selesai merapikan buku-buku pekerjaan rumahnya tadi.
Ia hanya mengangguk singkat dan kembali melangkah menuju kamar utama rumah itu.
Jujur, ia tidak begitu suka perhatian yang di berikan gadis itu. Karena ia tahu perhatian itu hanya sebuah 'ke-terpaksaan' oleh karena ibunya, Ia tidak akan bisa menerimanya begitu saja, bukan?
Tetapi jauh di lubuk hatinya, ia selalu merasa bersalah pada Miselin. Ia selalu berpikir ia membuat kehidupan masa muda gadis itu harus di habiskan untuk merawatnya dan untuk tinggal dengan laki-laki yang tidak di cintai nya. Bukankah dirinya sudah terdengar seperti orang jahat bagi gadis itu? Dan dengan sedikit keegoisan nya lagi, ia malah mengharapkan sebuah ketulusan dalam perhatian yang harus di berikan gadis itu padanya. Apa ia semakin bersalah pada gadis itu?
Tetapi, bukan itu masalah terbesar nya untuk saat ini. Ia hanya harus bisa memperlakukan gadis itu sebagai istrinya, tanpa harus membuatnya merasa terbeban dengan tinggal bersamanya.
Michael mengangguk-angguk pada dirinya sendiri- setuju- akan pikiran nya yang sempat memenuhi isi kepalanya.
Gadis bernama Miselin itu kini tengah sibuk di dapur. Ia tengah mempersiapkan makan malam untuk dirinya dan untuk Michael.
Ia mengikat rambutnya dan memasang celemek dari bagian pinggang hingga ke lututnya. Ia terlihat serius namun tidak memperlambatnya dalam menyiapkan makanan.
Di saat dirinya tengah sibuk memasak, indra pendengarannya menangkap suara orang terbatuk yang semakin mendekat kearahnya.
Ia menolehkan kepalanya dan menatap sumber suara, lalu sepersekian detik kemudian wajah Miselin tampak panik dan khawatir. Ia segera mematikan kompor membiarkan makanan yang tengah ia masak terbengkalai begitu saja.
Kini langkah kakinya terburu-buru mendekati suara itu yang sudah berada di dekat meja makan. Miselin segera mengambilkan segelas air hangat, lalu membawanya pada Michael.
Ia menyerahkan gelas itu pada Michael sambil tangan kanannya mengusap-usap punggung tegap Michael dengan lembut. Ia berusaha menenangkan Michael agar bernafas lebih teratur setelah ia meminum air hangat itu.
"Uhuk... Uhuk... Uhuk... Argh..." Michael terlihat kesakitan pada kerongkongan nya, dan hal itu jelas saja membuat Miselin semakin panik.
Michael terus terbatuk, karena merasakan kerongkongan nya seperti sangat gatal dan pada akhirnya ia terburu-buru bergerak menuju wastafel lalu ia membuang dahaknya ke wastafel itu.
Namun, bukan dahak yang keluar dari dalam mulutnya melainkan darah. Michael menyentuh lehernya mengusap nya perlahan, dan kini terlihat raut wajah perih dan kesakitan akibat hal itu. Ia menundukkan kepalanya dengan kedua tangan berada di sisi wastafel untuk menopang tubuhnya, hingga ia merasakan cairan hangat meluncur bebas dari hidung nya. Tangan kanannya terangkat mencoba membersihkan hidungnya, tapi ia terdiam dengan wajah sayu melihat darah yang juga keluar dari kedua hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine
General Fiction"Aku tidak suka jika kau melihat ku dan bersikap baik hanya karena aku sakit." "Aku tidak begitu. Hanya saja kau tak mengerti."