Jangan lupa vote dan komen ❣️
Happy reading~***
Hanif membuka matanya. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya terakhir kali. Karena yang diingatnya terakhir kali, dia merasa tubuhnya sudah tidak tahan menerima rasa sakit dari benda tumpul, dan akhirnya tidak sadarkan diri.
Hanif segera duduk, dia menatap sekeliling. Dia masih berada di tempat tidurnya. Dia merasa tubuhnya masih merasakan sakit. Beberapa titik ditubuhnya masih terasa berdenyut.
Mata besarnya menatap tubuhnya dibalik kain putih yang menutupi tubuhnya. Hampir semua tubuhnya memerah. Hanif terdiam saat melihat kalung yang tiba-tiba sudah ada dilehernya.
"Matahari?" gumamnya yang hanya didengar olehnya.
Namun, dia tidak memikirkan itu. Dia tiba-tiba teringat teman-temannya. Dengan cepat Hanif segera turun dari ranjang. Matanya menelisik ke setiap sudut ruangan.
"Lo udah bangun?"
Hanif menoleh, itu Jovan. Jovan masih terduduk dengan tangan yang masih terantai ke atas. Kaki panjangnya segera melangkah mendekati temannya yang sudah setengah telanjang.
"A—Apa yang terjadi?" tanya Hanif sedikit tergagap.
"Tenanglah, tenang," ujar Jovan. "Kalau sudah, ambil kunci di dekat kakimu lalu tolong aku," lanjutnya.
Hanif menghela napas pelan lalu mengangguk dan segera mengambil kunci dan segera membantu Jovan untuk melepaskan tangannya.
"Di mana kapten?" tanya Hanif.
"Di dekat pintu," jawab Jovan.
Hanif menoleh sebentar lalu kembali membantu Jovan. Setelah Jovan terbebas dari rantai, dia bergegas mendekat pada Kafi yang tergeletak di depan pintu dengan mata tertutup, entah apa yang terjadi pada pemimpin Prajurit Mata Elang itu.
"Kapten." Hanif membalikkan tubuh Kafi lalu segera membuka penutup mata. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada Jovan yang baru bergabung.
"Sepertinya mereka melakukan hal yang buruk pada kapten di luar," sahut Jovan sembari memakai bajunya.
"Di luar?"
"Waktu gue baru buka mata, seseorang lempar kapten dari luar dalam keadaan yang sudah seperti ini." Jovan berjongkok lalu mencoba mengangkat tubuh Kafi. "Argh," rintihnya lalu menunduk.
"Kamu terluka. Biar aku saja."
"Bersama," sanggah Jovan yang akhirnya menggotong Kafi bersama Hanif.
Dua prajurit itu membawa pemimpin mereka menuju tempat tidur.
"Semoga tidak terjadi sesuatu yang cukup serius pada Kapten," ujar Hanif setelah meletakan Kafi.
"Lalu gimana dengan keadaan lo?" tanya Jovan sembari duduk di ranjang yang satunya lagi.
"Aku?" Hanif menoleh Jovan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Flowers
FanfictionSemua itu berawal dari ledakan di tengah perbatasan laut desa Jadu. Ledakan yang membuat tiga prajurit dinyatakan gugur setelah satu bulan pencarian, padahal tidak ada yang tahu kebenarannya saat itu. Apakah mereka benar-benar gugur, hilang, di hila...