E03

83 18 10
                                    

Author Point Of View On

"Aku pulang..."

"Selamat datang sayang." Ucap seorang wanita paruh baya yang kini sedang berjalan menghampiri anak semata wayangnya yang baru saja pulang untuk menyambutnya.

"Bagaimana hari pertamamu bekerja di kantor pusat nak? Apakah berjalan dengan lancar ataukah malah sebaliknya?"

"Lumayan lancar kok Ma. Mew bersyukur karena teman-teman Mew semuanya baik kepada Mew. Mew kira akan mengalami kesulitan, tapi ternyata ngga."

"Syukurlah kalau begitu, Mama kira kamu akan mendapat kesulitan beradaptasi saat bekerja di kantor pusat." Wanita paruh baya itu kini mengajak anak laki-lakinya itu untuk duduk di atas sofa yang berada di ruang tamu.

Wanita paruh baya itu sangat penasaran dengan cerita anaknya di hari pertama anaknya bekerja di kantor pusat. Wanita paruh baya itu mencoba mendengarkan tanpa menjeda agar bisa memahami isi hati sang anak. Mew yang merasa nyaman dengan perlakuan Mamanya mulai terbuka kepada Mamanya.

"Tidak kok Maa, ini lebih mudah daripada di kantor cabang yang memiliki banyak masalah itu. Untung saja semenjak aku datang, permasalahan satu per satu terselesaikan."

"Pemikiran orang-orang yang tinggal kota dan yang tinggal di daerah itu sangat berbeda, jadi membuat kamu sedikit mengalami kesulitan saat pertama kali bekerja di kantor cabang dulu."

"Mama benar. Mew heran sama teman-teman Mew yang bekerja di kantor cabang dulu. Pemikiran mereka masih ketinggalan jaman."

"Begitulah nak dunia kerja. Mama kan sudah menyuruhmu untuk bekerja di kantor Papa kan?"

"Aku ingin mencari pasanganku itu Ma. Aku mendapatkan pertanda, makanya aku melamar pekerjaan di perusahaan itu."

"Apakah kamu sudah bertemu dengan anak yang selalu datang ke dalam mimpimu itu? Bukankah terakhir kali kalian bertemu saat pertama kali kamu keterima bekerja di perusahaan itu kan?"

"Sudah Maa, aku sudah bertemu dengannya. Dia ternyata masih berada di sana. Aku merasa lega. Aku tidak perlu mencarinya ke kantor cabang lain."

"Bagaimana? Apakah dia cantik?" tanya Mama Mew.

"Aku sudah bertemu secara langsung dengannya, tapi dia bukanlah seorang wanita. Aku kira dulu dia adalah seorang wanita yang berhias sedikit tomboy karena rambutnya yang panjang. Benar dugaanku, kalau anak itu adalah seorang pria juga Maa. Apakah Mama mengingat kalau di dalam buku yang ditulis oleh leluhur kita mengatakan bahwa wanita itu bukanlah seorang wanita melainkan pria yang menyamar menjadi seorang wanita?"

"Mama ingat sayang, itulah alasan yang membuat keluarga kita sangat membenci mantan istri leluhur kita saat itu."

"Bukankah sampai sekarang?"

"Tentu saja, karena dia menikahkan leluhur kita dengan seorang pria."

"Padahal itu hanya pernikahan hantu."

"Meskipun hantu, tapi takdirnya sampai sekarang. Buktinya, wajah leluhur itu kata nenekmu sangat mirip denganmu."

"Apakah Mama pernah melihat wajah istri leluhur kita?"

"Yang mana? Yang mantan atau yang baru?"

"Tentu saja yang baru."

"Dia sangat cantik, makanya Mama bertanya 'Apakah dia cantik?'. Mereka melukiskan pria itu sebagai wanita yang berdandan seperti seorang wanita."

"Bagaimana leluhur kita tahu cerita itu? Bukankah keluarga mantan istri leluhur kita tidak memberitahu keluarga dari pihak mantan suaminya?"

"Saat itu salah satu saudaranya mendapatkan mimpi. Dia bertemu dengan leluhur kita itu. Dia memberitahukan bahwa keluarga kita akan mengalami kesialan kalau sampai mantan istrinya tidak menemukan pasangan yang tepat untuk leluhur kita."

"Ahh begitu rupanya. Aku pikir dia tiba-tiba terbangun."

"Itulah makanya keluarga kira sangat menghormati leluhur-leluhur kita, karena mereka yang sering memberitahu kita akan terjadi nasib buruk atau nasib baik kepada keluarga kita."

