Gulf Point Of View On
Hari-hari berlalu dengan cepat dan tanpa sadar sudah tiga bulan aku dan Mew berteman. Aku mulai memberanikan diri untuk meruntuhkan dinding pertahananku sedikit demi sedikit ketika aku mencoba membangun kepercayaanku bahwa Mew tidak akan menyakiti aku. Aku mulai membalas semua perlakuan baiknya kepadaku. Aku melakukannya karena rasa kesopanan ku kepada Mew.
Apakah aku cocok memakai pakaian ini atau tidak?
Sejujurnya aku mulai merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Aku merasa perasaanku telah berubah dan menganggap Mew bukan lagi seorang teman. Aku menganggapnya lebih karena sikapnya kepadaku. Namun, aku sadar diri karena kami tidak pernah ditakdirkan bersama. Aku harus menyembunyikan perasaanku agar kecanggungan di antara kami tidak terjadi.
Pakaian dengan warna ini akan membuat wajahku tampak lebih pucat. Aku harus memilih warna lain.
Kami sering saling mengunjungi rumah masing-masing setiap akhir pekan. Itu membuatku semakin percaya bahwa dia tidak akan menyakiti aku. Mew lah yang awalnya memulai semua itu dengan mengajak aku untuk datang ke rumahnya dan berkenalan dengan mamanya. Perlahan-lahan, aku mulai akrab dengan seluruh anggota keluarga Mew, dan Mew mulai menghiasi rasa kesepianku yang terkadang membuatku merasa sedih.
Apakah Mew akan menyukainya jika aku memakai pakaian ini? Kenapa aku harus memikirkan pendapat Mew?
Aku mulai merasakan kesepian semenjak Ibuku meninggal dan hidup sebatang kara. Ibuku sudah lama meninggal sekitar dua tahun yang lalu karena sakit parah. Saat itu aku tidak memiliki uang untuk membawanya ke dokter dan membelikannya obat yang mahal. Biaya hidup kami sangat bergantung dari uang yang aku dapatkan dari kerja part time. Nominalnya pun tidak banyak dan hanya cukup untuk makan saja. Itulah mengapa aku tidak bisa membawa Ibuku ke rumah sakit.
Sudah jam setengah 7, aku harus cepat. Kalau tidak cepat, maka aku akan ketinggalan bus.
Sebenarnya aku melakukan banyak pekerjaan part time saat itu, tapi uang itu aku gunakan untuk membayar kuliahku. Saat itu, aku tidak bisa meminjam ke bank karena aku masih seorang mahasiswa dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Kalau aku meminjam ke rentenir, bunganya akan sangat besar dan Ibuku melarang aku melakukan itu.
"Hai Gulf..." Ketika aku baru saja membuka pintu, seseorang kini sudah berdiri di depan pintu rumahku dan sedang menungguku.
"Mew, kenapa kamu datang ke rumahku? Aku tidak memintamu datang menjemputku hari ini."
Padahal, aku tidak memintanya untuk datang menjemput aku hari ini. Dia melakukan ini sendiri karena keinginannya. Apa yang harus aku lakukan kalau sikapnya terus seperti ini kepadaku?
"Aku hanya ingin menjemputmu saja karena aku merindukanmu."
"Ini masih pagi, tapi kamu sudah berbicara melantur. Apakah kamu semalam habis mabuk dan belum sadarkan diri?"
"Aku tidak mabuk semalam." Ucap Mew kepadaku.
"Sebaiknya kita pergi sekarang! Jangan sampai kita terlambat!" Aku langsung keluar dari dalam rumah dan mengunci pintu rumahku.
"Astaga, kamu terlalu terburu-buru Gulf."
"Aku tidak ingin terlambat datang ke kantor."
"Ini masih terlalu pagi untuk berangkat ke kantor. Kita bisa sarapan lebih dahulu."
"Tidak perlu, aku membawa kamu sarapan dari rumah."
"Huh?" Mew tampak terkejut setelah mendengar kata-kataku.
"Aku membawakan sandwich untukmu. Aku juga membawa sandwich untukku, jadi kita bisa makan berdua di dalam mobilmu."
"Terima kasih banyak. Kamu memang kekasih yang pengertian." Kami berdua kini mulai berjalan menuju ke arah mobil yang sedang terparkir.
