Haneul sedang bergulat didapur menyiapkan makan malam karena mertuanya akan berkunjung kemari. Tadi pagi Nyo.park berpesan akan berkunjung dan mengatakan bahwa hanrul tidak perlu menyiapkan makan malam karena mertuanya itu yang akan membawa makanan. Tapi haneul bersikeras ingin menjamu, bagaimana pun ia istri dari anak mereka. Seorang menantu dari keluarga PARK. Akan sangat memalukan jika haneul tidak bisa berperan baik sebagai menantu dari keluarga terpandang ini.
Jinan sesekali ingin tahu dengan apa yang bundanya lakukan. Karena sejak sore tadi haneul super sibuk belanja segala kebutuhan makan malam mereka nanti. Sejujurnya ia kewalahan, apalagi ini pertama kali baginya bekerja begitu ekstra. Ini berat untuk haneul yang biasanya ia tidak pernah menyentuh bahkan menginjak kakinya ke dapur dan juga pekerjaan rumah lainnya. Nyo.Yoon melarang itu semua. Ia tidak ingin haneul lelah karena dulu haneul sedang menempuh pendidikan. Jadi Nyo.Yoon ingin haneul fokus belajar. Begitu pun dengan jaehyuk.
Sebenarnya haneul itu bukan anak yang manja. Haneul itu anak yang kuat dan keras. Dan Wataknya berubah pesat saat ditinggal sang ayah saat dirinya masih duduk di kelas SMA. Ia harus menjadi kuat luar maupun dalam karena ada hal yang harus ia hadapi yang menjadi tekanan besar dalam hidupnya yaitu Ayah tirinya. Didepan ibunya ia kan menjadi anak yang manis dan manja. Tapi jika berhadapan dengan ayah tirinya haneul akan menjadi diri yang angkuh, menentang dan keras kepala.
" papaaa......" suara jinan terdengar dari ruang tengah. Haneul berhenti sejenak dan melihat jam.
"Tumben cepat pulang, biasanya juga jam 7" batin haneul sambil melanjutkan memasaknya.
Haneul memilihi tidak menghampiri jihoon karena haneul bingung dengan jihoon yang menghindarinya sejak kemarin. Haneul sempat berfikir apa dirinya berbuat kesalahan?
Apa jihoon balas dendam karena dirinya mendiami jihoon selama seminggu?
Atau karena hal lain?
Haneul tidak mendapatkan jawaban. Saat haneul mencoba untuk berbicara dengan jihoon. Jihoon akan dengan cepat menghindar. Bahkan haneul sudah mencoba berbicara dari jarak jauh tapi jihoon juga tidak menanggapinya.
Dan tadi malam haneul harus tidur dikamar jinan karena dengan tiba tiba jihoon sudah mengunci kamar mereka dari dalam tanpa mengatakan apapun. Haneul menendang pintu itu karena kesal dan mendapatkan amukan dari dalam.
" jangan merusak pintunya bodoh."
Itulah teriakan jihoon dari kamar. Haneul Ingin sekali menjawab, tapi ia takut akan membangunkan jinan. Jadi dengan sekali lagi haneul menendang pintu itu dan pergi kekamar jinan untuk tidur disana.
" bunda udah siap masaknya?." Tanya jinan yang melihat haneul hendak menuju lantai dua.
Haneul menoleh saat jinan memanggilnya dan melirik jihoon sedang menyusun gundam milik jinan. Seperti tidak ada keinginan untuk melihat dirinya sedikit pun.
" udah sayang, mama mau mandi dulu ya. Sebentar lagi nenek kamu datang. Main sama papa dulu ya."
" ok ma,dandan yang cantik ma ya."
" tentu ."
Haneul kembali melirik ke jihoon. Haneul menghela nafasnya berat dan menaiki tanggal dengan sedikit menghentak hentak kakinya agar jihoon menoleh. Tapi nihil jihoon tidak menoleh sama sekali. Hingga haneul masuk kekamar dan menutup pintu sedikit keras.
Braak...
Jihoon melihat keatas dan menghela nafasnya. Ia tau kalau haneul kesal kepadanya, hanya saja ia harus melakukan ini. Ia hanya sekedar ingin mencari jawaban dari dalam dirinya tentang haneul yang bisa membuat hatinya berdebar. Ia ingin tau apa arti debaran itu kemarin. Apa karena terbawa suasana atau memang haneul sedikit demi sedikit mulai mengisi hatinya. Maka sejak hari itu jihoon memilih menghindari haneul.
KAMU SEDANG MEMBACA
i don't want to - PARK JIHOON [On Going]
Romancejinan aja nerima haneul. apakah aku bisa nerima haneul seperi jinan?. "lu tu ya, kalau gak bisa itu apa susahnya sih minta tolong." ucap haneul. " gw bisa sendiri." sahut jihoon ketus. " bisa apa? bisa pecahin gelas gini. lo tu lagi sakit kalo pusin...