"Hari ini aku juga bertemu dengan wanita yang menikah denganku dulu lalu memutuskan benang merah kami berdua." Mew berkata seolah dia yang mengalami hal itu. Dia mengatakan semua hal yang terjadi kepadanya hari ini kepada Mamanya.

"Kamu bertemu dengannya? Kamu bertemu dengan mereka di waktu yang bersamaan?" Mama Mew tidak menyangka kalau anaknya itu akan bertemu dengan dua orang yang paling berpengaruh mengubah takdir kehidupan leluhur mereka di waktu yang bersamaan.

"Iya Maa.."

"Astaga, Mama kira kalian akan bertemu di waktu yang berbeda."

"Mew juga berpikir seperti itu."

"Bertemu di waktu yang bersamaan seperti ini, Mama takut keluarga kita akan ditimpa nasib buruk."

"Mew juga tidak tahu Maa.."

"Takdir membawa kalian bertemu di waktu yang tepat. Mama harus banyak pergi ke kuil agar takdirmu tidak seburuk leluhur kita."

Mama Mew dan Mew tahu semua cerita yang dialami oleh leluhur mereka karena selalu diceritakan kembali oleh para pendahulu-pendahulu mereka. Cerita itu sedikit tragis, karena awalnya leluhur mereka tidak memiliki penyakit yang parah, namun semenjak menikah, dia mulai sakit-sakitan.

"Wanita itu sepertinya bermusuhan dengan pria itu Ma. Wanita itu sekarang menjadi seorang tukang gosip dan selalu menjelekkan pria itu."

"Mungkin itu memang sifat aslinya. Bagaimana dengan istrimu hm?"

"Maa, dia belum menjadi istriku." Mew sedang mengkoreksi Mamanya.

"Mama yakin itu akan segera terjadi karena Mama ingin segera melaksanakan perintah dari nenekmu dimana Mama harus menyayangi anak menantu Mama seperti anak Mama sendiri."

"Apakah tidak masalah kalau istriku tidak bisa melahirkan seorang keturunan pun?"

"Siapa bilang dia tidak bisa melakukannya? Bagaimana mungkin garis keturunan kita masih ada jika istrimu itu tidak bisa hamil hm?"

"Huh?"

"Di dalam cerita renkarnasi yang pertama, kalian kembali dipertemukan. Kamu lalu berdoa kepada dewa agar istrimu bisa hamil dan dewa mengabulkan hal itu karena kasihan kepadamu."

"Ahh begitu rupanya. Aku kira aku tidak akan memiliki keturunan."

"Jangan khawatir nak! Kamu pasti akan mendapatkannya. Takdir buruk sudah menimpa leluhur kita ribuan tahun yang lalu dulu, jadi Dewa pasti tidak akan tega menimpa kita dengan nasib buruk lagi."

"Mew merasa lega karena Mew tidak mau kalau istri Mew mengalami kesulitan.

"Bisakah Mama bertemu dengan pria cantik itu?"

"Aku masih tahap pendekatan dengannya, jadi aku masih belum bisa mempertemukan Mama dengan pria itu."

"Siapa nama pria cantik itu nak?"

"Dia mengatakan bahwa nama panjangnya adalah Kanawut Traipipattanapong, dan nama panggilannya adalah Gulf. Meskipun begitu, aku lebih suka kalau memanggil namanya dengan panggilan Kana."

"Gulf pun indah."

"Iya, aku merasa memilikinya jika berbeda Maa."

"Nak, cepat segera menikahinya ya. Mama ngga sabar mendapatkan cucu."

"Tenanglah Maa, Mew akan segera melakukan segala cara untuk menarik perhatiannya dan membuatnya jatuh cinta."

"Mama selalu berpesan kepadamu untuk selalu menjaga pasanganmu itu ya. Dia yang menolong keluarga kita dari takdir sial."

"Aku mengerti Maa.."

Mew kini beranjak dari tempat duduk lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia paham maksud Mamanya yang berkata seperti itu. Dulu, jika memiliki anak yang meninggal dalam keadaan perjaka ataupun duda, itu sangatlah buruk di mata masyarakat karena akan membuat bencana di dalam keluarganya. Bencana yang sering terjadi adalah kebangkrutan. Hal itu membuat keluarga leluhur Mew ketakutan dulu.

Author Point Of View Off

Bagaimana? Apakah sampai sini ceritanya masih nyambung?

Sweet DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang