Seorang gadis sedang menangis terisak sejadi-jadinya di sebuah lorong jembatan yang sepi, ia meringkuk di tepi jalan sambil memeluk kedua lututnya, hatinya benar-benar terasa sesak hingga ia terus memukul-mukul dadanya berharap sakit hatinya mereda.
Ponselnya terus berdering karena sebuah telpon dari seseorang yang sedang mengkhawatirkannya karena tak kunjung pulang padahal sudah lewat tengah malam.
Di sisi lain, seorang pria berdecak kesal menatap ponselnya dengan kecemasan yang terlukis jelas di raut wajahnya.
"Gps nya juga di matiin, kemana sih?!"
'Halo?'
Suara terdengar dari ponselnya.
'Halo Yura, ini aku Jeno sepupunya Moya.'
'Oh kak Jeno... Kenapa ya telpon malem-malem gini?'
'Sebelumnya maaf kalo aku ganggu waktu istirahat kamu, tapi aku mau nanya, Moya ada sama kamu nggak? Sampe sekarang anaknya belum pulang."
"Apa?!!"
"Aku telpon dari tadi juga nggak di angkat, aku bisa lacak dia tapi gps nya di matiin."
"Aduh kak, gimana ya, terakhir sih dia bilang mau samperin Jaehyun di taman kota, habis itu aku udah nggak lihat dia lagi."
"Yaudah, makasih ya."
"Iya kak."
Telpon berakhir, tanpa basa-basi pria itu langsung mengambil kunci motornya untuk mencari keberadaan sepupunya itu di sekitaran taman kota.
Namun saat Jeno hendak keluar dari gerbang, ia melihat seorang pria sedang berdiri di depan gerbang rumahnya sembari mondar-mandir menatap jendela yang terletak di lantai dua.
Jeno turun dari motornya dan menghampiri pria itu tanpa melepas helm nya.
"Ngapain lo?" Tanyanya pada pria itu.
"Maaf kak, Moya nya ada di rumah nggak?"
"Bagus lo begitu? Kerumah cewek malem-malem mau ngapain?!" Seru Jeno emosi.
Yang di marahi hanya menunduk.
"Moya belum pulang, gue mau pergi cari dia. Lo apain dia hah? Temen Moya bilang sebelum Moya nggak bisa di hubungi dia pergi nyari lo. Lo apain adek gue?!" Seru Jeno menahan untuk tidak berteriak karena bisa membangunkan tetangganya.
"Maaf kak, aku sama Moya emang lagi ada masalah, tapi aku nggak tau kalau dia bakal sampe kayak gini," Ucap Jaehyun.
"Lo itu pacarnya, kalo lo nggak bisa jagain dia mending lo putusin dia, anjing!!"
"Kita emang udah putus, ta—"
"Ya terus ngapain lo masih nyariin dia?! Gue bakal cari Moya sampe ketemu, setelah itu lo jangan pernah nunjukin muka lo di depan Moya lagi!!"
Jeno mengambil motornya dan melajukannya meninggalkan pekarangan rumah dan juga Jaehyun yang masih mematung di depan gerbang yang menjulang tinggi itu.
Seluruh jalan di taman kota pelan-pelan di telusuri oleh Jeno, ia melajukan sepeda motornya dengan kecepatan yang amat rendah sembari menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaan Moya yang entah pergi kemana.
Ia takut sepupunya itu ternyata di culik atau sedang dalam bahaya. Jalanan yang begitu sepi dan gelap membuat pikirannya kacau dan membayangkan hal yang tidak-tidak.
"Moya...dimana kamu."
Wajah Jeno mumucat sangking cemasnya pria itu, bahkan udara dingin terkalahkan dengan kekhawatirannya yang meluap saat ini.