PART 18: Ponsel dan Benci

9 3 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

"Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur'an, hingga tak sempat dzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan Al-Qur'an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya," (HR Al-Baihaqi)

📝Jadi, pastikan sebelum membaca cerita ini, kalian sudah membaca Al Qur'an!!!

📝Jadi, pastikan sebelum membaca cerita ini, kalian sudah membaca Al Qur'an!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allah... Sungguh, Aku benci diriku."

📜


Kamis. 03.00 wib

Seorang gadis terbangun karena suara alarm yang pelan tepat berada di dekat telinganya. Dia terlalu takut membuat alarm dengan volume yang lebih dari pada itu. Ia takut menganggu tidur keluarganya.

Kedua kaki itu melangkah ke kamar mandi yang berada di dekat dapur. Jalannya amat pelan. Lampu yang hampir dimatikan semua membuat nya terkadang merinding sendiri.

Setelah selesai berjibaku dengan air, Ia kembali ke kamarnya. Ralat, kamarnya juga Alana. Dibentang nya sajadah. Lalu mengangkat takbir. Khusuk, damai. Disatukannya kening dengan sajadah. Mengalir, buliran bening itu terjatuh lagi. Ia merasa tak ingin bangkit dan tak ingin tersadar lagi agar dunia tak mempermainkannya. Entah lah.

Di dalam sujudnya yang panjang, Gadis itu hanya terdiam. Sesekali meracau di dalam hati. "Allah...jangan tinggalkan Zoya." Hanya kalimat itu yang mampu Ia ucapkan saat sujud menghadap Rabb-nya.

Setelah sholat, Ia lanjut menulis di diary book nya. Tentram, pagi yang damai. Dimana pikiran-pikiran buruk, penyakit anehnya sampai penyakit yang membuat dirinya frustasi belum datang.

Pukul 04.00 wib. Sahur, Ia berniat puasa Sunnah hari ini.

Sendiri. Kata itu benar-benar tersangkut dalam diri Zoya. Kedua kakaknya, orang yang berperan penting dalam hijrahnya, orang yang dianggap Zoya sebagai motivator. Tapi kini, Allah telah membolak balikkan hati mereka. Tengah menguji mereka. Kedua kakaknya tengah jauh dari Allah. Namun, bukan jauh yang meninggalkan 5 waktu. Namun, jauh yang dikatakan lalai. Contoh kecilnya saja seperti menunda-nunda sholat.

Mereka tengah dilanda keadaan duniawi. Entah lah apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Zoya tidak paham. Gadis itu benar-benar kehilangan sosok kakaknya, motivator nya. Keterpurukan yang dirasakannya tergantikan oleh rasa konsisten akan ibadah. Ia ingin membuktikan, bahwa Ia tidak seperti kedua kakaknya yang setelah dewasa tidak se taat dulu. Hanya pemikiran itu yang bisa Ia simpulkan.

Kini, Zoya semakin mem-progres dirinya dalam hal ibadah. Lagi pula, Ia juga senang dengan melakukan itu. Apalagi saat sepertiga malam, Ia dibangunkan untuk mengadu kepada Rabb-nya.

ZOYA (Sujud Terakhir) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang