E02

71 16 10
                                    

Author Point Of View On

"Hiks.. Hiks.. Hiks.." Gulf tiba-tiba terbangun dari tidurnya dalam keadaan kedua pipinya telah basah karena air mata.

Gulf mengusap wajahnya dengan guling yang dia peluk. Gulf yang merasa hidungnya tersumbat pun mengambil tisu untuk mengeluarkan cairan lendir di dalam hidungnya. Kali ini dia menangis sampai tersedu-sedu di dalam tidurnya. Dia sendiri tidak tahu mengapa dia begini. Kenapa dia begini hanya karena sebuah mimpi?

Gulf kembali bermimpi buruk akhir-akhir ini dan sekarang lebih sering lagi. Dia berkali-kali bermimpi sedang berada di dalam sebuah acara pemakaman seseorang. Gulf merasa sangat sedih hingga akhirnya dia menangis. Anehnya, Gulf tidak tahu siapa orang yang dia tangisi itu. Hampir setiap malam Gulf seperti inu tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi kepadanya.

"Siapa orang itu sebenarnya? Kenapa dia membuat aku bermimpi tentangnya berkali-kali sampai menangis seperti ini?" Monolog Gulf.

Gulf kini melihat ke arah jam dindingnya lalu menghela nafasnya. Dia selalu terbangun di jam dua pagi. Kata orang, orang yang terbangun karena mimpi di jam dua pagi, berarti mimpi itu bukan hanya sekadar bunga tidur tapi sebuah pertanda. Gulf mencoba mencari tahu, tapi dia tidak berhasil menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya itu.

"Apa yang akan terjadi kepadaku? Tapi tidak pernah ada yang terjadi kepadaku setelah bermimpi seperti itu." Gulf mulai memikirkan bahwa ini adalah sebuah pertanda.

"Aku sebaiknya mengabaikan hal ini. Ini memang sudah berkali-kali terjadi. Anggap saja semuanya adalah bunga tidur."

Gulf kini mencoba kembali tidur karena dia harus bangun sekitar jam lima pagi. Gulf harus bangun jam lima untuk bisa bersiap-siap lalu pergi bekerja agar dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Gulf yang sudah terbiasa bermimpi di tengah malam, bisa langsung tertidur ketika dia ingin kembali tidur. Bersyukurnya, ini tidak terasa sulit lagi baginya.

***

Gulf yang merupakan seorang introvert lebih menyukai bekerja sendirian daripada berkelompok, namun di tempat kerjanya ini, dia tidak diizinkan untuk melakukan pekerjaan sendirian dan harus bekerja sama dengan orang lain. Itu membuat Gulf cepat merasa lelah dan kehabisan energi. Saat makan siang, Gulf memilih menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain untuk mengisi daya di dalam tubuhnya.

"Ini selalu melelahkan. Apakah memang harus seperti ini?" batin Gulf.

"Bolehkah aku duduk di sini?" tanya seorang pria yang kini berdiri di samping Gulf.

"Bo-boleh." Gulf kini hanya diam dan terpaku melihat pria tampan yang terlihat familiar di hadapannya.

"Sudah lama kita tidak bertemu.." Pria itu berkata seolah-olah pernah bertemu dengan Gulf.

Pria itu kini duduk di kursi yang berada di seberang Gulf sambil tersenyum ketika melihat Gulf. Gulf sedikit tersipu malu ketika pria itu menatapnya. Gulf tidak pernah menyangkal orientasi seksualnya, hanya saja belum pernah ada seorang pun yang mendekatinya sehingga tidak ada yang tahu Gulf itu straight atau gay.

Gulf tiba-tiba teringat akan mimpinya semalam. "Kamu.." ucap Gulf.

"Pria yang ada di dalam mimpi." Batin Gulf.

"Apakah kamu masih mengingatku?" tanya pria itu.

Gulf kini bertemu dengan seseorang yang selalu hadir di dalam mimpinya di dalam kantin perusahaan tempat dimana Gulf bekerja. Gulf tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Gulf sangat terkejut karena pria yang dia lihat meninggal di dalam mimpinya ternyata masih hidup dan kini berada di hadapan Gulf.

"I-iya, aku mengingatmu." Gulf mengingatnya karena dia selalu datang ke dalam mimpi Gulf.

