All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.
Warning: OOC, typo(s), crack couple(s), plot hole(s)!
.
.
.
Iris mereka masih bertubrukan selama beberapa saat hingga Hinata memutuskan untuk mengalihkan pandangan lebih dulu. Tangan Hinata masih terhenti, belum selesai memotong ujung kue strawberry yang hendak disantapnya. Sedikit melirik ke kanan, Hinata bisa melihat seorang anak kecil perempuan yang menatap lugu pada kedua orang tuanya. Lalu, Hinata menarik napas agak dalam dan menoleh. "Ya," katanya.
Sekilas Hinata bisa melihat Sasuke yang membetulkan duduknya, membuang napas yang ditahan entah berapa lama. "Siapa?" tanya Sasuke. Meski lelaki itu terlihat lebih santai sambil meminum ice americano-nya, nada bicaranya masih dingin seperti minuman yang diteguknya.
"Apa aku harus memberitahu namanya? Kukira Sasuke-san pun pasti paham bagaimana kerja aplikasi kencan, 'kan?" Hinata meletakkan garpu yang digenggamnya. "Menurutku aplikasi kencan adalah tempat untuk mengenal banyak orang. Bertemu dengan beberapa orang sebagai bentuk seleksi –mungkin? Sasuke-san pun begitu, 'kan?"
"Tidak."
Hinata terdiam. Karena jawaban Sasuke, juga karena ia tidak tahu mengapa ia harus menjelaskan hal seperti ini pada Sasuke. Dari cerita teman-temannya di kampus dulu, ia kira seperti ini cara melakukannya.
Trak. Sasuke menaruh gelas minumnya ke atas meja. "Baiklah, aku akan mengganti pertanyaanku. Berapa orang yang mendekatimu?"
"Dua." Hinata memberi jeda. "Tidak termasuk Sasuke-san?" sebenarnya Hinata sedikit bingung dengan Sasuke. Tidak seperti Gaara yang sangat terlihat mendekatinya, atau Sai yang tiap hari rutin mengiriminya pesan. Sasuke jarang mengabarinya, jarang juga mengajaknya pergi. Jadi, wajar saja ia sedikit merasa tidak didekati kan?
"Baiklah." Sasuke tak banyak bicara lagi setelahnya. Hinata berusaha mengalihkan pembicaraan dengan membahas keponakan Sasuke, kerjaannya atau hal-hal random yang terjadi di sekeliling. Tetapi, pria itu menanggapi acuh tak acuh. Sedikit banyak Hinata mengutuk pembicaraan canggung yang terjadi bahkan sebelum Hinata menyentuh makanannya. Apa tidak bisa menunggu selesai makan?
Malam itu Hinata pulang bahkan belum sampai di pergantian hari. Kurang dari satu jam, tapi rasanya waktu sangat lambat. Hinata dan Sasuke berpisah tanpa banyak bicara. Lelaki itu bahkan tak mengiriminya pesan saat sampai rumah atau hari-hari setelahnya. Hinata tahu, mungkin hubungannya dan Sasuke akan berakhir begitu saja.
Ting. Hinata buru-buru mengalihkan perhatian dari lemari bajunya yang terbuka. "Hai Hinata. Mau bertemu nanti malam?" satu pesan masuk dari Sai. Hatinya merasa kecewa. Entah karena mengharap pesan dari siapa. Dari Sasuke yang sejak semalam tak kunjung menghubunginya atau dari Gaara yang bahkan tak ada kabar sejak hari rabu.
Hinata menolak ajakan Sai. Usai mengirim pesan penolakan, ia kembali ke depan lemarinya yang masih terbuka. Mengambil sweater untuk menutupi kaosnya, Hinata terlihat siap untuk pergi keluar.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu terdengar. Setelah menutup lemari, mengambil gawai, dan mematikan AC ruangan, Hinata pergi membuka pintu. "Hey." Sebuah sapaan terdengar. Di depannya berdiri Toneri yang menatap ragu-ragu. "Bagaimana kabarmu, Hinata?" Toneri memerhatikan penampilan Hinata. Perempuan itu memakai sweater hijau dan tas selempangnya. "Kau mau pergi keluar?"
"Ya. Aku akan mencari makan." Hinata keluar dari dalam flatnya. Menutup dan mengunci pintu. "Mau aku antar?"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble Trouble [SasuHina X GaaHina]
FanfictionRating: M, 21+ | HINATA VS EVERYBODY Usia segini memang sedang gencar-gencarnya merasa kesepian. Darah muda yang haus perhatian. Sana-sini mencari kenalan. Kalau pada akhirnya hanya akan dilupakan, kenapa malah memulai sentuhan? "Hi, boleh kenalan?"...