Chapter 1 : Rahasia Keluarga

349 38 4
                                    

Tiap orang punya rahasia, begitu pula dengan suatu keluarga. Akan tetapi, tentu saja rahasia keluarga biasanya... yah gosip dari saudara? Dan Gentar selalu memikirkan rahasia macam apa yang disembunyikan oleh keempat kakaknya.

Semenjak menempati bangku kelas 1 SD, Gentar jadi makin banyak berpikir. Kakak keduanya, Glacier, bahkan sampai menangis terharu.

"Akhirnya..." Glacier berkata sambil menyeka air matanya, "Gentar bisa bedain mana tanah sama kue coklat."

Dih, bukan salah Gentar kalau warna keduanya sama. Lagipula, kakak-kakaknya tuh lebih aneh! Mereka sering pulang larut malam, itu pun tidak langsung tidur. Gentar tahu, ia pernah mengintip diam-diam.

"Kakak yang lainnya pastilah sibuk, Kakak Gentar. Wajar kalau mereka pulang larut malam," ucap Sopan, adik kembarnya. Malam ini juga, Gentar membangunkannya untuk membicarakan teori konspirasi tentang keluarga mereka. Sopan hanya ingin tidur, tapi ia tahu kalau kakak kembarnya akan tambah ribut kalau ia meninggalkannya ke alam mimpi.

Gentar menggelengkan kepalanya. "Ga! Aku tuh yakin kali ini tebakanku bener, Panpan!!"

Mata Sopan terlihat jelas minus 5 watt. Sungguh kasihan, anak sekecil itu berkelahi dengan teori konspirasi kembarannya. Kalau kata kakak termudanya, Sori, saat kewarasan tiap orang dibagi sebelum mereka lahir, mungkin Gentar telat datang atau menitipkannya ke Sopan.

Sopan hanya bisa tersenyum ala kasir minimarket yang sudah lelah bekerja. "Apa lagi sekarang, Kakak Gentar?"

Gentar membusungkan dadanya dengan bangga. Matanya terlihat berbinar yakin.

"Mereka pasti wibu!"

Sopan memutuskan untuk pergi tidur sesegera mungkin.


~~~~oOo~~~~


Keluarga mereka punya banyak rahasia. Saking banyaknya, Sori akan lelah untuk menyebutkannya satu per satu. Yah, salah satunya adalah di keluarga mereka, hanya Gentar dan Sopan yang merupakan saudara kandung.

Lalu, bagaimana dengan mereka berempat? Tidak sama sekali, mereka hanya bodyguard untuk kedua anak itu yang ditugaskan oleh orang tua mereka. Sejak kecil, mereka sudah tergabung di bawah kelompok mafia, dan karena alasan masih muda, mereka berempat ditugaskan menjadi bodyguard untuk Gentar dan Sopan yang harus ditinggalkan orang tua mereka.

Awalnya, tentu Sori bersimpati. Mereka masih kecil. Akan tetapi, ternyata keduanya tidak mengingat banyak dan malah menganggap bodyguard mereka sebagai saudara kandung. Akhirnya, mereka berempat sepakat untuk berpura-pura sementara sampai saat yang tepat. Toh, duo kembar ini sangatlah lucu, Sori mana mungkin menolak. Jika musuhnya mengetahui sisi Sori yang sayang adik-adiknya ini, pasti mereka akan terkejut.

Namun, ada kekurangan menjadi kakak dari Gentar dan Sopan. Sori sendiri bingung apa yang dipikirkan keduanya. Gentar itu seperti banyak pikiran, cuman ga waras semua. Kalau Sopan meskipun punya hawa menenangkan, wajahnya sudah seperti pegawai toko- lelah, pasrah. Mungkin ini efek jadi adik kembar Gentar. Akan tetapi, jangan biarkan wajahnya menipumu, karena dia sama anehnya dengan kakak kembarnya.

Gentar itu suka berspekulasi tidak jelas yang membuat Sori khawatir. Frostfire tidak ingin kedua anak itu mengetahui fakta bahwa mereka keluarga mafia, mereka terlalu polos untuk itu. Akan tetapi, teori konspirasi Gentar makin lama makin menjadi, mungkin suatu hari nanti akan ketahuan.

Sori hanya menghela napas. Ia bersandar di tembok depan sekolah Si Kembar. Ia dapat melihat kedua adiknya itu berjalan keluar, berbincang dengan kedua temannya yang juga anak kembar. Ah, kalau tidak salah, nama mereka Duri dan Solar, bukan?

Si pemuda bernetra zamrud itu melambaikan tangannya, yang dibalas dengan semangat oleh Gentar dan Sopan. Gentar menggandeng tangan Sopan dan berlari menuju Sori.

"Kak Sori yang hari ini jemput? Beliin es krim dong!" pinta Gentar.

Sori menyilangkan tangannya. "Nanti ketahuan Kak Glacier lagi, terus malah aku yang dimarahin."

"Yah, jangan sampai ketahuan dong! Kok repot?"

Sopan hanya menepuk tangan Sori, seolah berusaha menenangkan Sori. Untung yang menjemput mereka bukan Supra, pasti adiknya itu sudah dijitak.

Duri dan Solar berjalan mendekati mereka, lalu keduanya menatap Sori, kemudian ke satu sama lain, dan kembali ke Sori.

"Ada apa nih?" tanya Sori kebingungan.

Solar terus menatapnya, dan akhirnya memutuskan untuk memecahkan hening dengan pertanyaan paling absurd yang ia dengar.

"Kak Sori ini wibu?"

Tangan Sori reflek menahan Gentar yang hendak kabur diam-diam. Semesta, tolong berikan Sori kesabaran biar dia tidak bersumbu pendek macam Supra.


~~~~oOo~~~~


"Bang Sup, biar ga stres mau nonton ini ga?"

Sori tersenyum sambil memberikan sebuah link berisi koleksi video anime berjudul Sailor Moon.

"Buat apaan coba?" tanya Supra, wajahnya jelas tampak waswas.

"Dih, ga percayaan banget. Aku tuh cuman khawatir soalnya kerjaanmu numpuk mulu!" cibir Sori.

Supra pasti sudah terlalu lengah sampai ia terlihat capek. Dan karena itu, dengan terpaksa ia menonton anime rekomendasi 'partner kerjanya' itu.

(Ia tidak akan pernah memanggil salah satu dari mereka sebagai keluarga... mungkin)

Namun, yang namanya Sori itu memang jangan dipercaya. Baru beberapa episode yang ia tonton, pintu kamarnya terbuka. Mengira itu Sori, dengan santai Supra mengacuhkannya, tetapi mengapa tidak ada suara heboh sama sekali?

Supra menoleh ke belakang. Si Kembar sudah ada di bilik pintu dengan wajah seolah menghakimi Supra.

Sialan.

Gentar memecah keheningan yang canggung dengan pernyataan, "Jadi yang wibu itu Kak Supra?"

Dan Sopan yang menambahkan, "Ternyata nama memanglah doa." Gentar hanya mengangguk, sok memahami situasi. "Kakak Supra akhirnya memeluk jati dirinya sebagai penggemar Jepang, seperti nama kakak yang berasal dari merek motor Jepang."

Lalu, mereka berdua meninggalkan Supra yang masih melongo, berusaha memproses situasi. Gelak tawa Sori dapat terdengar dari ruangannya, menunjukkan jelas siapa pelakunya.

.

.

.

.

OALAH SORI BANGSAT.

(Un)Ordinary DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang