L O C : 0.6

194 18 3
                                    

Satu bulan sudah berlalu, nahee memutuskan untuk tinggal dirumah mendiang neneknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan sudah berlalu, nahee memutuskan untuk tinggal dirumah mendiang neneknya. Rumah itu terletak di sebuah desa tak jauh dari pesisir pantai. Setiap hari, kesibukan Nahee adalah membantu bibi Yuri menjual ikan hasil tangkapan nelayan dari pagi hingga pukul 12 siang.

"Nahee! Berhenti membereskan kotak-kotak itu dan kesini sebentar."

"Iya Bi, sebentar." Gadis itu berlari menghampiri Bibi Yuri, lantas wanita pemilik kedai ikan itu memberinya sebuah amplop berwarna cokelat yang cukup tebal.

"Gajimu untuk bulan ini." Nahee mengambilnya dan menyingkap amplop itu untuk mengintip sesuatu di dalamnya. Matanya mengerjap bingung. "Bi, ini sepertinya lebih dari kesepakatan gaji waktu itu..."

"Bibi sengaja memberimu lebih. Hasil dari tangkapan ikan itu saat dijual lebih dari perkiraan. Bibi lihat kinerjamu sangat bagus. Anggap saja itu bonus..."

Gadis itu tersenyum. "Terima kasih, Bi."

"Tidak masalah. Pulang dan istirahatlah stock ikan di kedai ini sudah habis terjual. Sisanya biar Bibi yang bereskan."

"Aku pulang ya Bi!"

Gadis itu pergi dari sana. "Anak itu benar-benar mirip dengan putri kita..." ucap paman Hanseo yang entah kapan ada disebelah bibi Yuri.

Bibi Yuri yang sejak tadi memandangi tubuh Nahee semakin jauh pun hanya mengangguk, Nahee benar-benar mirip dengan putri kesayangannya.

-★°•𐚁̸-

Baru saja sampai di tempat kerjanya yang lain, Nahee mendapatkan sebuah pesan bahwa toko bahan makanan ini tutup sementara karena kerabat pemilik tokonya meninggal.

Pada akhirnya gadis itu pun kembali ke rumah dan beristirahat, saat ia masuk kedalam kamarnya ia melihat sebuah buku tergeletak di atas meja belajarnya. Saat ia mengambil dan melihat kedalam isi buku itu, ia tidak sengaja melihat sebuah foto dua anak perempuan dan dua anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun.

"Aku seperti pernah melihat juga mengenal mereka, tapi siapa dan dimana..." gumamnya.

Matanya mulai terpejam dan satu persatu ia memutar kembali ingatannya dalam kepalanya itu, namun gadis itu tetap saja tidak menemukan jawabannya.

"Ah! Sudahlah. Lagi pula tidak penting" ia menutup bukunya dan memasukkannya kedalam laci.

ditengah kekesalannya karena buku tadi tiba-tiba perutnya berbunyi. "Ugh~lapar sekali..." Nahee memutuskan untuk melihat bahan apa yang tersedia di dapur.

Gadis itu membuka lemari es namun ternyata hanya ada ramyeon instan, telur dan nori. Entah mengapa tiba-tiba saja ia teringat pada Beomgyu, saat masih dengan pemuda itu setiap minggu mereka akan pergi kencan dan makan ramyeon. Setelah itu Beomgyu akan mengajaknya pergi ke taman dan membelikannya sebuah gulali kapas bentuk bunga.

Jauh dalam hatinya, Nahee sejujurnya tak ingin berpisah dengan pemuda yang sudah seperti separuh hidupnya dikala separuh hidupnya yang lain penuh dengan penderitaan. Akan tetapi ia tidak mau Beomgyu menderita karena ulah Heeseung yang tidak bisa ditebak.

Gadis itu menutup kembali lemari es, menghela nafas dan menyeka air matanya agar tak jatuh. Kembali ia meyakinkan dirinya agar tidak menyesal karena inilah yang terbaik untuk semuanya atau setidaknya untuk dirinya sendiri.


-★°•𐚁̸-


"Lee Heeseung!" Pemuda itu mengerjap beberapa kali.

"Ada apa?"

Jay hanya mendengus kesal. "Ada masalah apa lagi? Sejak tadi kau hanya diam saja dan akhir-akhir ini juga kau tidak bercerita soal gadis itu"

Pemuda itu mengusap wajahnya dan tak menjawab pertanyaan dari temannya itu, sudah empat bulan sejak Nahee pergi dari apartemennya ia tidak bisa menemukan keberadaan gadis itu. Bahkan untuk melacak ponselnya saja ia tidak bisa, ia menduga bahwa gadis itu sudah mengganti nomornya atau bahkan ia mengganti ponselnya.

"Jay..."

"Ya?" Heeseung mengambil kunci mobil yang ada diatas meja. "Katakan pada sunghoon dan jake untuk menghubungiku setelah sampai disini, ada satu hal yang harus aku urus..."

"Memangnya hal ap-Kak! Kak Heeseung! Kau mau kemana kak!"

"Kak Jay? Ada apa?" Ucap Sunoo yang baru saja datang.

Jay lagi-lagi menghela nafas. "Kau tau, dia benar-benar sulit di tebak..." Ucapnya sambil menunjuk punggung Heeseung yang semakin jauh lalu menghilang dari pandangan keduanya.

"Sepertinya ini soal perempuan jal*ng itu" batin Sunoo.

"Kak aku akan menyusul Kak Heeseung." Sunoo lantas bergegas pergi menyusul pemuda tadi-lebih tepatnya ia perlu informasi soal Nahee.

Mobil Heeseung berhenti diarea sebuah kampus, tak jauh dari tempat Heeseung berada ia melihat Beomgyu berjalan menuju mobilnya. Buru-buru pemuda itu keluar dan menghampiri Beomgyu, ia berhenti dihadapan Beomgyu dan menghalangi jalan pemuda itu dengan tangannya.

"Kau?"

"Kita perlu bicara—"

"Bicara soal apa? Soal kau yang sudah sadar bahwa kau sudah membuat Nahee menderita?" Mendengar hal itu Heeseung menatap tajam. "Ah rupanya kau belum sadar ya. Mana mungkin iblis sepertimu sadar akan kesalahannya"

Heeseung mencengkram erat kerah baju Beomgyu. "Katakan, kemana kau membawa pergi Nahee?"

Beomgyu tersenyum. "Kalau kau tidak tau bagaimana aku bisa tau"

"Kau!—"

"Dimana antek-antek hebatmu itu lee Heeseung? Bahkan untuk menemukan Nahee saja kau tidak bisa?" Beomgyu tertawa kecil lalu mendorong Heeseung sampai ia melepaskan cengkramannya. "Berhentilah bersikap seperti ini Heeseung, kau hanya akan membuat kita mengulang hal lama itu"

"Jaga ucapanmu Choi Beomgyu!"

"Stop!!"

To be continued....

Hallo semua maaf terlambat Jangan lupa vote Yeorobun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hallo semua maaf terlambat
Jangan lupa vote Yeorobun....

See you next chapter
Chapter kali ini agak pendek karena aku pusing

Love Or Crazz || crazy about you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang