Nanda kini telah sampai dirumahnya. rumah itu tampak begitu sepi. seperti tak ada kebahagiaan sama sekali di dalamnya. ia menghampiri satu persatu kamar kedua adiknya. Begitu memasuki kamar adik pertamanya, sama sekali tak terlihat ada siapapun disana. kamarnya kosong, bahkan terlihat cukup berantakan. Sedangkan yang satu lagisudah tertidur lelap. Nanda memandangi wajah polos Mhyta kala tertidur. wajah itu teramat menggemaskan. ingin sekali rasanya Nanda mencubit pipi cuby itu. beberapa detik kemudian sang adik pun terbangun. Mhyta tersenyum dan langsung memeluk kakaknya, "kakak sudsh pulang."
"apa Mhyta masih mengantuk?" tanya Nanda pada adiknya
Tanpa ragu Mhyta langsung menggelengkan kepalalanya, 'tidak kak, aku sama sekali tidak mengantuk setelah kakak pulang. Ah benar juga. apa kakak membawa martabak hari ini?"
Nanda memperlihatkan martabak yang sudah ia pesan dalam perjalanannya sepulang kerja, "sesuai request tuan putri. martabak coklat keju. tapi sebelum itu kau harus makan terlebih dahulu"
mendengar perkataan sang kakak. seketika itu juga wajah Mhyts berubah cemberut. Bagaimana tidak. hal itu adalah salah satu momen yang ia nantikan ketika sang kakak baru pulang bekerja, "baiklah, tapi aku akan makan sedikit saja."
"Bagus, anak pintar."
Nanda membawa sang adik menuju meja makan. tak hanya membeli martabak. Nanda juga tak lupa membeli nasi bungkus dalam perjalanan pulang tadi. energinya yang sudah habis selama beraktifitas hari ini, tak memungkinkan bagi dirinya untuk memasak. belum lagi ia juga harus mengurus cucian setelah ini, "Mhya harus makan yang banyak. setelah ini Mhyta boleh tidur lagi"
"Apa kakak akan menemani Mhyta?" ucap gadis kecil itu dengan memperlihatkan wajah memelasnya.
Gemas, itu yang selalu terlintas di pikiran Nanda begitu melihat adik kecilnya, "baiklah, kakak akan menemanimu nanti. sekarang kau habiskan makananmu terkebih dahulu. oh iya, kemana kak Rudy?"
"aku tidak tahu kak. Dia keluar sehabis maghrib tadi," jawab Mhyta dengan jujur.
*******
Hujan yang deras, membuat Nana kesulitan untuk pulang. Gadis itu tidak memiliki payung. Jika berlari ke halte bus pun dia akan basah kuyup, 'haish bagaimana ini. seharusnya aku memperhatikan perkiraan cuaca"
Gadis itu melihat jam yang terpasang di tangan kirinya. Waktu suadah menunjukkan pukul 10 malam. sudah semalam ini, namun gadis itu belum juga dirumah. Nana mendengus kesal. Namun mau bagaimana lagi. Ia seperti ini juga karena kesalahannya sendiri. Kejadian yang menimpanya saat ini, membuatnya teringat akan hal yang menimpa dirinya di tempat kerja. memang benar apa kata mereka. Ia memang tidak bisa melakukan hal apapun dengan baik dan benar. Pantas saja ia sering di caci maki. Pantas juga dia di benci. Namun disisi lain gadis itu juga berpikir. apakah seseorang yang memiliki kekurangan harus selalu dikucilkan. Bukan kemauanku juga menjadi diriku yang seperti ini. Aku juga ingin seperti orang lain. Yang dengan percaya diri melakukan semua pekerjaan. Serta yang selalu yakin pada diri mereka sendiri. Aku juga ingin seperti itu.
Tak lama kemudian gadis itu tersadar dari lamunannya. Bukan mereda, justru hujannya semakin lebat. Jika terus diam seperti ini, ia tak akan bisa pulang. Dengan modal nekat gadis itu sontak berlari. Namun na'as, gadis itu justru terjatuh. Terlihat seorang pria menghampirinya. Pria itu mengulurkan tangannya dengan niatan membantu. Namun Nana justru merasa terancam. Ia sontak berdiri dan langsung berlari menuju halte. Beruntung bus terakhir tiba di waktu yang tepat. Nana langsung masuk ke dalam bus tanpa peduli dengan pakaiannya yang basah kuyup.
Hanya membutuhkan waktu 10 menit, Nana sudah sampai dirumahnya. Gadis itu lekas masuk serta mengunci pintu dan jendela rapat-rapat. Ia masih berusaha menstabilkan nafasnya, "fyuh hampir saja. akun tidak tau apa yang akan terjadi padaku jika mengulurkan tangan tadi"
*******
Pria tadi sampai di sebuah lokasi mini stadion untuk futsal. Ia bergegas menuju ruang ganti. Pria itu teringat hal yang terjadi di jalanan tadi, "apa wajahku terlihat menyeramkan. Kenapa gadis itu pergi begitu saja?"
"Kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau baru saja gagal first date?" ucap temannya dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"hei, kau tau sendiri aku tidak akan melakukan hal itu. Kau sendiri juga tau kalau aku trauma pada wanita," keluh pria tersebut.
"Kau harus tau satu hal, bahwa tidak semua wanita itu sama___"
"Aku tau kau hendak membicarakan pacarmu itu bukan. Sudahlah, aku sama sekali tidak butuh nasihat darimu. Bagaimana, apakah personil hari ini lengkap?"
*******
Pintu rumah telah terkunci. Alhasil Rudy tidak bisa masuk. Sudah ia duga, kakaknya pasti yang melakukan semua ini. Semenjak mereka berdua berdebat hebat tempo hari, hubungan antara keduanya kini merenggang. Dari luar ia melihat kakaknya itu tidur di ruang tamu. Rudy berpikir bahwa kakaknya sengaja melakukan itu untuk menyulitkan dirinya "haish sial, kenapa pintunya harus terkunci"
Karena pintu depan yang terkunci, jalan satu-satunya adalah jendela kamarnya. Ia berjalan pelan menuju halaman samping rumah. Namun na'asnya, jendela kamarnya bahkan dikunci. Tak hanya utu, Nanda ternyata menutupi jendela itu dengan kayu. Rudy tampak terlihat sangat kesal. Sepertinya kakaknya itu sengaja menyuruhnya untuk tidur diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteria
Teen FictionDua insan yang selalu bertemu di Osteria. Apakah itu adalah sebuah takdir?