08. Smile Flower

221 18 0
                                    

Dalam semalam mereka mampu menghabiskan waktu untuk bersama, menikmatinya seolah tak akan ada esok hari lagi.

Sebenarnya mereka sama-sama tahu, mungkin saja kedepannya tidak akan bisa seperti ini lagi.

"Han, aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Cheol."

Jeonghan menarik tengkuknya.
Ia meraup bibir Seungcheol dengan kasar.

Seungcheol menarik diri.

"Han, santai sayang.
Aku tidak akan pergi kemana-mana.
Kita masih punya banyak waktu."

Jeonghan tertawa.

"Apa kau tidak rindu bercinta denganku? Bukankah raga manusiamu juga minta di manjakan?
Kita tidak punya banyak waktu, Cheol."

Dan kini Seungcheol yang tertawa.

"Yang iblis nafsu birahi itu sebenarnya kau atau aku, Han?"

"Aku terkena sihirmu, Scoups."

Dinginnya pendingin ruangan tak mampu mendinginkan api birahi mereka.

Kini mereka Kembali menyambar bibir satu sama lain.
Di sertai dengan lumatan sambal bertukar saliva menggunakan lidah mereka.

Jeonghan lompat dan melingkarkan kedua kakinya di pinggang Seungcheol.

Perlahan tangan itu mengikat Jeonghan, seolah tak ingin melepaskannya.

Keduanya bersatu menikmati setiap sentuhan satu sama lain.


























"Kenapa harus anak kita?
Ini salah kita, bukan salah Chan!
Tapi kenapa anak kita harus ikut menanggung hal ini?"

Air mata Jeonghan bahkan tidak bisa ia keluarkan lagi.
Seungcheol sama terpukulnya dengannya.
Tapi, Seungcheol rasa ia tidak pantas untuk menangis.

Ia pikir, jika ia menangis siapa yang akan menjadi sandaran bagi Jeonghan.

Sudah beberapa hari berlalu sejak Chan meninggal.
Jeonghan masih terus menyalahkan dirinya sendiri.
Kenapa bukan ia saja?
Kenapa ia tidak bisa menyelamatkannya?

Chan meninggal.
Anak yang paling mereka sayangi mati begitu saja.
Tentu membuat mereka merasa terpukul.
Apalagi Jeonghan, ia merasa tidak berguna, ia merasa tidak bisa menjadi seorang ibu yang baik.
Ia selalu menyalahkan dirinya.

Sementara Seungcheol, ketakutan.
Ia menatap lengan kanan Jeonghan.
Permata yang sama seperti jantungnya berubah.

Yang semulanya sangat jernih dan murni,
perlahan berubah warna menjadi hitam legam dan terlihat tanda di sekelilingnya.
Tanda yang sama dengan tanda yang berada di tubuh Chan.

"Han, kekuatanmu melemah.
Permata kehidupanmu terliat.
Dan ... ada tanda yang sama seperti ditubuh Chan."

Seungcheol terlihat sangat khawatir. Ia menggenggam lengan Jeonghan, tanpa melihat wajahnya.

Jeonghan memegang pipinya, membuatnya menatapnya.

"Ini terlalu menyakitkan,
sungguh."

Bgaimana mungkin Seungcheol tidak takut? Fantasinya mulai merajalela.
Pikirannya terus saja mengatakan,
bagaimana jika Jeonghan akan ikut pergi meninggalkannya?
Pikiran itu terus saja berputar di pikirannya.

Seungcheol tidak bisa lagi membayangkan bagaimana perasaanya.

Mungkin ini yang namanya hukuman.




Destiny [Jeongcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang