Episode 2

3 0 0
                                    

   "Owh, jadi ini penantang nya." Pria berbadan besar berjalan mendekat. Tatapan mata nya mengarah tajam ke Vinra.

   "Yakin nih, nanti kalau mati gimana bos?" Seorang lelaki berbadan bulat memecah keheningan.

   "Tinggal buang, susah amat." Aula menjadi ramai oleh tawa.

Vinra masih menatap awas ke depan. Walaupun sudah terbiasa menghadapi perkelahian. Vinra tidak bisa bergerak secara gegabah. Salah gerakan bisa menjadi sangat fatal.

   "Gimana, masih pengen berkelahi. Kayak nya mental nya sudah ciut tuh." Ujar laki-laki berambut merah, berdiri di samping pintu aula.

Vinra menatap lamat-lamat. Orang yang berambut merah itu pasti yang menjaga pintu. Agar tidak ada yang masuk dan keluar aula dengan bebas. Kira-kira ada lima belas orang yang ada di aula ini.

   "Yah, apa sepertinya yang menantang menyuruh orang lain untuk bertarung. Ku pikir, orang itu sangat pemberani. Ternyata hanya seorang pengecut." Vinra mulai memanasi keadaan.

Aula mendadak menjadi lengang. Seakan seperti ada api yang membara di tengah-tengah ruangan. Emosi mulai meluap dari sekumpulan orang-orang.

   "Hebat, provokasi mu cukup untuk membuat orang hilang kendali." Tepukan tangan menyelimuti langit-langit aula.

Vinra menoleh, menatap tajam orang itu. Tubuh nya memasang kuda-kuda siaga. Seorang laki-laki dengan baju seragam yang di keluarkan. Sebuah luka goresan menghiasi pipi sebelah kanan nya. Itu pasti si Bora.

   "Baiklah, biar aku yang mulai. Jangan ada yang maju jika aku kalah." Mengedipkan sebelah mata nya.

Vinra masih menatap nya dengan tajam. Kedipan matanya mencurigakan. Itu bahasa tubuh. Vinra kembali memantapkan kuda-kuda nya. Tangan kanan nya mengepal ke depan.

   "Cukup meyakinkan. Kau mundur, biar aku yang maju dulu." Pria berbadan besar menuruti instruksi. Bora ikut memasang kuda-kuda nya.

Suasana menjadi tegang. Hembusan nafas sendiri pun bisa terdengar oleh telinga. Vinra dan Bora sudah saling berhadapan, masih saling mengamati.

   "Ingatlah, ini akan jadi kuburan mu. Vinra yang tak terkalahkan." Seringai Bora.

   "Tidak, jika kau yang lebih dahulu kalah."

Bora melesak maju, tinju kanan nya melayang. Dengan tenang, Vinra menggeser kepala nya ke kiri sambil memberikan pukulan ke arah wajah Bora. Tinju Bora mengenai udara kosong. Dhuak. Bora pun terhempas ke belakang. Tinju Vinra berhasil mengenai Bora. Darah segar mengalir dari ujung bibir nya.

   "Hanya segitu saja." Seringai Vinra.

Bora menggeram, segera melesat maju memberikan serangan balasan. Vinra dengan tenang menghindar, sambil jual beli pukulan. Pukulan Vinra dengan telak selalu mengenai bagian-bagian vital.

Vinra seperti merasa di atas angin. Pertarungan ini mudah untuk di menang kan. Bora sudah kewalahan. Nafas nya sudah menderu-deru, terbatuk-batuk, darah segar keluar dari mulut nya.

Aku masih menatap tajam. Mata nya kembali memberi isyarat. Vinra spontan menghadap ke belakang. Sebuah pukulan mengenai wajah nya. Vinra terhempas, kuda-kuda nya telah runtuh.

   "Sejak kapan ada orang di belakang ku?" Mengelap darah di ujung bibir.

   "Kau tidak akan menang semudah itu." Bora tertawa dengan penuh maksud.

Vinra kembali memasang kuda-kuda nya. Kini lawan nya bukan hanya Bora. Sekumpulan orang ini akan menyerang dengan bersamaan. Vinra menatap bergantian ke segala arah. Menjaga titik buta nya. Ini akan menjadi pertarungan yang rumit.

Initium: OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang