Bab 1

35 3 3
                                    

Suara heels yang beradu dengan lantai marmer di rumah bergaya klasik modern ini menggema dengan suara khasnya. Wanita yang berusia 28 tahun itu menaiki anak tangga rumahnya menuju salah satu kamar diatas sana. Dengan outfit kantor casualnya, wanita itu mengetuk sekali pintu yang ada di hadapannya ini.

Ketiga ketiga, masih tidak ada sahutan dari dalam sana. Akhirnya wanita tersebut membuka dengan lebar pintu putih tulang di hadapannya.

Ia menghembuskan nafas sejenak, melihat sosok seseorang yang masih saja bergelumung dibawah selimut abu-abunya. Lantas ia pun berjalan dengan anggunnya dan tanpa basa basi membuka tirai jendela itu.

"yuhuuuuu adek manisnya mbaak bangun yukkk. Hari pertama masuk sekolah nih" tirai kamar tersebut sudah terbuka lebar.

"WOIIIII... BANGUN GAK LO??! SHAQUILLE KALA ASWINDRA!!!!! BURUAN BANGUN!!!" Arabella Kaizy Aswindra Chandrawinata, perempuan yang berusia 28 tahun itu sudah meninggikan suaranya.

Namun tidak ada pergerakan sama sekali dari adiknya ini.

"SHAQUILLE!! Ya Allah gini amat adik hamba satu ini. Shaquille ini udah jam 7!! KAL—"

"diem mbak. Aku enggak budek" sosok yang bernama Shaquille itu lantas bangun meninggalkan kakaknya yang masih bergeming di samping tempat tidurnya.

Abel hanya bisa mengelus dadanya melihat tingkah adiknya satu ini.

"Mbak tunggu di bawah. Kita sarapan bareng. JANGAN LAMA MANDINYA KAL—"

"Shaquille, mbak" potong Shaquille cepat.

"iya iya Shaquille. Yaudah kamu buruan mandi. Mbak tunggu di bawah"

Akhirnya Abel meninggalkan kamar adiknya itu. Dan Shaquille masuk ke dalam kamar mandinya.

***
triiiiiinggggg triiingggg

Suara alarm yang berbunyi dari kamar kecil ini benar-benar sangat memekikan telinga. Siapun yang mendengarnya pasti dengan cepat mematikan suara tersebut. Namun sang empunya tidak memperdulikan suara alarmnya. Yang ada dia semakin menenggelamkan tubuhnya masuk ke dalam selimut.

"Allahuakbar... nih orang budek apa gimana dah" sosok pria tinggi dengan setelan baju putih abu-abunya kini masuk ke dalam kamar itu dan mematikan bunyi alarm yang berasal dari ponsel sosok yang masih saja tidur itu.

"ABIAAAAANNNN BUDEK WOIIII BANGUN. anjing banget nih anak, gue disuruh dateng pagi buta malah masih turu. ABIAAANNN ALLAHUAKBAR"

Oke, tidak ada pergerakan sama sekali. Lantas pria itu keluar lagi dari kamar tersebut. Namun bukan hanya keluar saja, melainkan pria itu mengambil sebuah baskom yang berisikan air.

Dan

Byuuurrrr...

"tsunami!! tsunami!!

"nah bener tsunami. Tsunaminya di tempat tidur lo" baskom yang sudah kosong itu ia lemparkan ke atas tempat tidur.

"ANJING LO!! tempat tidur gue basah semua"

"lo yang lebih anjing. gue dateng ke rumah lo pagi buta gini tapi lo masih turu. Mana tuh alarm suaranya udah ngalahin speaker hajatan lagi"

"gue kaga denger tipin"

"ANJING!! NAMA GUE GRIFFIN BUKAN TIPIN" jawab Griffin emosi.

Griffin Bagasditya, boleh dikatakan dia adalah manusia yang kesabarannya setipis jembatan siratulmustaqim. Bagaimana tidak, setiap hari kesabarannya itu diuji oleh sahabatnya Abian ini.

Mereka berdua sudah berteman sejak mereka masih menggunakan seragam putih merah. Rumah mereka juga dekat, hanya beda satu blok dari rumah Abian.

Griffin atau biasa dipanggil Tipin oleh Abian, lantas menendang sahabatnya itu dari tempat tidurnya.

Bruuukk!

"GRIFFIN BABIII! awww pantat gue"

"buruan bangkeee, hari pertama masuk sekolah ini. Dan gue berharap lu jangan buat onar kaya waktu kita SMP dulu. Entar Tante Monik beneran datengin lu dari kuburannya."

