3. Caramel Macchiato

13 1 0
                                    

Caramel Macchiato.

Audinna menatap minuman dingin yang ada di hadapan nya, minuman yang ia pesan beberapa menit lalu belum sama sekali ia sentuh. Minuman yang sama, di tempat yang sama namun yang meracik nya adalah orang yang berbeda.

Selepas pulang dari rumah Sania, Audi memilih untuk mampir ke Coffeshop milik Gilang. Tempat pertama kali mereka bertemu, juga awal mula dari rasa kagum nya tumbuh. Ia masih tak menduga bahwa Gilang yang dia dan Sania bicarakan sejak kemarin adalah Gilang yang sama dengan Gilang yang ada dalam pikiran nya saat awal Sania membicarakan sosok anaknya.

Gilang Rama Bakhtiar.

Potongan percakapan dia dan Ibu Sania berputar di kepala nya, juga skelebat niat Sania yang ingin menjodohkan nya dengan Gilang.. Sudah pasti itu hanyalah obrolan basa-basi, mana mungkin seorang Gilang Rama mau di jodohkan oleh nya.

Audi menggelengkan kepala nya, berusaha mengusir bayangan itu. Dengan cepat ia mengambil minuman di hadapan nya, mengaduknya sebentar lalu meminum nya.

Sama, rasanya seperti Caramel Macchiato pada umumnya, namun Audi tidak bisa berbohong bahwa rasa minuman ini berbeda tidak sama seperti saat pertama kali ia memesan nya. Padahal, saat memesan ia tidak memperhatikan rupa barista nya, ia justru mencari tau siapa yang meracik minuman nya setelah minuman itu membasahi tenggorokan nya.

Hanya satu kalimat tanya yang ia ingat saat memesan.

"Kakak nya suka jelly?"

Saat itu Audi hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, karena sibuk berbalas pesan di ponsel. Setelah nya ia membayar pesanan dan mencari tempat duduk, dan saat ini dia sadar bahwa jelly yang ada dalam minuman nya waktu itu memang bukan bagian dari menu, melainkan kondimen tambahan yang sengaja di masukan oleh si peracik, Gilang Rama.

Ting!

Ibu Sania
Audi, Sudah sampai rumah sayang?

Pesan masuk dari Sania membuyarkan lamunan nya.

Audinna
Belum, Audi mampir ke coffeshop duku sekalian ngerjain deadline Ibu.

Balasan Audi dengan cepat di baca oleh Sania, dan beberapa detik kemudian pesan balasan masuk.

Ibu Sania
Kenapa tadi gak sekalian ngerjain di sini aja sih, nak. Kamu buru-buru karena ada Gilang ya?

Membaca balasan dari Sania, membuat Audinna menghela nafas.

Iya.

Tentu Audi hanya berani membalas nya dalam hati.

Audinna
Nggak, Bu. Audi kalo ngejar deadline emang biasa di coffeshop, biar ada suasana baru.

Setelah nya, tanpa menunggu balasan Audi benar-benar mengerjakan deadline kerjaan freelance nya. Meski kenyataan nya ia tidak benar-benar di kejar deadline, karena pekerjaan nya hanya tinggal sedikit lagi, dan deadline nya masih minggu depan.

21.30 WIB

Audinna memilih untuk pulang ke rumah orang tua nya, ia rumah orang tua karena sampai saat ini dia masih numpang tinggal di sana. Meski sejatinya orang bilang rumah orang tua adalah rumah milik kita juga, tapi tidak bagi Audinna. Ia tidak ingin memiliki rumah seperti rumah orang tua nya.

Ketidak inginan Audinna bukan karena bangunan atau arsitektur rumah, melainkan keadaan di dalam nya. Ia tidak ingin memiliki rumah yang tidak memiliki kehangatan dan kenyamanan, ia tidak ingin memiliki rumah dengan cuaca ekstrim di dalam nya, kadang sedingin kutub utara namun terkadang begitu panas menyiksa seperti neraka.

Jika rumah masa depan nya akan bernasib sama, lebih baik ia tidak memiliki rumah seperti sekarang. Toh, punya rumah ataupun tidak rasanya akan sama saja seperti saat ia numpang hidup di rumah ke dua orang tuanya.

"Kamu gak capek freelance? Gak mau cari kerjaan tetap aja yang gajinya lebih mencukupi," ucapan itu menjadi kalimat sapaan saat Audi memasuki rumah.

Salam nya bahkan tak terjawab, atau tidak terdengar ya?

"Gajiku, udah cukup, Ma." Jawab Audi, berlalu begitu saja melewati Ibu nya.

Terserah, Audi lelah. Ia tidak lagi memperdulikan jawaban ibu nya yang sedang menggerutu tanpa henti. Selalu begitu, Audi sudah bosan bahkan sudah muak mendengarnya.

"Yaa Allah, Yaa Rabb.." lirih Audi mendesah lelah.

Sungguh, dia sudah lelah sekali mengeluh. Pada akhirnya, gadis itu memilih membersihkan diri dan bergegas pergi ke alam mimpi dengan tangan yang masih setia memegang ponsel yang menyala.

 Pada akhirnya, gadis itu memilih membersihkan diri dan bergegas pergi ke alam mimpi dengan tangan yang masih setia memegang ponsel yang menyala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~♡~

Happy reading, teman-teman♡.
-with love, D.

Caramel MacchiatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang