Bab 1 Kemunculan Pertama

354 23 4
                                    

Jangan ngasih vote kalau menurut kamu ceritanya nggak bagus. Tapi, plis, baca sampai bab terakhir yang aku post, ya : ) Aku jamin, ceritanya romantis dan bikin deg-degan

Lola berjalan dengan mengempit tas sekolahnya erat-erat. Dia mulai dilanda panik dan cemas. Karena sejak dari pangkalan ojek di depan gang, dia merasa ada beberapa orang yang menguntitnya. Mungkin jambret, atau yang lebih menyeramkan lagi, anak-anak muda yang sedang mabuk. Dan orang mabuk bisa melakukan apa saja. Karena itu Lola semakin mempercepat langkahnya. Dia tak berani menoleh. Juga merasa tak perlu menoleh. Karena sekarang sudah jelas kalau para penguntit itu memang sedang mengincar dirinya.

"Hai, cewek," panggil salah satu dari mereka. "Sini cium tangan Abang dulu!"

Kata-kata itu sontak disambut dengan tawa dari yang lain. Dari suaranya saja Lola sudah tahu kalau orang-orang itu dalam kondisi mabuk.

"Kenapa buru-buru, sih? Abang cuma minta duit buat beli minuman."

"Hei!" hardik yang lain. "Lo nggak denger temen gue ngomong apa? Pelit banget sih, Lo!"

"Kesini dulu!"

Bersama hardikan terakhir itu, Lola merasakan satu cekalan kuat pada pundaknya. Rasanya menyakitkan. Tapi Lola cukup sigap menepisnya. Dan kini langkahnya berderap semakin cepat. Dia bukan lagi berjalan, melainkan berlari. Dia sempat menoleh dan mendapati orang-orang itu sedang mengejarnya. Namun tanpa Lola sangka, satu orang sudah berlari cepat di sampingnya. Orang itu segera mencekal pergelangan tangannya dan memelintirnya.

Tenaga orang itu sangat kuat sehingga Lola pun kalah dan jatuh tersungkur di atas tanah. Dan dalam sekejap orang-orang itu sudah mengepungnya. Mereka memandanginya dengan sorot mata yang menjijikan. Lola memutar-mutar kepalanya dan berusaha menepis setiap tangan yang berusaha menyentuhnya. Dan orang-orang itu membiarkan Lola berada dalam kondisi itu selama beberapa saat.

Selama beberapa saat Lola tak mengingat kejadian terakhir yang menimpanya. Saat kesadaran menghampirinya, dia hanya merasakan nyeri di pergelangan tangannya. Tapi dia cukup sadar untuk merasakan dirinya sedang berada dalam bopongan seseorang. Dia sedang dibawa ke suatu tempat yang lapang di bawah langit. Saat kesadarannya hendak surut kembali, dia merasakan tubuhnya diletakkan di atas tempat yang datar. Dan dia mendengar derit kayu di bawahnya. Lalu semuanya kembali menggelap.

Lola menggigil kedinginan. Dia merasakan angin yang bertiup cukup kencang di tempat itu. Entah sudah berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Dan entah di tempat macam apa dia terbaring sekarang. Tapi Lola mulai bisa mengingat kejadian terakhir yang menimpanya. Orang-orang mabuk itu! Rasa panik pun kembali menyergapnya. Dimana orang-orang itu sekarang? Apakah mereka masih berada di dekatnya? Mengerubunginya dan menunggunya bangun? Lola merasa seluruh syaraf dan ototnya menegang. Dia bersiap-siap untuk bangkit dan berlari. Namun tiba-tiba ...

"Tolong! Tolong turunkan kami! Kami kedinginan! Kepala juga mulai pusing!" Setelah suara itu berubah menjadi serak, kemudian yang terdengar hanya umpatan kesal. "Ah, sial! Gue udah nggak kuat lagi. Gantian lo yang minta tolong, dong!"

Teriakan itu terdengar agak jauh. Dan ada keanehan dalam teriakan minta tolong itu. Jadi, ketika teriakannya berhenti, kemudian disusul dengan suara kecipak air. Dan selalu begitu. Berganti-ganti antara teriakan dan suara kecipak air.

Lola membuka matanya lalu bangkit berdiri. Namun badannya segera terhuyung dan terjatuh kembali. Kepalanya terasa pusing. Tapi karena masih merasa terancam, dia pun memutar-mutar kepalanya dan bersikap waspada. Dia ingin memastikan keberadaan orang-orang itu di sekelilingnya. Dia siap melawan mereka sekali lagi. Tapi ternyata tak ada siapapun di sekelilingnya. Lola sendirian di tempat itu. Dan dia mulai mengenali tempatnya berada sekarang.

Di tepi danau. Tepatnya di dermaga kecil yang dibuat dari susunan papan dan bambu. Pakaian dan tasnya tergeletak di sampingnya dalam keadaan utuh. Tapi siapa yang meletakkan tubuhnya disana? Sebuah ingatan berkelebat dalam pikirannya. Seseorang ... bukan, sosok itu tidak nampak seperti orang. Tubuhnya tinggi dan besar. Ada sesuatu yang membuatnya terlihat sangat besar. Sesuatu di belakang punggungnya. Lola tak bisa melihatnya dengan jelas karena saat itu keadaannya gelap. Dia hanya melihat siluetnya yang berlatar langit malam yang diterangi sinar bulan. Tapi dia cukup yakin dengan apa yang dilihatnya.

