Bab 6 Punya kekuatan tak berarti menindas

80 6 0
                                    

Lola berjalan di koridor panjang gedung sekolah yang nampak tua itu. Disanalah adiknya bersekolah. Semalam, saat baru pulang dari kafe, Lola mendapati sebuah surat di meja belajarnya. Sepertinya Dudit yang meletakkannya disana. Mungkin karena terlalu lama menunggunya pulang, adiknya itu meletakkan surat itu disana lalu pergi tidur. Lola pun membaca isi surat itu. Esok paginya saat sedang sarapan, Lola mengamati adiknya yang nampak biasa-biasa saja. Dia pun menebak kalau adiknya tidak mengetahui isi surat yang dibawanya.

Itu adalah surat panggilan untuk wali murid, dalam hal ini berarti Lola. Surat itu berasal dari wali kelas adiknya. Penyebabnya? Dudit membuat masalah di sekolah. Hari ini, Lola meminta kepada guru yang mengajar di jam terakhir agar dia diizinkan pulang lebih cepat. Dia memperlihatkan surat itu sebagai bukti agar gurunya percaya kalau dia tidak sedang berbohong. Dan izin itupun berhasil Lola dapatkan.

Sesampainya di sekolah tua itu, Lola langsung berhadapan dengan wali kelas adiknya. Seorang perempuan yang dari tampangnya saja, Lola tahu kalau usianya sudah lebih dari setengah baya. Dari garis wajahnya yang keras, juga tatanan rambutnya yang sangat rapi seakan dengan jelas menggambarkan karakternya. Tegas dan perfeksionis. Biasanya Lola tak pernah salah dalam menebak karakter seseorang. Kali ini dia juga yakin dengan apa yang dipikirkannya tentang sosok yang sedang dia hadapi.

Kalimat pertama yang diucapkan oleh perempuan itu membuat Lola semakin yakin, sekaligus gentar. "Saya tidak suka ini. Tidak bertanggung jawab!" perempuan itu menggeleng-geleng penuh keprihatinan, mungkin juga cibiran.

Entahlah. Tapi Lola tidak terlalu memperhatikan.

Lalu perempuan itu mundur dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Dimana orang tua kalian?" pertanyaan itu hampir terdengar seperti bentakan.

"Orang tua kami bercerai," tutur Lola dengan wajah yang dibuat memelas. Dengan bersikap seperti itu, dia berharap agar perempuan ini bersimpati dan tidak memperpanjang masalah yang dibuat oleh Dudit. "Ayah kami bekerja di pertambangan. Sedangkan ibu ..."

"Keluarga bermasalah. Anak-anaknya juga pasti bermasalah," potong perempuan itu seperti sedang mengumpat. "Siapa wali kalian?"

Lola berusaha agar tidak memperlihatkan kekesalannya. Memangnya siapa dia? protes Lola dalam hati. Seenaknya saja menyebut dia dan adiknya sebagai anak-anak bermasalah. Mungkin malah perempuan itu yang sedang bermasalah. Lola yakin penyebabnya adalah karena sebentar lagi perempuan itu akan pensiun. Pre-post power syndrome. Mungkin dia adalah guru senior yang pernah punya kekuasaan di sekolah. Karena merasa hampir kehilangan kekuasaannya, dia pun melampiaskannya pada anak-anak muda seperti dirinya.

Lola menghirup nafas dalam-dalam dan berusaha mengingat pertanyaan terakhir tadi, "Saya walinya."

"Lalu siapa yang menjadi walimu?" kejar perempuan itu.

"Saya sendiri."

"Dan yang membiayai sekolah kalian?"

"Ayah kami mengirimi uang setiap bulan. Saya juga mendapatkan beasiswa." Lola berusaha mengucapkannya dengan penuh kebanggaan. Nah, dengar itu! Jadi, tarik kembali ucapan yang menyebut dia dan adiknya sebagai anak-anak bermasalah. Hanya karena orang tua mereka bercerai, orang-orang tak berhak seenaknya menyebut mereka anak-anak bermasalah. "Dan saya juga bekerja paruh waktu," tambahnya.

"Jadi kalian hanya tinggal berdua?" tanya perempuan itu yang terdengar lebih lembut.

"Ya."

Lalu perempuan itupun mulai bercerita. Dia langsung ke inti masalahnya. Dia menceritakan peristiwa yang terjadi kemarin pada jam istirahat. Sebenarnya perempuan itu tidak tahu persis seperti apa kejadiannya. Saat itu dia hanya mendapati beberapa anak didiknya melaporkan kejadian yang terjadi di belakang gedung sekolah. Dia segera pergi ke tempat itu dan mendapati beberapa anak dalam keadaan gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Mereka tak sanggup bicara. Sehingga dia membawa anak-anak itu agar diperiksa oleh dokter.

Pacarku Jatuh dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang