Part 12 - Pengakuan

261 7 0
                                    

Halo Mabro, You can call me Onya.

Aku update hari ini, dan mau bilang mungkin seminggu kedepan bakal off dulu dari wattpad, karena ada ujian.

Jangan lupa follow akun SoniaJuhelia dan jangan lupa juga untuk vote serta komen supaya makin semangat up cerita nya.

Jangan jadi sider!

⛔WARNING: Cerita ini merupakan karangan sipenulis sendiri, tidak ada unsur penjiplakan didalamnya. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan alur sekalipun itu hanyalah sebuah ketidak sengajaan.⛔

tandai typo!

Happy reading🤸

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu, kini Stephanie terduduk sembari menundukkan kepala nya dengan kedua tangan yang saling meremat ketika di tatap tajam oleh empat cowok dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu, kini Stephanie terduduk sembari menundukkan kepala nya dengan kedua tangan yang saling meremat ketika di tatap tajam oleh empat cowok dihadapannya.

"Kenapa pergi sendiri?" tanya Tama membuat Stephanie semakin meremat rok nya. "Kalau terjadi apa-apa gimana?" tanya Tama lagi. "Lo kira kita semua gak khawatir sama lo?"

"Maaf," cicit Stephanie tidak berani menatap keempat cowok itu.

"Angkat kepala lo, jangan gak sopan sama orang yang lagi ngomong." Kini Zayyan yang bersuara.

Stephanie perlahan mengangkat kepala nya dan menatap keempat cowok itu yang kini juga menatap dirinya.

"Abang lo udah kasih kepercayaan sama kita Step. Dia kasih kepercayaan untuk jagain lo. Kalau tadi si Daren sampai macem-macem sama lo, itu bisa bikin kepercayaan abang lo sama kita-kita, hilang."

"Bisa gak kalau ada apa-apa tuh bilang, jangan dipendem, dengan lo yang kayak tadi itu bikin kita semua khawatir." Tama terus berceloteh. Berbeda dengan Ateaz juga Gerald yang lebih memilih diam dan menyimak.

"Lo udah kita anggap seperti adik sendiri, lo ngerti gak sih Step?"

"Iya maaf," mata Stephanie mulai berkaca-kaca.

"Giliran dikasih tahu nangis, apa-apa nangis." sindir Zayyan membuat tangisan Stephanie semakin kencang. Perlu dicatat jika Stephanie tidak suka dimarahi seperti ini.

"udah, jangan ngehakimi Stephanie kayak gini." Gerald menengahi.

"Lo jangan terus-terusan bela Stephanie, Rald. Disini dia salah, udah sepatutnya kita kasih tahu," ujar Tama.

"Lo tuh sebenernya kenapa sih Step? lo anggap kita apa?" Zayyan meraup wajah nya, kini laki-laki itu terlihat frustasi. "Terserahlah! kesel gue!!"

"Stephanie pasti punya alasan, dia juga punya privacy. Jangan terlalu main hakim sendiri." Disela-sela itu pun Gerald tetap mencoba agar Tama dan Zayyan tidak kelepasan berbicara yang tidak-tidak dengan Stephanie.

DERLANGGA : Ad MelioraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang