✰ Tak Pernah Sejauh Angan #3

8 2 0
                                    

Sebagai seorang yang punya kakak perempuan, Latrevo ingin berbagi cerita dan pengalaman bagaimana dirinya tak jarang jadi budak suruhan.

Bukannya tidak ikhlas memberi bantuan untuk kakak perempuannya, tapi Latrevo juga terkadang ingin berada di posisi itu. Dia lelah jadi adik penurut yang harus bilang iya padahal sejujurnya ia enggan.

"Kak, kita masih satu rumah, cuma beda lantai. Kenapa pake nelpon segala? Kuping gue nggak se-budek itu buat nggak denger teriakan lo dari bawah."

Latrevo berdecak agak kesal ketika dering telepon dari sang kakak mengacaukan game yang sedang ia mainkan pagi ini.

Dia tahu Kaleisha ada di lantai bawah. Rumah mereka pun tidaklah sebesar istana. Kaleisha cukup berteriak untuk memanggil Latrevo yang berada di lantai dua dan laki-laki itu bisa langsung mendengarnya. Tanpa perlu menelepon. Tanpa membuat Latrevo kalah main game.

"Tapi Kakak tahu kamu nggak bakal turun detik itu juga." Si penelepon memberi pembelaan.

"Ya tergantung situasi dan kondisi gue."

"Oke maaf, kayak nggak biasa aja. Kakak mau minta kamu ambilin bolu di belakang, bisa?"

Lihat? Itu adalah contoh bagaimana Latrevo sudah jadi budak suruhan di pagi hari begini.

"Kak, coba lo pikir, siapa yang lebih deket sama dapur?"

"Sekalian keluar. Ditunggu orang, tuh, di depan."

Latrevo mengerutkan dahi. Seingatnya, tidak ada satupun teman yang berencana datang ke rumahnya. Ia pasti sedang dibohongi kali ini.

"SIAPA? Ah, boong mulu lo!"

"KAGAK PERCAYAAN BENER JADI HUMAN! Cepet turun lo! Ambil bolu bikinan Kak Isa. Bolu spesial atas kerja keras gue itu. DILARANG DENGKI." Damar yang berada di dekat Kaleisha ikut berseru dari balik sambungan telepon.

Latrevo memutar bola mata.

Dengan berat hati ia keluar kamar. Menuruni tangga, lalu berbelok ke arah dapur untuk mengambil kue bolu hasil karya Kaleisha yang dibuat perempuan itu pagi buta tadi.

Latrevo dengar-dengar, sih, Kaleisha punya janji membuatkan Damar bolu sebagai reward untuk laki-laki itu karena sudah berhasil kembali membawa piagam penghargaan dari olimpiade matematika sialan yang di mata Latrevo lebih dari sekadar memuakkan.

Tapi sungguh, dia bukannya iri.

Latrevo hanya selalu dibuat kesal dengan Damar yang tingkahnya akan dua kali lipat lebih menyebalkan jika anak itu punya sesuatu yang baru ia miliki.

Usai menemukan bolunya, Latrevo mematri langkah menuju ruang bersantai dimana Kaleisha dan Damar berada.

"Nih! BOLU KEBANGGAAN LO."

Mata Damar berbinar melihat kue bolu menggiurkan yang disodorkan Latrevo di hadapannya. Damar mendongak pada Latrevo yang berdiri untuk memberi senyuman manis juga ucapan terima kasih.

Latrevo sendiri tak membalas apa-apa. Dirinya hanya berderap meninggalkan ruangan itu.

Kekesalan Latrevo meluap begitu sampai di teras depan dan tak menemukan eksistensi satupun manusia. Sudah ia duga dirinya ini pasti sedang dikerjai lagi.

Pada akhirnya Latrevo balik menemui Kaleisha dan Damar. Mendengus kesal saja tidak cukup, dia harus menumpahkan seluruh rasa jengkelnya di depan wajah dua pelaku itu.

"Mana temen gue?! Di depan nggak ada siapa-siapa, Kak!" sembur Latrevo di ujung sofa. Persis menghadap Kaleisha yang duduk santai di ujung lainnya.

Berbeda dengan Damar yang terkejut dengan kehadiran Latrevo lagi di sana, Kaleisha justru masih tenang dalam kegiatan menontonnya.

ÂME SOEUR; Never Forever | ASAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang