🔹Chapter II🔹

85 33 4
                                    

Gavin menghela napas, menatap layar handphonenya yang mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavin menghela napas, menatap layar handphonenya yang mati. "Aduh, gimana nih? Handphonenya rusak lagi, gimana mau chat?" gumamnya. Dia berjalan gontai, langkahnya berat menuju toko servis yang tak jauh dari rumahnya.

"Pak, ini saya pengen servis handphone saya, harganya berapa Pak? Murah ya, Pak, soalnya saya lagi bokek nih," tanya Gavin dengan muka memelas.

Tukang servis itu meneliti handphone Gavin dengan seksama.

"Handphone ini mendingan beli yang baru saja, rusaknya parah banget. Kayak hati mantan kamu yang udah gak mau balik lagi," jawabnya sambil terkekeh.

Gavin terdiam, pipinya memerah.

"Ah, Pak, kok gitu sih? Jangan bahas mantan, sakit hati saya," jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang gatal.

"Lah, mantan apaan? Aku kan enggak punya mantan," batin Gavin.

Gavin merasa canggung dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Ya udah deh, Pak, saya pergi dulu," kata Gavin sambil beranjak pergi.

Dia berjalan keluar toko dengan perasaan campur aduk.

"Gimana mau beli? Uangku cuma sedikit, itupun buat makan dan berobat Ibu. Pengen jual mobil pick-up, tapi itu sumber mata pencaharian. Eh, tapi kalau dijual, bisa beli handphone baru ya?" Gavin bergumam sendiri sambil menghitung-hitung di dalam hati.

Rintik hujan mulai berjatuhan membasahi tubuhnya. Dia mendongak menatap langit, air mata yang jatuh tercampur dengan air hujan membuatnya tak terlihat.

"Bapak, maafin Gavin karena belum bisa mewujudkan keinginan Ibu dan Bapak. Tapi Gavin janji bakal mewujudkan keinginan Ibu dan Bapak, termasuk beliin handphone baru buat Ibu biar bisa main TikTok," ucap Gavin, sambil tersenyum.

Dia berjalan di bawah guyuran hujan tanpa memedulikan sekitar. Akhirnya, dia sampai di rumahnya.

"Nak, kamu dari mana aja? Kok bisa basah, kamu udah besar masa masih main hujan? Nanti masuk angin," ucap Ibu Gavin, wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya.

Dia menghampiri Gavin dan mengelap rambutnya dengan handuk yang ada di tangannya.

"Tadi Gavin abis ke tempat kerja, buat nanya ke Pak Agus besok ada gak barang yang pengen diantar besok."

Ibu Gavin mengangguk pertanda mengerti.

"Keadaan Ibu sudah mulai membaik, jadi Ibu akan mulai kerja besok. Kamu lanjutkan sekolahmu ya Nak, sudah setengah tahun lebih kamu putus sekolah. Sekarang kamu tidak usah lagi bekerja, fokus saja pada sekolahmu. Nanti kalau kamu udah lulus, baru cari kerja lagi. Biar Ibu bisa tenang di rumah," kata Ibu Gavin.

Gavin menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia tak ingin ibunya kelelahan, apalagi ibunya sering sakit-sakitan karena kelelahan bekerja semenjak ayahnya tiada.

Alam Sepi[Rombak+Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang