Chapter 3

6 2 1
                                    

Kilauan sinar matahari berganti dengan terangnya cahaya bulan, hari terus bergerak maju, bulan bertukar tahun, Namun penderitaan dan kekecewaan yang dihadapi Susan tetap sama, Dia Sudah lulus dari sekolah dasar dan memasuki masa pubertas, parasnya yang dulu imut sudah mulai berubah menjadi wanita yang anggun, Waktu itu usianya sudah 14 tahun, ia sudah melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama tidak jauh dari rumahnya.

Susan sudah tidak serapuh seperti saat umurnya masih 10 tahun, sikapnya sedikit berbeda, kini Susan mulai berani melawan siapapun yang menghina ibunya dan menggosip kan ayahnya. Soal akademis dalam pelajaran Susan agak kurang pintar, Ketika ujian kenaikan kelas ia ketahuan mencontek temannya.

"Kriiiiiiiiggg kriingggg kriinggg"(Suara bel sekolah telah berbunyi),

pertanda ujian segera dimulai,

" Baik anak anak masukan buku kalian ke dalam tas, hanya sisakan pulpen diatas meja kalian dan jangan melirik kiri dan kanan"

Murid murid kelas itu serentak menjawab,

"Baik bu"

Susan mulai cemas karena semalam dia tidak belajar, bahkan mengerti tentang palajaranya pun tidak,

"Mampus, mana semalam ketiduran, nggak ada belajar sama skali", Ucap Susan dalam hati.

"Gmna yaa bahaya ni kalau sampai aku nggak naik kelas"

Ujian pun berlangsung kali ini Susan mencoba melirik kiri kanan, kebetulan teman sebangkunya merupakan juara kelas dan pernah beberapa kali juara cerdas cermat antar kecamatan, tapi teman sebangkunya merupakan siswa yang pelit dan sensitif jika ada murid sekelasnya yang berbagi jawaban saat ujian, dia tidak segan segan mengadu ke guru, Susan mulai panik, dalam kondisi yang terdesak susan segera melancarkan aksinya, percobaan pertama ia berhasil melihat jawaban temannya tersebut tanpa ketahuan, percobaan kedua sang juara kelas mulai menyadari akan tanda tanda bahwa susan melirik lirik ke arahnya, instingnya mulai berjalan, gelagat susan seakan terendus. Saat percobaan ketiga Susan kepergok dengan jelas mencontek, Si juara kelas sontak menegur susan dengan suara yang lantang,

"Susan apa yang kamu lakukan? Kamu nyontek ya?",

Susan mulai beralasan,

" Engga, kepalaku pegel jadi aku miringkan kepalaku ke arah kamu",

Teman sebangkunya menyanggah perkataan susan,

"Bohong kamu coba lihat kertas ujianmu, kalau jawabanmu sama denganku, berarti kamu nyontek".

Keributan tersebut menarik perhatian guru yang mengawas, ia pun menghampiri meja mereka,

"Ada apa ini, kenapa kalian ribut ribut, kalian ujian pakai mulut apa pakai tangan?",

Sang juara kelas langsung menjawab

"ini bu, susan mencontek ujian saya , tadi kepalanya miring ke saya terus bu",

Apa benar Susan?" (Tanya bu guru),

Susan kembali mengelak

"Engga Bu tadi kepala Susan pegal, makanya Susan miringkan ke arah dia",

Si Juara kelas kembali berargumen,

"Kalau kepala mu pegal kenapa enggak miringkan ke sebelah sana aja, terus kenapa matamu melihat ke arah kertas ujianku",

perdebatan terus berlanjut, Sehingga Guru tersebut berkata

"Sini kertas ujian kalian berdua",

mereka berdua pun memberikan kertas ujian tersebut, kemudian setelah dilihat ternyata jawaban susan sama persis seperti jawaban Sang Juara kelas di kertas ujian,

" Susan jawaban kamu ini sama persis dengan temanmu"

Ucap Bu guru, Tidak lama berselang,

"Sreekkk Sreekkkk" (Suara kertas dirobek),

Kertas ujian Susan di sobek oleh gurunya sambil memarahi Susan, dan mengembalikan kertas ujian Sang juara kelas.

"Susan , besok setelah pulang sekolah temui ibu di ruang guru dan bawa orang tua kamu,kamu sudah pernah di panggil ke ruangan kepala sekolah karena memukul teman sekelas kamu sendiri, kali ini ibu tidak bisa memberikan toleransi lagi".

Si Juara kelas menyela dan berkata,

" Makanya kalau Mau pintar ya belajar, Jangan Duduk di kursi Roda dengan harapan orang lain akan mendorongmu, sedangkan kamu masih bisa berdiri".

Susan tersentak, meratapi sebuah perkataan tajam oleh teman sebangkunya tersebut. penyesalan akibat perbuatan yang tak seharusnya ia lakukan, Susan seolah sadar maksud ucapan dari Sang Juara kelas itu, Jika ingin mendapatkan hasil yang di inginkan, maka berusahalah dengan keras.

Seandainya tidak bisa berlari lantas merangkak lah walaupun orang lain hanya melihat hasil, bukan proses. Ketika masih di tanah orang orang melihatmu seperti kotoran, tetapi ketika sudah di langit kebanyakan orang akan menganggap mu sebagai keluarga. Susan merasa sangat bersalah dan ketakutan akan sebuah hal yang tidak bisa ia cerna oleh logika dan akal pikiran, seraya berkata dalam hati

"Jika aku tidak naik kelas atau dikeluarkan dari sekolah orang pertama yang kecewa adalah ibu,aku hanya mencari keadilan atas diriku, Apakah aku tidak naik kelas karena kecerobohan ku terkait masalah kemarin, atau kemungkinan terburuknya, dikeluarkan dari sekolah".

-To Be Continued-

Cinta adalah ketiadaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang