5 menit sudah bumi menunggu sang kekasih di dalam mobil
amara segera masuk kedalam mobil melihat wajah bumi yang terlihat kusut amara mendekat mencoba memeluknyabelum sampai amara masuk kedalam dekapan bumi dengan cepat menghindar membuat amara kebingungan dengan sikap sang kekasih
"maaf"
"kamu kenapa ndra" tanya amara memegang bahu bumi, amara terkejut saat bumi menepisnya "ndraa" wajah bingung amara terletak jelas disana
"kamu kenapa"
"maaf ra" hanya kata itu yang mampu diucapkan bumi tak mampu membalas tatapan sang kekasih seperti biasanya
dengan lembut amara mengangkat wajah bumi agar membalas tatapan nya
amara membuka jaket hitam yang bumi kenakan ia sadar jika itu bukan kemeja yang ia awal pakai saat mengantarnya tadi
amara menatap sendu bumi seperti meminta penjelasan atas sikap dan apa yang sudah terjadi padanya
bumi dengan sesekali mengiris menahan sakit
tanpa sadar air mata amara menetes saat melihat banyak memar biru seperti terkena benda tumpul
"aku gak papa ra" ucap bumi menenangkan amara
"memar gini kamu bilang gak papa" tanya amara kesal menghapus air mata yang menetes
"aku yang nyetir kita ke apartemen aku mau obati memar kamu dulu"
"aku bisa nyetir ra makasih udah khawatir" bumi coba menenangkan amara
"kita jemput cyra sama kathrina dulu ya"
***
"sakit ya aku udah pelan pelan"
"sakit dikit tapi karna kamu yang ngobatin jadi gak kerasa"
amara menekan salah satu memar nya membuat bumi mengiris kesakitan
"masih sakit ya aku pikir kalau aku teken gak kerasa, karna aku yang ngobatin"lain kali jangan diumpetin ya ndra"
"aku boleh cape gk ra"
mendengar nya amara menghentikan kegiatan nya dan menfokus kan dirinya pada bumi
"boleh kok, cape itu wajar kalau cape istirahat sejenak untuk bangkit lagi"
"kalau gak bisa?"
"gak bisa? gak ada yang gak bisa ndra"
"gimana kalau aku gak bisa buat bangkit dan sekuat dulu"
"kamu ganendra bumi kan? kayaknya bukan mana ganedra bumi aku yang kuat itu mana"
"di depan kamu ra dia udah terlalu lama terkikis ra" pecah sudah pertahanan bumi
untuk kali pertama ia benar2 menangis setelah kepergian ibunya delapan tahun yang laludirinya berfikir untuk tak perlu lagi menangis untuk hal apapun, tapi untuk hari ini ia menangisi dirinya sendiri ia merasa gagal
bagi amara pertama kalinya ia melihat air mata itu menetes dari dua mata teduh milik sang kekasih apa yang ia hadapi hingga pundak sang kekasih tak setegap dulu
"kamu boleh ceritain smuanya ndra aku siap dengerin semuanya" amara memeluk pelan bumi yang masih menyembunyikan wajah nya pada pundak amara .
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARGATA
Short StoryCAPTHER tolong anggap aku~ saya mencoba bertahan~ lihatlah sisi berbeda~