06

1K 84 7
                                    

Saat ini di dalam mobil, Jihoon terlihat sedang menatap lurus ke depan dengan pikiran yang menerawang jauh ke angkasa. Obrolannya dengan Jiyeon pagi tadi tidak bisa Jihoon hilangkan dari kepalanya bahkan sampai sekarang saat waktu sudah berganti menjadi sore hari.

"Gak usah terburu-buru. Aku bisa kok ngasih kamu waktu buat bicarain soal ini sama anak-anak."

Jihoon menggigit bibir bagian bawahnya dengan jemari yang mengetuk stir mobil beberapa kali. Pria itu sedang berpikir keras mengenai keputusan apa yang akan dirinya ambil nanti.

"Menurut kamu, aku harus gimana?" Tanya Jihoon yang entah di tujukan untuk siapa. Saking sibuknya berkutat dengan pikiran sendiri, Jihoon sampai tidak sadar jika kini Haruto sudah masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di sampingnya.

Melihat sang Ayah melamun sambil memasang raut berpikir serta kebingungan tentunya membuat Haruto langsung angkat suara untuk bertanya.

"Pah? Papa lagi mikirin apa?" Tanya Haruto membuat Jihoon terperanjat dan langsung menoleh kearah putra sulungnya yang menatap penuh tanya.  Tunggu, sejak kapan Haruto ada di sana?

Mengerjap, "enggak. Papa cuman mikirin masalah kantor kok. Bukan apa-apa." Jawab Jihoon seraya tersenyum tipis. Haruto terlihat tidak puas dengan jawaban yang diberikan. Namun pemuda itu memilih untuk mempercayainya dan mengangguk sekilas.

Mungkin Jihoon belum bisa memberitahunya sekarang. Tidak apa, Haruto mengerti.

"Gimana acara camping nya? Seru?" Tanya Jihoon kemudian pada Haruto yang sedang sibuk memasang sabuk pengaman.

"Seru. Tapi capek banget, Pah. Soalnya tadi malam kelompok aku sempet keluar jalur dan harus muter deh buat cari jalan." Jawab Haruto memberitahu dengan nada bicara yang sedikit lesu.

Karena keteledoran dari salah satu teman kelompoknya saat mencari jejak, akhirnya Haruto bersama beberapa orang lainnya harus berkeliling di hutan tengah malam untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Dan hal itu membutuhkan waktu lebih dari satu jam, yang mana membuat waktu tidur mereka menjadi berkurang. Belum lagi tenaga mereka semua yang juga ikut terkuras, benar-benar melelahkan.

Namun Haruto merasa bersyukur karena mereka masih bisa kembali dan tidak tersesat lebih jauh ke dalam hutan. Kalau itu sampai terjadi, mungkin saja Haruto tidak berada di sini sekarang. Huh, membayangkan nya saja membuat Haruto bergidik ngeri. Amit-amit deh.

"Astaga. Tapi kamu gak papa, kan?" Tanya Jihoon khawatir. Haruto mengangguk sambil melempar senyum manis. "Aman kok, Pah. Cuman kaki aku aja yang pegel-pegel." Jawabnya jujur.

"Syukurlah. Nanti pas pulang, suruh aja adik kamu yang pijetin." Kata Jihoon lalu mulai menghidupkan mesin mobilnya. Bersiap untuk pulang ke rumah.

"Oh iya, Pah. Jeongwoo gak ikut?" Tanya Haruto baru sadar jika adiknya tidak ada bersama mereka. Seharusnya sih ini sudah waktunya pulang sekolah.

"Jeongwoo gak bisa ikut, Ru. Dia ada latihan ekskul katanya." Ujar Jihoon memberitahu.

"Ohh," Haruto mengangguk-angguk mengerti. Sedetik kemudian, pemuda itu membatin.

'Latihan ekskul? Bukannya Jeongwoo gak ikut ekskul sama sekali, ya? '

***

Bugh!

Bugh!

Aksi perkelahian yang di lakukan oleh para remaja di sebuah jalan raya yang di mana jalan tersebut sebelumnya juga di jadikan sebagai arena balapan liar ilegal, terlihat semakin tidak terkendali. Di ketahui jika perkelahian itu terjadi lantaran salah satu dari kedua pihak yang mengikuti balapan tidak terima dengan kekalahan yang ia terima dari sang lawan.

Stepbrother || Jeongharu√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang