"bisakah aku menjadi seperti mereka. Tapi rasanya akan susah. Aku saja hampir lupa bagaimana cara untuk tertawa"
Srekkkk___ suara bangku terdengar samar-samar. Nana menoleh mendapati seseorang berada disampingnya "kak Ririn"
"Sedang makan apa kau?" Ucap Ririn sembari menatap makanan Nana. Ia mendengus, "bakso lagi? Apa kau tidak merasa bosan"
"Sama sekali tidak," jawab Nana sembari menggelengkan kepalanya.
"Sabar"
Hal hal yang kerap kali membuat Nana hampir tidak bisa menahan tangisnya, adalah ketika ada salah seorang yang menyadari bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Nana sama sekali tidak menjawab dengan kata-kata. Gadis itu hanya melontarkan senyuman pada seseorang yang berada disampingnya.
🌻🌻🌻
Nanda menghidupkan motornya. Pria itu baru saja hendak menarik gas, namun rekannya itu mencegahnya pergi, "kenapa agak terlambat hari ini? Biasanya kau selalu excited ketika pulang."
"Aku hanya tidak ingin menghabiskan waktu yang lama di dalam rumah"
Mau bagaimana lagi, hati dan pikirannya tidak sinkron. Di satu sisi, Nanda tidak bisa lama-lama meninggalkan adiknya di rumah. Namun disisi lain, ia juga merasa sesak. Pria itu seakan terkekang di rumahnya sendiri, "sedari dulu, kenapa aku tidak bisa bebas?" Batinnya.
Cafe itu tak begitu ramai seperti biasanya. Seperti biasa, ia tak menjawab sapaan dari pemilik cafe tersebut. Nanda naik menuju roof top. Disana, ia melihat ada sebuah botol coffe kesukaannya. Seikat bunga matahari juga tertata rapi disana.
"Gadis itu membawanya lagi?"
Pria itu menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh guna memastikan serta tau siapa yang sudah memanggilnya. sesuai dugaan, gadis itu juga berada disana.
Wajahnya terlihat sumringah begitu mengetahui ada Nanda disana, "kau kemana saja kemarin?" Tanya gadis itu pada Nanda.
Sama seperti biasanya, Nanda sama sekali tidak merespon. Pria itu duduk di tepi roof top. Memandangi pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Nana sendiri terkadang juga merasa lelah. Terlebih lagi ketika tau bahwa dirinya dihiraukan, "tidak bisakah kau berbicara denganku? Meski hanya sebentar, aku pasti senang akan hal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteria
Teen FictionDua insan yang selalu bertemu di Osteria. Apakah itu adalah sebuah takdir?