"Kenapa kau membeli gelas lagi. Gelasmu sudah penuh di dapur."
Shi Yoon mengeluh ketika melihat belanjaan Kim Yu Ri.
"Tetapi, ini sangat lucu dan ini adalah gelas pasangan," Yu Ri menunjukkan gelas barunya yang bergambar pokemon. Gadis berambut panjang itu sangat senang mengoleksi gelas. Di rumah sudah ada puluhan gelas yang hampir jarang dipakai.
Mereka berdua kemudian naik ke atas dan masuk ke dalam pintu apartemen yang sama. Mu Han yang menyusup diam-diam, tertinggal di belakang, tidak bisa bergerak sedikit pun.
Jadi... sekarang dia adalah orang luarnya?
Sejak turun dari pesawat, Mu Han sama sekali belum beristirahat. Dia berlari kesana kemari, dan hanya menghasilkan angan-angan kosong. Kasihan. Pada akhirnya dia jatuh tersungkur di meja bar, bukan karena mabuk.
"Omo, sudah kubilang dia selalu memaksakan diri," ucap seorang bartender berambut panjang, Han Jung Wook.
Jung Yun Tae, yang berdiri tepat di samping tubuh terkapar Mu Han, segera menyingsingkan lengan kemejanya, bersiap mengangkat tubuh rapuh itu. Begitu dia melakukannya, orang-orang yang melihat langsung terkesiap, terutama para wanita. Otot lengan Yun Tae terlihat sangat menggoda, dan tato ular yang melingkar sampai ke pangkal telapak tangan membawa kesan gahar dan mempesona.
Seandainya mereka yang digendong seperti itu....
Yun Tae tidak hanya memiliki tubuh yang bagus, tetapi juga wajah yang tampan. Ekspresinya yang terlihat bosan membawa kesan dingin dan tak tersentuh. Anehnya orang-orang malah semakin menyukainya karena ekspresinya itu.
Dia telah mengenal Mu Han sejak sekitar tujuh tahun yang lalu, saat itu dia masih seorang mahasiswa tingkat akhir yang sering bolos, untungnya dia anak orang kaya. Ketika Mu Han pergi ke luar negeri, mereka masih berhubungan satu sama lain.
"Bagaimana perasaanmu?" Yun Tae bertanya ketika Mu Han akhirnya bangun.
Mu Han dengan wajah pucat, menatap Yun Tae cukup lama, lalu berkata pelan. "Aku lapar."
"Aku akan memesannya. Apa ada hal lain yang kau inginkan?"
"Aku kehabisan rokok."
"Baik. Permen."
Yun Tae melenggang keluar dengan tidak peduli ketika Mu Han mulai protes ("Aku ingin rokok. Beri aku rokok!").
Tetapi, ketika makanan tiba setengah jam kemudian, Mu Han sudah tidak banyak protes dan makan dengan lahap. Yun Tae memperhatikan dari kursi tunggal dekat tempat tidur.
"Jadi, sepertinya pertemuanmu tidak berjalan lancar...."
"Kami tidak bertemu." Mu Han minum segelas air, lalu meletakkan nampan berisi mangkuk kosong itu di atas nakas. Bertemu itu jika dua orang saling melihat dan berpapasan, kan. "Dan berhentilah bicara informal denganku. Kau itu bocah kemarin."
"Usiaku dua puluh sembilan tahun jika kau lupa. Aku bukan anak kecil."
"Jika kau juga lupa, usiaku tiga puluh lima tahun. Bukankah sudah kubilang panggil aku Hyung."
"Ck, harusnya aku tidak memberimu makan."
Yun Tae pura-pura mengeluh karena Mu Han mulai cerewet.
Selama beberapa hari, Mu Han tinggal di hotel dan hampir tidak melakukan apa pun. Moodnya masih belum membaik, dan dia hampir tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ada kantung mata hitam menggelambir, membuat Yun Tae tidak senang.
"Aku sudah menyediakan kamar terbaik, dan kau masih tidak nyaman?"
Mu Han memang tinggal di hotel milik keluarga Yun Tae. Semua fasilitas yang dia terima, tidak perlu dibayar sepeser pun. Tetapi Mu Han masih saja tidak tahu cara menikmati hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Enter The World of Novels Through Dreams [Fast Wear]
Teen FictionBUKAN CERITA TERJEMAHAN WARNING: BL, GAY, LGBT Author: Andrias 13 ------------------------ Cho Hen Ri hanya lah seorang karyawan biasa yang suka bersantai di dunia nyata, tetapi dia bisa menjadi apa saja ketika dia memasuki dunia mimpi. Mimpi yang d...