Hal yang selalu Glacier coba sembunyikan adalah fakta kalau mudah sekali untuknya jatuh sakit. Keadaannya memang tidak seburuk saat masih kecil, tetapi kalau tingkat stresnya melebihi batas, Glacier harus siapkan diri untuk bangun dengan suhu tubuh tinggi. Sayangnya, hal seperti ini termasuk kelemahan terbesarnya, makanya ia merahasiakan itu.
Jangan terlalu dekat. Dia adalah seorang anggota mafia. Entahlah kapan rekan kerjanya akan berkhianat atau mati terbunuh. Dan dia juga tidak bisa menebak kapan hal tersebut terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, Glacier memutuskan untuk memasang jarak.
"Acii? Aci akit?" tanya Gentar. Usianya kini hampir 4 tahun. Dia mulai lancar berbicara yang memunculkan dampak positif maupun negatif. Positifnya adalah mereka tidak perlu menunggu Frostfire (yang entah bagaimana paham bahasa bayi) dan Sopan untuk menerjemahkan ucapannya. Negatifnya? Cerewet.
"Nggak kok, cuman sedikit pusing," balasnya.
Gentar terus menatapnya dengan mata yang besar dan bulat macam bola ping-pong itu. Tak lama kemudian, ia berlari sambil berteriak, "ABBAAAAA!!! ACI AKITT!!!" yang disusul dengan teriakan yang tak kalah keras dari arah dapur, "HAH??? ADEK SAKIT???!!!"
Haduh, ribet deh.
~~~~oOo~~~~
Misinya yang sekarang sangat aneh. Harusnya dia menjadi bodyguard untuk keturunan don mafia sebelumnya. Namun, bagaimana bisa begini?
"Kakak... Akak sakit apa? Akak Ciel cepat sembuh iya?" Sopan menepuk pipinya berulang kali. Tiap tepukan di pipi, Sopan juga akan menambahkan selimut di badannya. Entah dari mana semua selimut ini.
"Aci napa akit??" tanya Gentar. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Meskipun begitu, kelakuannya tidak mencerminkan kekhawatiran sama sekali. Mana ada orang sakit ditindihin?? Sampai Frostfire harus memaksanya pergi dengan cara mengangkat Gentar dari badan Glacier.
Sang Sulung sendiri? Panik dari tadi.
"Kamu butuh obat apa?? Ini obatnya yang perlu diminum apa aja? Eh ada aturan jamnya???? Bentar, sekarang jam berapa?? Terus nanti minum lagi jam berapa?? DEK KALO MINUM GA SESUAI JAM KAMU GA APA KAN?????" Mendengarkan rentetan pertanyaannya membuat Glacier makin stres saja. Dasar, mentang-mentang ia tidak pernah minum obat seumur hidupnya. Setidaknya ada Supra yang masih sedikit waras di sini. Sori daritadi bolak-balik minta cek temperatur seolah suhunya akan turun setiap dicek.
Emosinya yang tidak terkendali karena sakit membuat Glacier jadi mudah kesal. Tanpa sadar, ia membentak mereka semua, "AKU SEDANG SAKIT GINI KALIAN NGAPAIN NGUMPUL?! PERGI!! AKU MAU ISTIRAHAT!!"
Kalau sedang tidak sakit, ia pasti akan menghentikan diri ketika melihat ketiga rekan kerjanya terkesiap. Namun, yang terpenting, Glacier harusnya menghentikan diri sebelum Si Kembar menangis.
~~~~oOo~~~~
"Abba... Aci mayah?" tanya Gentar. Matanya tak henti berlinangan air mata, sama dengan Sopan. "Aci ga sayang Gen-Gen ama Panpan?" lanjutnya.
Frostfire segera merangkul kedua adik kembarnya dalam pelukan. "Glacy ga marah, cuman lagi sakit."
Sopan yang dari tadi diam pun akhirnya ikut bicara, "tapi Akak Ciel tidak mau main dengan kami..." yang dibalas dengan anggukan Gentar. "Abba, kami buat salah ke Akak Ciel? Kalo ada salah, mau minta maaf..."
Kedua anak kembar itu pun dibelai rambutnya oleh Sang Sulung. "Ga ada, kalian ga ada salah kok. Glacy itu juga sayang sama kalian."
"Seberapa sayang?" tanya keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Ordinary Days
FanfictionIni hanya keseharian biasa dari sebuah keluarga tak biasa. Kisah tentang dua kembar yang menyatukan mereka semua menjadi keluarga. Tumbuh bersama, sembuh bersama. Dibalut oleh keseharian yang terus berwarna. Sinopsisnya kebagusan. Ini kebanyakan cra...