Dan ketika sedang berusaha menggali ingatannya, Lola mendengar teriakan minta tolong lagi. Dia segera memutar-mutar kepalanya untuk mencari sumber suaranya. Dan akhirnya dia melihat sesuatu yang bergelantungan di permukaan danau. Sebenarnya bukan bergelantungan, tapi lebih tepatnya, tergantung di dahan pohon yang menjorok ke danau. Ada seutas tali yang mengikat kaki orang-orang itu dan menggantungnya dalam posisi terbalik. Separuh kepala mereka tercelup ke dalam air. Jadi, itulah penyebabnya. Itu yang menyebabkan suara kecipak air setiap mereka selesai berteriak minta tolong. Tapi siapa yang melakukan itu semua?

Lola bangkit dan berjalan menuju ujung dermaga itu. Dia berpegangan pada tonggak kayunya dan berhati-hati agar tak tercebur ke dalam air. Dia masih merasa pusing. Dan pandangannya masih terasa agak kabur. "Siapa kalian?" serunya pada orang-orang itu.

"Oh, syukurlah. Kamu sudah bangun," sahut salah satu dari mereka. "Kami yang tadi, eh, mengganggumu. Aku minta maaf. Dan tolonglah kami. Bantu kami turun dari sini."

Lola termenung setelah mendengar permintaan itu. Haruskah dia menolong orang-orang itu? Bagaimana kalau mereka akan menyerang dirinya lagi? Tapi bagaimana kalau mereka mati kedinginan dan kehabisan nafas disana? Bukankah urusannya akan semakin runyam? Dan lihatlah keadaan mereka. Tidak berdaya dan nyaris pingsan.

Sebenarnya siapa yang sudah melakukan hal gila semacam itu? Siapa yang sudah menggantung mereka di dahan itu? Pasti itu membutuhkan tenaga yang besar. Dan apa yang sebenarnya terjadi selama dirinya tak sadarkan diri? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam pikiran Lola. Tapi semuanya terasa berselimut kabut. Penuh misteri. Sama misteriusnya dengan sosok yang dilihatnya tadi dalam keadaan setengah sadar.

"Apa yang terjadi pada kalian?" seru Lola ke tengah danau.

"Ada hantu. Besar sekali. Tolong. Aku nggak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji. Tadi kami cuma iseng. Kami nggak bermaksud apa-apa. Tolong turunkan kami!" tuturnya seperti hampir kehabisan nafas.

"Aku nggak bisa," sahut Lola kebingungan.

"Kami hampir mati disini!

"Maksudku, aku nggak tahu caranya menurunkan kalian. Aku pasti nggak akan kuat. Lebih baik aku minta bantuan pada orang-orang."

"Ya, benar. Mintalah bantuan!" sahut mereka. "Bilang ke orang-orang. Bilang pada mereka ada yang butuh pertolongan disini. Tapi jangan ceritakan bagian awalnya. Kami bersumpah nggak akan mengulanginya. Tadi kami cuma main-main. Kami nggak punya niat buruk. Tolonglah!"

"Kalian tunggu sebentar," ujar Lola lalu berlari meninggalkan dermaga.

"Memangnya kami bisa pergi kemana?" keluh mereka pasrah. "Menyentuh lutut saja susahnya setengah mati."

Lola segera berlari menuju jalan beraspal yang mengarah ke komplek rusun tempat tinggalnya, yaitu Rusun Marunda. Letak jalan itu cukup jauh dari dermaga. Dan dia harus melewati sebuah jalan setapak yang ditumbuhi ilalang di sebelah kanan dan kirinya. Dan saat Lola seadang meniti jalan sempit itu, dia melihat siluet hitam yang berkelebat cepat di sebelah kanannya. Siluet besar itu bergerak di antara ilalang yang hanya setinggi dadanya. Jadi Lola cukup yakin dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Lola pun berhenti untuk memastikan kehadiran sosok misterius itu. Dia merangsek di antara ilalang sembari terus menajamkan mata dan telinganya. Entah apa yang membuatnya jadi seberani itu. Lola tak sedikitpun merasa takut terhadap sosok misterius itu. Dia hanya berpikir sederhana. Kalau sosok itu memang berniat jahat padanya, pasti itu sudah dilakukan selama dia tak sadarkan diri. Tapi sekarang keadaannya baik-baik saja. Bahkan orang-orang jahat itulah yang keadaannya mengenaskan. Jadi Lola menyimpulkan kalau sosok itulah yang telah menolongnya.

Entah dengan cara apa sosok itu menggantung orang-orang iseng itu di atas danau. Dan ... siapa dia? Dia pasti mempunyai tenaga yang besar. Sosoknya juga terlihat aneh. Ada sesuatu yang menggantung di punggungnya. Sesuatu yang besar dan bergerak-gerak. Tapi setelah merangsek cukup dalam di antara ilalang itu, Lola tetap tak menemukan sosok misterius itu.

Sepertinya dia sudah pergi. Dan yang Lola rasakan hanyalah hembusan angin yang meniup ilalang di sekitarnya.

Pacarku Jatuh dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang