Jangan lupa vote dan komen ❣️
Happy reading~Yang udah baca TNM, spoiler endingnya tipis-tipis ya kalau komen. Kalau bisa, jangan spoiler. Komen sesuai cerita aja. Thx.
***
Hening, tidak ada yang berbicara di antara dua prajurit yang baru saja bangun dari tidurnya. Mereka saling bungkam, tapi mata mereka terus bergerak menelisik ke setiap sudut ruangan.
Jovan terus berjalan ke sana kemari, sedangkan Hanif hanya duduk di tengah ruangan sembari memeluk lututnya.
"Arghm." Hanif menjatuhkan tubuhnya ke lantai sembari memeluk tubuhnya sendiri. Dia kembali merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya.
"Hanif, apa yang terjadi?" Jovan kini sudah berjongkok di depan Hanif.
Hanif menggelengkan kepalanya. "Dingin," ujarnya, padahal tubuhnya mengeluarkan keringat.
Tubuhnya tiba-tiba mengigil. Dia menginginkan sesuatu, tapi tidak tahu apa yang dia inginkan.
"Jov, dingin." Tubuhnya diangkat Jovan lalu diletakan di atas tempat tidur. Jovan terlihat telaten menyelimutinya dengan dua selimut.
"Kamu akan segera membaik," ujar Jovan sembari mengelap keringat di kening Hanif.
"Tapi—" Hanif menghentikan ucapannya. "Tapi ini sangat dingin," lanjutnya lalu meringkuk mencari kehangatan.
Ini aneh sekali, karena sebelumnya Hanif belum pernah merasakan seperti ini. Saat dia demam tinggi pun tidak sampai menggigil seperti ini.
Hanif memejamkan matanya, dia mencoba menjemput mimpinya. Mungkin dengan tidur keadaannya akan segera membaik. Sebelum memejamkan matanya, telinganya mendengar Jovan berteriak meminta obat untuknya.
"Hanif, bertahanlah." Jovan berbicara sangat lembut sekali sembari mengelus kepala Hanif.
Hanif mengangguk. "Aku akan mencoba untuk tidur saja," ujarnya dengan suara bergetar. Bahkan dia tidak bisa bernafas dengan lega.
Jovan mengangguk.
Suara pintu terbuka membuat Jovan dengan cepat menoleh. Mereka datang lagi? Padahal baru beberapa jam yang lalu mereka datang dan menyiksa.
"Mau apa lagi kalian?" Jovan bersiap siaga.
Namun, seperti biasa, ucapannya tidak di dengar sama sekali. Justru kini ada tiga orang yang sudah berjalan mendekatinya.
Jovan yakin, kali ini orang yang datang pasti lebih kuat dari sebelumnya.
Jovan melirik Hanif sebentar lalu melangkahkan kakinya ke depan mencoba menghalangi mereka yang sedang mendekati kedua temannya. Dia menaikkan ujung bibirnya saat salah satunya sudah mengeluarkan sebuah jarum suntik.
Dengan cepat Jovan menghindar lalu kakinya menendang kaki orang tadi hingga tersungkur ke belakang. Dengan sigapnya dia berpindah ke samping Hanif lalu menahan tangan lain yang sudah akan menyeret Hanif.
"Jangan sentuh temanku." Jovan mematahkan tangan orang itu dengan mudah hingga berbunyi lalu mengangkat dan segera membantingnya.
Dia juga kembali menghindar dengan menunduk saat ada sebuah balok yang hampir mengenai kepalanya, kemudian dengan cepat kakinya menendang perut orang yang membawa balok hingga jatuh tersungkur ke belakang.
Matanya yang tajam seperti elang itu menatap tiga orang yang sedang mencoba untuk kembali bangkit.
"Panggil bos kalian."
"Suruh dia untuk menunjukkan wajahnya di depanku," lanjutnya, tapi kembali tidak mendapatkan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Flowers
FanfictionSemua itu berawal dari ledakan di tengah perbatasan laut desa Jadu. Ledakan yang membuat tiga prajurit dinyatakan gugur setelah satu bulan pencarian, padahal tidak ada yang tahu kebenarannya saat itu. Apakah mereka benar-benar gugur, hilang, di hila...