Selasa, 11.08
"Selamat siang anak-anak, ibu senang sekali bisa berangkat kesekolah lagi setelah di serang pusing kepala yang bikin ibu tumbang. Kemarin ibu udah ngecek tugas kalian, jadi hari ini pembagian nilai. Ketua kelas, tolong di bagikan ya," Titah sang guru.
Ketua kelas tersebut segera melaksanakan perintah bu Sivon, mengambil tumpukan kertas di atas meja guru, membaca nama kelompok di tiap kertas tersebut lalu membaginya sesuai dengan namanya.
Kertas kelompok milik Acha dan Jisung di berikan pada Acha, gadis itu melotot terkejut melihat nilai yang tertera di kertas itu, "parah!" Seru Acha.
"Kenapa? Anjlok ya nilai lu kerja kelompok ma si culun itu?" Bisik Hanna yang duduk di depan Acha.
Acha menunjukkan nilainya pada Hanna, "anjir lah, dah lah males gue lihat nilai lo," Ucap Hanna malas lalu kembali menghadap kedepan.
Acha melihat ke arah Jisung, "mau lihat nilainya?" Tanyanya pada Jisung.
Jisung menggeleng, "nanti aja, di rumah," Jawabnya.
"Cha, bentar lagi istirahat, mau makan siang atau jajan di kantin aja?" Tanya Hanna pada sahabatnya itu.
"Jajan di kantin aja, makanan sekolah akhir-akhir ini nggak enak, sayur terus," Ucap Acha malas.
"Oke!"
Beberapa menit kemudian bel istirahat pun berbunyi.
"Baik ibu akhiri pelajarannya kita sampai di sini saja, selamat beristirahat semuanya!" Pamit sang guru.
"Terima kasih bu!" Seru para murid.
"Lo mau beli apa Cha?" Tanya Hanna.
"Paling cuma minum, gue nggak laper sih," Jawab Acha.
"Sama, gue juga nggak laper, yaudah yuk," Hanna merangkul tangan Acha, mereka berdua beranjak keluar kelas.
Sebelum keluar, Acha melihat Jisung yang sepertinya sedang tidur dengan headphone kabel hitam yang menutup kedua telinganya.
"Eh di luar rame banget ada apa tu?" Ucap Hanna penasaran.
Mereka susah keluar kelas karena keramaian siswa-siswi yang bergerombol di depan kelas mereka.
"Acha!" Panggil seseorang usai Acha dan Hanna berhasil melewati kerumunan orang-orang di depan kelas mereka.
Gadis yang di panggil itu pun menoleh, menatap seorang pria jakun dengan bouquet bunga mawar merah di tangannya. Pria itu berjalan, mendekat kearah gadis yang masih kebingungan itu.
"Cha, dari awal gue ketemu sama lo, gue suka sama lo, gue punya tipe cewek versi gue sendiri, tapi gue ngerasa tipe gue nggak mungkin ada di dunia ini, tapi setelah lihat lo, lo sesuai banget sama tipe gue. Racha Alesia, lo mau nggak jadi pacar gue?"
"Terima! Terima! Terima!" Orang-orang yang bergerombol mengelilingi mereka mulai bersorak.
Sementara gadis itu masih tidak percaya apa yang sedang ia alami ini, orang yang menembaknya saat ini adalah Eric, laki-laki nakal yang suka membully orang-orang lemah, memalaki uang adik kelasnya bahkan satu sekolah juga tau betapa brengseknya cowok ini.
"Ric, maaf tapi gu-"
Acha belum menyelesaikan kalimatnya, pria itu langsung menggenggam tangan Acha dengan erat, "plis Cha, gue bakal berubah demi lo, gue janji nggak akan gangguin murid lainnya lagi."
Acha berusaha melepaskan genggaman tangan Eric namun tidak bisa, pria itu menggenggamnya dengan sangat kuat hingga Acha merasa kesakitan.
"Ric, sakit!"