#ReaDy for Kevin's POV | Chapter 101

929 105 3
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

• • •

Kevin tidak langsung mengangkat telepon dari Reana. Ini membuat Reana mengerutkan keningnya dan semakin merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "Huh", dengusnya. Reana lalu memejamkan matanya dan mulai tidur.

"Sial..", gerutu Kevin sambil berbaring di rumah sakit. Setelah kejadian semalam, Kevin rawat inap di salah satu rumah sakit yang berada tak jauh dari lokasi kejadian. Luka yang dialami tidak terlalu parah, tapi cukup untuk membuatnya berbaring di kasur.

Kevin melirik layar handphonenya dan menggerutu saat mendapati Reana meneleponnya. Pasti gadis itu sudah tau, pikirnya kesal.

Kevin nyaris membanting handphonenya, tapi lalu diurungkannya. Pria itu akhirnya memejamkan matanya dan mendengus. Kevin kembali teringat kejadian semalam.

• • • Flashback • • •

Secara tidak sengaja dirinya yang tengah melintas di daerah Kertanegara, melihat iringan mobil pak Prabowo. Kevin tersenyum penuh arti. Pasti ada Freddy, pikirnya. Dan benar sesuai dengan tebakannya, Kevin melihat Freddy turun dari mobil. "Nice..", gumamnya.

Beberapa waktu yang lalu, Kevin melihat berita tentang acara lamaran Freddy dan Reana. Ini membuatnya semakin kesal tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Melihat Freddy yang berjalan menuju mobilnya, Kevin perlahan melajukan mobilnya dan menunggu hingga mobil Freddy melaju.

• • •

"Permisi pak Kevin", suara suster membangunkan Kevin. "Saatnya minum obat."

Kevin membuka matanya dengan enggan lalu mengangguk.

"Bagaimana pak? Apa ada keluhan?", tanya sang suster setelah memberikan obat ke Kevin. Dengan raut wajah yang kesal, Kevin menatap ke arahnya. "Menurut lo?", tanyanya ketus.

Sang suster hanya bisa menghela nafas, menahan kesal. "Baik. Kalau tidak ada keluhan, saya anggap bapak sudah baik-baik saja. Di depan ada dua petugas polisi yang ingin berbincang", jelas sang suster lalu berjalan keluar.

Kevin terdiam. Sial, pikirnya.

"Silahkan pak, sepertinya pasien sudah baik-baik saja", jelas sang suster ke arah dua petugas polisi yang berjaga di depan pintu kamar Kevin. Keduanya mengangguk. Setelah mengetuk pintu, kedua polisi itu berjalan masuk.

"Siang bapak", sapa mereka.

Kevin mengangguk. "Siang", jawabnya singkat. "Ada apa?", tanyanya lalu membaringkan tubuhnya. Kevin melipat kedua tangannya dan menatap ke arah dua petugas polisi yang berdiri di hadapannya.

"Perkenalkan, saya Ahmad dan ini rekan saya, Dio", jelasnya. Ahmad lalu menjelaskan maksud kedatangannya ke Kevin. Kevin membuang mukanya dan mendengus.

"Saya nggak tau apa-apa", ujarnya.

Ahmad berpandangan dengan Dio. "Maaf pak Kev–", ucapan Ahmad dipotong oleh Kevin. "Saya capek, boleh tolong keluar? Kepala saya sakit."

Setelah hening sejenak, "Baik pak Kevin, kami undur diri dulu. Kami akan kembali besok hari", ujar Ahmad. Kevin tidak menoleh. Ahmad dan Dio menunduk kecil dan lalu berjalan keluar dari kamar Kevin.

"Damn", umpat Kevin begitu sendirian berada di kamar. Kevin bisa merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Dalam hati pria itu berharap tidak ada yang tau kebenarannya.

#ReaDy for LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang