Jangan lupa vote komen ❣️
Happy reading~***
Tidak tahu pagi, malam, atau pun siang. Hanif yang tengah tertidur di sebelah Jovan, tiba-tiba di tarik dengan kasar hingga jatuh ke lantai.
Hanif sangat terkejut, dia mengatur nafasnya lalu menatap dua orang berpakaian sangat tertutup di depannya. Matanya yang masih memerah menajam saat menatap dua orang itu.
"Siapa kalian?!"
Bukan mendapat jawaban, justru Hanif mendapat tamparan keras dari salah satu orang itu hingga wajahnya berpaling.
Hanif mengelap darah yang mengalir diujung bibirnya. "Brengsek!" sentaknya lalu mencoba berdiri. Namun, belum juga berdiri tegap, kakinya sudah ditendang hingga dirinya kembali terjatuh. Hanif menghela nafasnya pelan, kenapa dia menjadi sangat lemah seperti ini? Pikirnya.
"Siapa kalian?" Hanif kembali menatap dua orang di depannya.
"Lalu ini di mana?"
"Beri tahu aku, tol—" Hanif menghentikan ucapannya lalu mengerutkan keningnya saat salah satu orang di depannya mengeluarkan sebuah jarum suntik. "Apa yang akan kalian lakukan padaku? Apa itu?" Hanif memundurkan tubuhnya.
Saat mencoba berdiri, kakinya di tendang yang membuatnya kembali ambruk. Dadanya di tendang, hingga dirinya tersungkur ke belakang. Itu terjadi berulang kali, Hanif tidak diberi kesempatan untuk melarikan diri.
"Apa yang akan kalian lakukan?!" Hanif histeris saat laki-laki itu berjongkok di sebelahnya lalu jarum suntik menembus kulitnya.
"Sialan sia." Hanif memejamkan matanya sebentar lalu kembali membukanya. Dalam sekejap pandangannya menjadi tidak jelas, semuanya terlihat kabur.
Tubuhnya diseret lalu di hempaskan ke pojok ruangan. Dia merasa tubuhnya seperti melayang. Apa yang baru saja di suntikan ke tubuhnya? Kenapa rasanya seperti ini?
"Mamah, abah. Hanip mau pulang."
"Hanip laper, mah. Hanip mau nasi uduk buatan mamah." Hanif berbicara melantur. Dia menggelengkan kepalanya. Matanya terasa sangat berat, ingin sekali dia tidur. Dadanya begitu sangat sesak.
Namun, setelah beberapa saat Hanif kembali tersadar. "Sialan, apa yang mereka masukkan ke tubuhku?" tanyanya sembari memegang dadanya.
"Argh!" Hanif mencengkeram kerah piama putih yang dia kenakan.
Tubuhnya mengejang, bulir keringat mulai menetes dari dahinya. Kini Hanif mulai merasakan panas. Keadaan tubuhnya berubah dengan sangat cepat. Hingga akhirnya Hanif memejamkan matanya lalu tertidur dalam posisi duduk.
***
Hanif membuka matanya perlahan. Semua yang ada di depannya masih terlihat kabur. Dia memejamkan matanya sebentar lalu kembali membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Flowers
FanfictionSemua itu berawal dari ledakan di tengah perbatasan laut desa Jadu. Ledakan yang membuat tiga prajurit dinyatakan gugur setelah satu bulan pencarian, padahal tidak ada yang tahu kebenarannya saat itu. Apakah mereka benar-benar gugur, hilang, di hila...