-Ⴆαɠιαɳ ƙҽԃҽʅαραɳ

569 72 23
                                    

˚₊·͟͟͟͟͟͟͞͞͞͞͞͞➳❥ ꒰ ⌨ ✰ V e e ⁱˢ ᵗʸᵖⁱⁿᵍ··· ꒱ | ೃ࿔₊•
.
.

“Halilintar, lo bisa dateng ke-ruang osis?. ”

ʂҽɱҽʂƚα, Ⴆιαɾƙαɳ αƙυ Ⴆҽɾιʂƚιɾαԋαƚ..
.
.
.

Solar duduk diatas motornya, menunggu Duri. Meski beberapa kali anak perempuan keciduk menatapnya bahkan sampe cekikikan centil Solar tetap diam.

Ia kemudian berdecak sebal, sudah sekitar 15 menit ia menunggu, namun Duri tak menunjukan batang hidungnya sama sekali. Akhirnya ia memilih pergi kekelas anak itu.

Sekolah yang memang sudah cukup sepi, dan hanya ada beberapa murid itupun karna sebagian dari mereka osis dan anak-anak basket yang belum pulang.

Solar sampai dikelas Duri, ia akhirnya menemukan anak itu tengah berbincang dengan seseorang. Sesekali Duri terlihat tertawa atau malah tersenyum lebar. Solar mengepalkan tangannya—anak kelas sepuluh tadi kan?. Batinnya.

Lalu ia berjalan menghampiri Duri dengan langkah lebar, menyambar lengan anak itu dengan kencang “Gue nungguin lo lama-lama dan lo dengan begonya disini?!. ”

Duri terlihat terkejut, tidak dengan Rai yang langsung memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

“M—maaf Solar. Aku nggak tau.. ” Duri menatap Solar seperti anak kucing.

Solar mendecih, ia menarik lengan Duri meninggalkan Rai dikelas sendirian.

Saat sampai diparkiran pun Solar tak melepaskan cekalan tangannya “Emang lo nggak ngecek hp?!. ”

Duri menggelengkan kepala polos “Hp ku disita sama kak Ice. Tas ku juga nggak ada, tuh. ” Duri membalikan sedikit tubuhnya hingga Solar dapat melihat punggung anak itu kosong.

“Dibawa sama kak Kai, kakaknya Fang. ” lanjut Duri, anak itu menjelaskannya seperti anak kecil!.

—Kenapa? Kenapa, bahkan setelah sekian lama ia tinggal dirumah yang sama dengan Duri mengapa ia merasa anak itu baru menperlihatkan sifatnya? Apa mungkin ini karna dirinya yang tak terlalu peduli pada Duri?.

“Lo bawa benda larangan?. ” Duri menggelengkan kepala pelan.

“Aku cuman bawa pulpen, pensil, penghapus, tipe x, buku, tisu, sama eum.. Ah iya! Botol minum pemberian kak Gem taun lalu. ”

Lalu Duri tersenyum, sedari tadi jemarinya bergerak menghitung barang-barang yang ia bawa. Solar tertegun dibuatnya.

—Jiwanya seperti anak kecil.

Kemudian Solar berdehem pelan, memberikan helm pada Duri lalu menyuruh anak itu untuk naik.

“... ”

Duri sudah mengganti seragamnya dengan baju berlengan panjang berwarna hijau dan celana pendek berwarna putih. Anak itu baru mengingat bahwa ponselnya dipegang oleh salah satu kakaknya—Ice.

Duri menghela nafas, ia kemudian memilih untuk mengambil laptopnya yang berada diatas meja belajar dekat kasur.

—Tapi sekarang capek banget, istirahat sebentar nggak apa-apa kan ya?. Batinnya.

Ia mengurungkan niat untuk membuka laptop  dan memilih memejamkan mata.

Beberapa jam kemudian..

Duri terbangun tepat pukul 4 sore. Anak itu merasa tak enak badan. Suhu ruangan terasa amat dingin. Kemudian Duri menarik selimut hijaunya yang berada dipinggang, menaikannya hingga menutupi setengah dari kepalanya.

Looking For Happiness [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang