Sore ini, Arshaka mendengar lagu barunya mengalun merdu dari radio ruang tengah rumahnya sendiri. Mengisi hening bangunan sederhana itu oleh instrumen indahnya, mengiringi sesi penenggelaman diri mentari di ujung sana.
Sebab Arshaka selalunya merasa lebih nyaman menikmati diam yang panjang ketika di rumah, alhasil laki-laki itu segera beranjak dari kamar tidur. Berniat mematikan radio yang ia yakin diputar semena-mena oleh Laras, manager barunya di setengah tahun terakhir.
Baru beberapa detik rumah itu senyap, hanya ada bunyi detak jarum jam, Laras dari arah dapur dengan lantang menyuarakan protes, "KAK! LO MATIIN RADIO??"
"Iya! Bosen!" sahut Arshaka sebelum berlalu dan memilih mendekam di kamarnya lagi. Gerutuan Laras yang terdengar samar-samar ia abaikan.
Bukannya berkilah, tapi Arshaka sungguh bosan dengan lagunya sendiri. Tidak tahu sudah berapa puluh kali ia membawanya, se-romantis apapun penggalan liriknya, agaknya perlahan ia muak. Namun untuk mengatakannya terang-terangan, Arshaka jelas tak punya nyali sejauh itu. Penggemarnya sudah segitu dibuat cinta mati dan cuma dari sana hadir Arshaka betulan tulus dihargai.
Arshaka lalu merebahkan lagi tubuhnya ke ranjang dan memejamkan mata sejenak. Mencoba memutar ulang memori bahagia sejak tiga hari lalu dimana ia baru merasakan bentuk bahagia paling indah di hidupnya.
Pria 24 tahun itu hanya tidak pernah menduga namanya bisa melambung sebegini tinggi. Di usia yang terbilang cukup muda untuk dirinya mendapat salam cinta orang-orang, Arshaka kiranya teringin memeluk bangga pada dirinya sendiri.
Impian menggelar konser pertama di hari ulang tahunnya sukses besar. Arshaka tak hentinya dihujani segala macam ungkapan cinta para penggemar. Mengingat dirinya yang sekarang disayangi banyak orang, dielu-elukan banyak gadis bahkan wanita yang lebih tua, membuat Arshaka mustahil berhenti mengudarakan terima kasihnya untuk sang pemilik semesta.
Hidupnya sudah tidak lagi mengenal sepi semenjak dirinya dikenal banyak orang berkat lagu berjudul Âme Soeur yang berhasil ia cipta.
Kilas balik momen konser dalam kepala Arshaka lantas memudar begitu suara ketukan pintu terdengar.
"Gue mau pesen makan malem. Nitip nggak?"
Laras di balik pintu sibuk menggulir layar ponsel. Kebingungan sendiri karena menu-menu di sana tampak menggiurkan kesemuanya. Kalau perutnya bersedia menampung, Laras bisa saja memesan lebih.
Hingga tak lama kemudian pintu itu terbuka, Laras mendongak.
"Gue kira lo lagi masak." Arshaka mengira demikian sebab sewaktu Laras datang, perempuan itu langsung menuju dapur dan berada di sana hingga dua jam lamanya.
"Masak apaan dapur lo kosong melompong!" balas Laras agak jengkel. Tadinya memang ia berniat begitu, tapi bodohnya Laras pun baru ingat tidak bisa mengharapkan apa-apa dari isi dapur rumah Arshaka. Alhasil ia hanya bersantai menikmati es kopi sembari menonton video YouTube. Tak lupa melahap habis sebungkus camilan yang dirinya bawa.
"Yaudah kita makan di luar aja."
Laras menggeleng tak setuju. "Males gue. Tapi emang lo nggak capek? Baru juga sehari istirahat abis kelar ngonser."
"Capek, tapi bosen. Pengen cari udara luar. Lo pengen jalan-jalan nggak?"
Melihat Arshaka agaknya lebih ingin keluar ketimbang menyetujui usul pesan antar makan malam, akhirnya Laras mengantongi kembali ponselnya ke saku jaket.
"Jalan-jalan? Kalo pake mobil, mau."
"Iya, mobil-mobil." Usai mengatakannya, Arshaka mengalihkan pandang ke arah lain. Malu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ÂME SOEUR; Never Forever | ASAHI
FanfictionBanyak yang bilang, jika bisa membuat seorang seniman jatuh cinta, maka kita akan abadi di dalam karyanya. Bukan tanpa alasan kalimat itu bisa tercipta. Layaknya mereka, Arshaka juga mengabadikan kesayangannya. Merayakan Kaleisha dengan lantun puja...