"woalahh jancok koe. Bawa-bawa emak gue yang udah jadi ubi"

***
Lapangan dari Sekolah Harapan Bangsa sudah dipadati oleh siswa-siswi baru sejak 15 menit yang lalu. Untungnya lapangan sekolah ini memiliki penutup atap. Jadi teriknya matahari tidak membakar kulit para murid baru ini.

Shaquille baru saja sampai diantar oleh Mbaknya. Dikarenakan untuk hari ini saja para siswa tidak diperbolehkan untuk membawa kendaraan sendiri.

"makasih mbak udah anter aku" ucapnya setelah menyalim tangan sang mbak.

"kalau udah pulang kabarin mbak. entar mbak jemput kamu"

"gak usah mbak, aku kayanya mau ke toko buku abis pulang sekolah. kalau gitu aku pamit mbak. nyetirnya hati-hati ya" Shaquille pun membuka pintu mobil Audi R8 itu dan berlari menjauh.

Kaki jenjangnya berlari masuk ke dalam gerbang sekolahnya yang sebentar lagi akan di tutup. Nafasnya memburu saat sudah sampai ke dalam sekolahnya.

"haaahh.. haaahh.. kayanya gue harus kurangin overthinking gue deh tiap malam. jadi ngos ngosan gini kan gue krn telat bangun" ucapnya sambil merapikan kembali seragamnya yang sedikit berantakan.

Tuk!

"aduh" Shaquille mengaduh.

"hampir telat lo" ucap seseorang yang sudah ada di depan Shaquille.

"anjir loo Van, pala gue sakit tau gak" maki Shaquille terhadap sahabatnya ini, Nevan Leandro Pradana.

"Hai Shaquille, kita ketemu lagi" sapa seorang perempuan dengan gaya menornya.

Bukannya membalas sapaan perempuan tersebut, Shaquille langsung meninggalkan kedua orang itu. Mungkin Shaquille pusing melihat style perempuan itu.

"anjir! SHAQUILLE TUNGGUIN GUE!" Nevan berteriak menyusul Shaquille yang meninggalkannya di belakang sana.

"cihh.. awas aja lo Shaquille"

***
Setelah perkenalan dan diajak berkeliling melihat lingkungan sekolah, kini semua para siswa beristirahat. Ada yang masih di lapangan dan ada juga yang sudah pergi meninggalkan lapangan guna mengisi perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi.

Suasana kantin saat ini dipadati oleh siswa-siswi yang berlalu lalang. Mungkin karena jam istirahatnya bersamaan dengan para senior.

Shaquille yang baru saja sampai di depan kantin lantas putar balik lagi. Jujur, Shaquille tidak suka melihat orang banyak. Kepalanya bisa saja langsung pusing.

Nevan yang berdiri disamping Shaquille lantas berbalik menahan tangan sahabatnya itu.

"mau kemana lo?" tanya Nevan yang menahan pergelangan tangan Shaquille.

"mau nyari tempat yang sepi. lo tau kan gue gak suka liat orang banyak" jawab Shaquille.

"tapi gue laper Shaquille. makanannya dibungkus aja deh. entar kita nyari tempat"

"lo aja yang makan. gue masih ada roti dari rumah dibekalin Mbak Abel tadi"

Nevan memicingkan matanya, "yaudah kalau gitu. kabarin gue aja lo dimana. entar gue nyusul. DAN LO KAGA USAH BOHONG SAMA GUE. KITA UDAH TEMENAN DARI JAMAN MASIH DI DALAM PERUT EMAK MASING-MASING. lo mana mau bawa bekel, Shaquille"

"serah lo deh Van gak usah ngamuk juga kali. gue pergi" Shaquille pergi meninggalkan Nevan sendirian yang masih berdiri di depan pintu kantin.

Nevan menghela nafas melihat sahabatnya itu. "GUE BELIIN BATAGOR YEE. GAK PAKE SAOS" teriak Nevan dan Shaquille hanya mengangkat tangan kanannya membentuk oke.

Shaquille tipikal anak yang tidak suka melihat orang banyak. Makanya sekarang dia lebih memilih pergi dari kantin daripada dia berdesak-desakan memesan makanan.

"Ke ruangan painting aja deh. katanya ruangan painting jarang di datengin orang" monolognya sambil melangkah menelusuri lorong menuju ke ruangan painting yang berada di lantai 3 sekolahnya.

***

Si Fueras MíaWhere stories live. Discover now