˚₊·͟͟͟͟͟͟͞͞͞͞͞͞➳❥ ꒰ ⌨ ✰ V e e ⁱˢ ᵗʸᵖⁱⁿᵍ··· ꒱ | ೃ࿔₊•
.
.—BRAK!.
Gopal, siswa berbadan besar itu membuka pintu kelas dengan kencang. Namun tak sampai rusak, hanya temboknya menjadi retak sedikit karna benturan yang terlalu kencang.
Para murid dikelas menatap Gopal tajam.
“Apaan sih lo! Salam kek apa kek nggak sopan!. ” celetuk salah satu siswi tak terima. Ia bersama teman-temannya sedang bergosip jadi terganggu karna tindakan Gopal.
Sedangkan anak-anak laki-laki yang tengah bermain game dipojok ruangan bersorak heboh karna kesal, terkecuali Fang yang menatap sekitar dengan tatapan tajam andalannya.
“Razia, sehabis istirahat kedua!. ”
Lalu kemudian semuanya mulai panik, menyembunyikan barang-barang yang tak seharusnya mereka bawa. Sialan! Banyak dari mereka yang mengumpat.
Anak-anak laki-laki kelimpungan sekitar 6 bungkus rokok, 4 cutter, 3 pisau lipat dan 7 vape dikumpulkan disatu meja, termasuk milik Fang. Mereka memikirkan tempat mana yang bagus dijadikan tempat persembunyian.
“Gue mau terima beres. ” Fang melemarkan uang berwarna merah dua lembar kearah anak-anak berandalan dan ditangkap oleh salah satu dari mereka.
“Siap!. ”
Lagi pula siapa yang berani membantah Fang disini?
Lalu Fang memilih untuk keluar kelas. Entah pergi kemana. Anak-anak itu tersenyum miring, tatapan mereka mengarah pada salah satu bangku dipojok sana. Kearah ransel putih yang pemiliknya entah kemana.
“Oke lah kalo menurut gue. ”
“Sip bro, pinter lo tumbenan. ”
Mereka kemudian tertawa nyaring.
“... ”
Duri menerjapkan matanya beberapa saat. Sakit dikepala kembali menyerang. Ia memgang kepala dengan kuat, bahkan sampai meremas rambut. Matanya belum sepenuhnya terbuka ketika ia merasakan seseorang mengelus rambutnya secara perlahan.
“Gue tau lo udah bangun. ” suara asing itu menyapa indra pendengaran Duri. Dengan cepat Duri menoleh kesamping. Ia mendapati seseorang yang tengah menatapnya lembut, hangat sekali.
“Siapa?. ” tanya Duri polos. Anak itu terlihat tersenyum tipis.
“Rai. ” jawabnnya singkat. Duri mengangguk-anggukan kepalanya sebentar sebelum kembali memejamkan mata karna sakit yang dirasa.
“Lo pingsan, sekitar satu jam lebih. ” anak itu terus berucap, namun Duri tak berniat membalas. Sebab rasa sakit dikepalanya amat terasa.
“Waktu liat lo dilapangan, penuh darah, badan kecil lo, mata bulat lo, lalu tubuh lo yang ringan ngingetin gue sama kakak gue yang udah pergi. ”
Duri kembali membuka mata lalu menatap Rai dengan alis terangkat “Pergi kemana?. ” tanyanya dengan polos.
Rai masih tersenyum simpul “Ke sang pencipta. ”
“Kenapa ke sang pencipta Rai?. ” Rai merasa gemas sendiri jadinya.
“Kanker otak. ” lalu Duri diam. Suasana hening merayapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking For Happiness [OG]
Fantasyժׁׅ݊υׁׅꭈׁׅꪱׁׁׁׅׅׅ ɑׁׅ݊ꪀᧁׁׅ꯱tׁׅ֮ ɑׁׅυׁׅ. ✎ᝰ.Sia-sia [ end ] Looking for happiness [ on going ]── .✦ 『ᴅᴀʟᴀᴍ sᴇɴᴅᴜ ᴋᴜ ᴅɪᴀᴍ ᴍᴇᴍʙɪsᴜ. ᴍᴇɴɢʜᴇᴍʙᴜsᴋᴀɴ ɴᴀғᴀs ᴘᴇʟᴀɴ ʏᴀɴɢ sᴀɴɢᴀᴛ ᴍᴇᴍᴜᴀᴋᴀɴ. ᴏᴋsɪɢᴇɴ ᴛᴀɴᴘᴀ ʙᴀᴛᴀs ᴋᴜʜɪʀᴜᴘ ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ ᴅᴇɴɢᴀɴ ɢᴀɴᴀs. ᴍᴇᴍᴀsᴜᴋɪ ᴘᴀʀᴜ-ᴘᴀʀᴜ ᴅᴇɴ...