"Apa maksudmu? Kita hanya berteman."
"Tapi aku menyukaimu Gulf."
"Aku tahu kalau kamu menyukai aku sebagai seorang teman."
"Bukan teman, tapi hal-hal yang berbau asmara."
"Jangan bercanda Mew! Noey akan semakin membenciku kalau aku benar-benar berpacaran denganmu. Dia mulai berteman baik denganku kembali karena aku dekat denganmu." Aku memperingatkan Mew untuk tidak membuat masalah antara aku dan Noey kembali.
"Jangan terlalu dekat dengannya! Sifat manusia tidak akan berubah." Dia terlihat khawatir.
"Aku mengerti."
Kami berdua kini sudah sampai di dekat mobil lalu masuk ke dalam mobil. Mew segera melajukan mobilnya menuju ke kantor agar kami berdua tidak terlambat. Sesampainya kami di parkiran basement, Mew langsung memarkirkan mobilnya. Aku dan Mew sarapan bersama di dalam mobil agar tidak ada seorang pun yang melihat. Aku yang menginginkan hal itu agar tidak ada rumor lain.
Gulf Point Of View Off
Mew Point Of View On
"Apakah sandwich nya terasa enak?" Tanya Gulf kepadaku.
"Hmm, ini sangat enak."
"Lain kali, aku akan membuatkannya untukmu." Gulf sangat pengertian dan peduli kepadaku.
Entah aku harus bersyukur ataukah merasa sedih dengan takdir ini. Aku tidak perlu mencaritahu siapa jodohku di sekian ribuan manusia, karena leluhurku sudah menentukannya. Aku harus berpasangan dengan pasangan yang telah dipilihkan. Oleh karena itu, aku tidak berani bermain-main dengan hati dan juga perasaan orang lain karena takut jika aku akan mengalami kesialan dan jodoh yang telah ditentukan pergi meninggalkanku.
Bukankah ini seperti sebuah kutukan daripada sebuah berkah?
"Makan perlahan Mew! Aku masih memiliki banyak makanan." Gulf mengucapkannya sambil mengusap bibirku yang blepotan.
Aku mencoba mencintai Gulf, seorang pria yang anehnya berparas cantik dan bertubuh indah. Aku yang telah jatuh cinta kepada Gulf selalu mengungkapkan perasaanku kepada Gulf, namun Gulf hanya menganggapnya sebagai bualan biasa. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk menunjukkan perasaanku yang besar ini kepada Gulf.
Awalnya memang tidak mudah mencoba mencintai seseorang yang tidak kita cintai, namun seiring berjalannya waktu, aku bisa mencintainya karena sikapnya yang baik dan ramah. Banyak hal lain dari Gulf yang membuat aku jatuh cinta kepadanya, namun aku hanya bisa jatuh karena hatinya. Aku yang telah jatuh cinta kepada Gulf, tidak ingin ada seorang pun memilikinya.
"Aku sudah kenyang." Ucapku.
"Aku senang karena kamu sudah kenyang. Kata Mama, kamu jarang sarapan makanya penyakit asam lambungmu sering kambuh. Karena itu makanya aku berinisiatif menyiapkan sarapan untukmu tadi."
"Kamu seharusnya menjadi istriku Gulf dan menyiapkan semuanya untukku. Apa kamu menyadarinya? Aku seperti memiliki istri sekarang karena kamu terus memberikan perhatian kepadaku."
"Ak-aku akan keluar sekarang. Sepertinya seseorang sedang mencari aku." Gulf segera membereskan kotak makanannya lalu keluar dari dalam mobil dan segera pergi dari tempat itu.
"Apakah aku mengatakan hal yang salah?"
Aku kini menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Ini semua membuatku sangat bingung. Perasaan yang terlihat sepihak, namun tidak sepihak membuat aku bingung, karena sikap Gulf yang seringkali mencoba menyembunyikan perasaannya. Aku tahu kalau Gulf juga memiliki perasaan yang sama denganku, namun dia selalu berusaha menyembunyikannya. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Apakah kalau aku langsung melamarnya, dia akan menerima aku?
Mew Point Of View Off
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Destiny
FanfictionTakdir yang menentukan mereka bersama dan takdir juga yang memisahkan mereka.