(01) Asing

3K 442 89
                                    

Jangan lupa vote dan komen ❣️
Happy reading~

***

Disclaimer

1. CERITA INI MURNI HASIL YANG SAYA TULIS SENDIRI.
2. APABILA ADA KESAMAAN TEMPAT, WAKTU DAN NAMA TOKOH MOHON DI MAAFKAN.
3. INGAT! INI FIKSI, JANGAN BAWA BAWA KARAKTER DI SINI KE DUNIA NYATA IDOL, KARENA KARAKTER INI, BENAR BENAR DI BUAT-BUAT.
4. JANGAN MEMBANDING BANDINGKAN CERITA INI DENGAN CERITA PENULIS YANG LAIN. MUNGKIN CERITA INI KURANG BAGUS KARENA BARU BELAJAR.
5. JANGAN MENIRU! HARGAI PENULIS!
6. INI FIKSI BUKAN MENGAMBIL CERITA ASLI ATAU APA PUN. INI HANYA KARANGAN/ IMAJINASI PENULIS SAJA TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN PERANG JAMAN DAHULU ATAU KASUS YANG PERNAH TERJADI.

⚠️CERITA INI MENGANDUNG KEKERASAN⚠️


Ini di tulis berdasarkan imajinasi dan pengetahuan terbatas Author yang membuat cerita ini semenarik mungkin.

***

Hallo, guys. Ini cerita side story Prajurit Mata Elang, ya. Bagi yang baru mampir sebaiknya baca cerita 7 Forces 'Black Mission' terlebih dahulu, ya. Lalu lanjutkan dengan membaca The Next Mission, di akun ini. Setelah itu bisa baca ini.

Thank you ^^

***

Seorang laki-laki menggerakkan matanya. Dengan perlahan dia membuka kelopak matanya seperti baru pertama kali terbangun dari tidur yang panjang. Laki-laki itu menatap langit-langit ruangan yang tampak remang-remang.

Bola matanya mulai bergerak ke kanan dan ke kiri saat baru tersadar kalau dia berada di tempat yang asing. Dia menoleh ke sana kemari lalu mencoba untuk duduk meski seluruh tubuhnya terasa sangat kaku.

"Argh, badan dan kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Argh, badan dan kepalaku." Laki-laki itu kembali memejamkan matanya sembari memegang pelipisnya sebentar lalu menegakkan kepalanya.

"Di mana ini? Apa yang terjadi terakhir kali?" tanyanya pada dirinya sendiri. Dia mencoba mengingat kejadian terakhir kali.

"Hanip, ayo, Nip. Coba ingat sesuatu."

Laki-laki berkulit tan itu adalah Hanif. Hanif sedang memotivasi dirinya sendiri untuk mengingat kejadian terakhir kali. Kejadian yang membuatnya kini terbaring di ruangan yang tampak asing ini.

Hanif membelakan matanya saat ada bayangan kejadian terakhir yang terlintas di kepalanya. Bayangan saat dirinya terjatuh ke dalam lautan yang gelap dan dingin.

"Fahmi, Jovan, Kapten." Hanif turun segera dari ranjang, sayang sekali dia harus terjatuh. Entah kenapa kakinya terasa sangat lemas. Apa dia tertidur terlalu lama atau—? Tanyanya dalam hati, mencoba menebak-nebak apa yang terjadi pada tubuhnya.

Hanif menggelengkan kepalanya, tidak mungkin jika dia lumpuh. Hanif kembali mencoba untuk berdiri, dan berhasil. Dia mengela nafas lega, dia bukan tidak bisa berjalan lagi, tapi karena memang masih lemas saja.

Laki-laki yang rambutnya sedikit gondrong itu segera berjalan perlahan keluar dari balik bilik yang tertutup dengan kain hijau.

Hanif menghentikan langkahnya saat tangannya menggeser kain. Dia pikir, dia berada di rumah sakit, tapi ternyata bukan. Tempat apa ini? Kenapa kotor dan sangat minim penerangan, bahkan hanya ada sedikit ventilasi di atap.

Kakinya yang penuh dengan luka kembali melangkah, hingga matanya tertuju pada dua bilik yang berdampingan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakinya yang penuh dengan luka kembali melangkah, hingga matanya tertuju pada dua bilik yang berdampingan. Dia mencoba mempercepat langkahnya meski sulit. Dia berharap, di balik bilik itu ada temannya. 

Tangannya kemudian menggeser kain hijau di depannya. "Jovan," ujarnya lalu kembali menggeser kain yang satunya lagi. "Kapten."

Ada sedikit perasaan lega, karena dia tidak selamat sendirian. Tapi bagaimana dengan yang lain? Hanif memutar tubuhnya, kosong. Tidak ada apa pun lagi.

Apa yang terjadi? Kenapa hanya ada dia dan dua temannya saja yang ada di ruangan ini?

Hanif kembali berjalan mengelilingi ruangan sempit yang kini dia tempati. Tangannya mencoba menyentuh dinding dan beberapa benda di sekitarnya. Dindingnya dingin, benda-benda di sekitarnya berdebu. 

Sampai akhirnya dia berdiri di dekat pintu. Dia mencoba memasang telinganya untuk mendengar apa yang sedang terjadi di luar, tapi hanya kehampaan yang ada. Dia juga beberapa kali memasang telinganya di tembok. Tampaknya dindingnya terlalu tebal atau mungkin kedap suara.

Hanif menghela nafas lalu kembali berjalan mendekati kedua temannya. Dia tidak mendapatkan informasi apa pun setelah mencoba mencari tahu.

Matanya menatap kedua temannya. Berapa lama dia tertidur? Apa sudah sangat lama? Hanif menyentuh rambutnya lalu mencium tangannya.

"Gondrong dan bau kecoak," gumamnya lalu menunduk. Sepertinya dia tertidur sangat lama selama ini.

Matanya kembali menatap kedua temannya. "Ayo, bangun. Kita sudah tertidur sangat lama sekali," ujarnya lalu menghela nafas kasar dan segera duduk di pinggiran ranjang yang Jovan tempati.

"Kita berada di tempat yang asing."

"Apa yang terjadi dengan kita?"

Hanif merebahkan tubuhnya di samping Jovan. Sembari berpikir, lama kelamaan matanya kembali tertutup. Prajurit berkulit tan itu tertidur di samping temannya yang belum sadar. 

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


To be continue...

Hidden FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang