Jangan lupa vote dan komen ❣️
Happy reading~⚠️Ada adegan yang menunjukan sebuah kekerasan⚠️
***
Kafi membuka matanya, dia meringis saat merasakan pusing pada kepalanya. Bola matanya melirik ke sana kemari saat merasa tangan dan kakinya tidak bisa bergerak bebas. Dia kembali memejamkan matanya saat rasa sakit menyerang kepalanya.
"Kamu sudah bangun?"
Pria bermata tajam itu membuka matanya lalu menoleh ke sumber suara. "Apa yang terjadi?" tanyanya terdengar lemah dan mencoba memperjelas penglihatannya.
"Ucapkan selamat tinggal pada suara tegas Anda, Kapten." Hans terkekeh lalu menatap beberapa orang di depannya yang berpakaian seperti dokter yang akan mengoperasi lalu mengangguk, seperti memberi perintah.
Kafi mengerutkan keningnya seraya mengepalkan kedua tangannya. "Berengsek!" geramnya. Dia memberontak saat beberapa orang mengerubunginya. Pupil matanya membesar saat salah satu orang yang mengerubunginya mengangkat pisau bedah lalu mengarahkan pada lehernya.
"Argh!" Prajurit berpangkat kapten itu menjerit saat mata pisau bedah menggores lehernya dengan pelan. Dia memejamkan matanya saat merasa darah pada lehernya mengalir. Dia menegangkan seluruh tubuhnya mencoba menahan rasa sakit yang sangat luar biasa, rasa sakit yang belum pernah ia rasakan selama masa hidupnya.
Dia memang masuk kesatuan pasukan khusus, terlebih lagi ia juga pasukan elite, berbagai latihan berbahaya sudah dia lakukan, tapi ini sungguh menyakitkan sampai menyentuh hatinya. Bagaimana seorang pemimpin pasukan kehilangan suaranya? Bukan hanya itu, dia yakin kedua temannya mungkin sudah berada di posisi yang sama dengannya, tapi ia tidak bisa berbuat apa pun untuk menyelamatkan kedua temannya.
"Argh, ibu. . . Nadhira. . . Nduk," rintih Kafi berkali-kali, terdengar lemah dan sangat menyakitkan. Bagaimana caranya ia berkomunikasi dengan orang-orang tersayangnya setelah ia kehilangan suaranya nanti? Setetes air mata jatuh dari ujung matanya.
"Tuan Hans, sepertinya ini sudah cukup. Jika tidak segera membiusnya, kita bisa kehilangan dia." Dengan menggunakan bahasa asing, orang yang sepertinya seorang dokter itu menyampaikan kekhawatirannya pada Hans.
Hans menatap dokter di depannya dan Kafi yang sedang menahan rasa sakit secara bergantian. Keputusan yang sepertinya sangat sulit untuk dirinya yang memiliki jiwa psikopat. Dia sudah tahu dari awal risikonya, tapi dia sangat menikmati saat melihat orang kesakitan.
"Saya ingatkan sekali lagi, Tuan. Ini sangat berisiko. Kita sudah banyak kehilangan banyak orang, karena tidak memberinya obat pereda sakit. Ini pita suara sangat dekat dengan nadi. Anda bilang, Anda tidak ingin pria ini mati bukan? Jadi kita tidak perlu banyak mengambil risiko." Pria yang sepertinya tahu betul tantang risiko pembedahan organ tubuh manusia itu menjelaskan banyak hal pada Hans. Sebenarnya membedahnya tanpa pereda sudah sangat berisiko, apa lagi jika melanjutkannya? Ini memang bukan pertama kalinya, tapi tetap saja ada banyak risiko yang harus dihadapi terutama kegagalan, yang mungkin bisa berujung pada kematian. Sedangkan Hans sendiri menginginkan, tiga prajurit itu agar tetap hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Flowers
FanfictionSemua itu berawal dari ledakan di tengah perbatasan laut desa Jadu. Ledakan yang membuat tiga prajurit dinyatakan gugur setelah satu bulan pencarian, padahal tidak ada yang tahu kebenarannya saat itu. Apakah mereka benar-benar gugur, hilang, di hila...