"Syukurlah, kalau kamu masih mengingat aku. Kita berdua pernah bertemu di pintu depan perusahaan ini saat kita berdua baru saja mendapatkan paggilan kerja di perusahaan ini."

"Huh?" Gulf lupa pernah bertemu dengan orang ini di depan perusahaan tempat dimana mereka berdua bekerja sekarang.

"Setelah di terima, aku langsung di tugaskan untuk bekerja di kantor cabang. Kita tidak sempat bertemu lagi saat itu. Syukurlah, aku bertemu lagi denganmu di sini."

"Aku juga senang bertemu lagi denganmu." Ucap Gulf.

"Aku merasa senang karena ada seseorang yang aku kenal di sini. Aku sempat berpikir untuk tidak mau dipindahkan karena aku sudah merasa nyaman di kantor cabang." Pria itu terus berbicara tanpa henti. Energi Gulf benar-benar terkuras sekarang.

"Ahh aku hampir lupa untuk mengenalkan diri. Namaku adalah Suppasit Jongcheveevat. Kamu bisa memanggilku Mew."

"Namaku adalah Kanawut Traipipattanapong, kamu bisa memanggilku Gulf."

"Kana.. nama itu terdengar sangat indah daripada Gulf. Kenapa tidak di panggil Kana saja?" tanya Mew kepada Gulf.

"Itu terdengar seperti nama perempuan. Aku tidak terlalu suka."

"Tapi aku suka memanggilmu seperti itu."

"Kamu boleh melakukannya." Gulf tampak lelah untuk berdebat, jadi dia mengalah dan membiarkan hal itu.

"Apakah kamu bekerja di divisi pemasaran?"

"Hmm..."

"Pekerjaan itu terlihat sangat melelahkan daripada yang lain."

"Semuanya kelihatan sama saja." Ucap Gulf secara tiba-tiba.

Pekerjaan yang paling melelahkan bagi Gulf adalah bertemu dengan banyak orang. Ada banyak drama yang terjadi sehingga membuat energinya habis. Dia tidak peduli berapa banyak pekerjaan yang dia lakukan, karena itu tidak akan membuatnya merasa lelah. Yang membuat Gulf merasa lelah adalah bertemu banyak orang dan harus berinteraksi dengan mereka.

Mew yang sedikit peka terhadap perasaan hati Gulf kini mulai diam dan mulai memakan makanannya. Meskipun Gulf terlihat tidak menyenangkan, akan tetapi dia ingin berkenalan dan lebih dekat dengan Gulf. Entah kenapa hatinya ingin selalu berada di dekat Gulf. Daripada temannya yang lain, Mew lebih senang berkenalan dan dekat dengan Gulf.

***

"Tuan Mew, apakah Tuan baru saja makan siang bersama dengan Gulf?" tanya seorang wanita yang langsung mengajukan pertanyaan kepada Mew ketika Mew baru saja sampai di mejanya.

"Huh? Hmm.." Mew mengangguk membenarkan.

"Tuan, Tuan Mew sebaiknya jangan mendekatinya. Dia adalah orang yang aneh, Tuan."

"Aneh bagaimana?"

Wanita yang bernama Noey itu mulai memberitahu sikap-sikap buruk Gulf kepada Mew selama bekerja di tempat itu. Bahkan Noey juga memberitahu kepada Mew bahwa Gulf dulu pernah menghasut seseorang untuk melakukan bunuh diri di gedung perusahaan itu.

"Apakah kamu yakin dengan kata-katamu itu? Kalau itu tidak benar, itu akan menjadi kasus pencemaran nama baik. Apakah kamu paham tentang hukum yang berlaku di negara kita?"

"Aku berani bersumpah kalau Gulf itu adalah orang yang aneh."

"Jangan membuat cerita buruk tentang orang lain!"

"Dia pernah membully ku dulu, makanya aku bisa mengatakan hal yang seperti ini. Banyak orang yang melihat tentang hal itu dan mereka akhirnya menjauhi Gulf."

"Aku akan melihat sendiri bagaimana sikapnya dan tidak akan mendengarkan orang lain sampai dia menunjukkannya sendiri kepadaku."

Mew kini mengabaikan Noey dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak ingin memikirkan perkataan Noey tadi karena kata-katanya itu tidak seperti apa yang dia lihat tadi. Mungkin belum, namun dia akan menunggu sampai dia melihat semua untuk mempercayainya.

Author Point Of View Off

Sweet DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang