Episode 1

3 0 0
                                    

Gerimis membungkus halaman sekolah. Langit mendung. Gumpalan awan hitam seakan bosan beranjak di atas sana. Satu-dua tetes air mengenai jendela kelas lalu terbawa angin. Ini sebenarnya sudah di ujung musim hujan. Tak lama lagi musim kemarau yang kering akan tiba.

   "Hei Ken, kita ke kantin yuk." Merangkul tangan di pundak ku.

Aku melepas rangkulan nya, menatap nya dengan ekspresi datar.

   "Kau saja, bel istirahat bahkan belum berbunyi." Menoleh ke luar jendela. Melipat kedua tangan ku di atas meja.

   "Bahkan sekarang sudah lewat jam pelajaran. Pak Den tidak mengajar Ken."
Memberikan alasan.

Aku menoleh, menatap nya lamat-lamat. Wajah nya penuh dengan keyakinan. Aku menghela nafas. Kegigihan ku retak dengan keinginan nya.

   "Baiklah, aku segera menyusul."

Lelaki berambut hitam bergelombang bersorak senang. Berlari meninggalkan kelas.

   "Kau ingin ke kantin Ken?"

Aku menoleh, perempuan dengan rambut berwarna putih menatap ku dengan tersenyum.

   "Ayo, jika kau ingin ikut." Aku beranjak dari bangku, berjalan meninggal kan kelas.

Gadis yang bersamaku nama nya Izuna. Aku berteman dengan nya sejak masih kecil. Aku mengenal nya saat sedang bermain air hujan. Ketika itu, dia menangis di dalam bangunan yang seperti cangkang. Di taman bermain.

Aku segera menghampiri nya, karena tidak tega melihat nya menangis. Sejak saat itu, Aku selalu bertemu, dan bermain dengan nya.

   "Sepertinya, hanya kelas kita yang tidak ada gurunya." Izuna memperhatikan tiap kelas.

Aku mengangguk, sesekali melihat ke kelas lain. Aku jadi kepikiran sesuatu. Apa Pak Den sedang sakit? atau ada masalah yang lain. Jarang sekali Pak Den tidak hadir tanpa alasan yang jelas. Biasanya, pasti ada guru yang menggantikan di jam pelajaran Pak Den. Entah itu hanya untuk mengabsen. Atau bercerita tentang pengalaman nya.

Kelas ku berasa di lantai dua. Di lantai dua ini hanya terdapat lima kelas. Salah satu nya, menjadi tempat labolatorium untuk anak IPA. Sedangkan kantin berada di lantai satu. Aku harus melewati koridor yang panjang dan meniti anak tangga agar sampai ke kantin. Ini salah satu penyebab kemalasan ku, jika di ajak ke kantin.

   "Ken! sebelah sini!" Melambaikan tangan dari kejauhan.

Aku menghampirinya, menarik bangku yang kosong di depan nya.

   "Kau mengajak Izuna?" Menunjuk Izuna sambil menatap ku. Mulut nya sibuk mengunyah makanan yang dia beli.

   "Memang nya kenapa? daripada berdua doang. Lebih baik ngajak orang lagi biar gak bosen. Bosen ngobrol berdua doang." Aku memberi alasan.

   "Memang nya aku membosankan." Memasang wajah kebingungan.

Aku menatap nya dengan datar. "Kau tanya saja Izuna, bagaimana menurut mu tentang Vinra." Aku menoleh ke arah Izuna. Izuna malah menatap balik.

   "Entahlah, menurut ku kalian baik." Melihat ke arah ku dan Vinra bergantian.

Aku dan Vinra saling tatap. Vinra mengangkat bahu dan tertawa.

Initium: OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang